Berkeliling Museum Kereta Api Ambarawa, Banyak Terdapat Lokomotif Berusia Tua
Di sana terdapat berbagai koleksi lokomotif baik uap maupun diesel yang pernah beroperasi pada masa lampau.
Di sana terdapat berbagai koleksi lokomotif baik uap maupun diesel yang pernah beroperasi pada masa lampau.
Berkeliling Museum Kereta Api Ambarawa, Banyak Lokomotif Berusia Tua
Museum Kereta Api Ambarawa merupakan museum kereta api terlengkap di Indonesia. Di sana terdapat berbagai koleksi lokomotif baik uap maupun diesel yang pernah beroperasi pada masa lampau.
Melalui video yang diunggah pada Rabu (10/7), kanal YouTube Jejak Siborik mengunjungi museum kereta api itu. Di sana, ia mereview beberapa koleksi kereta api yang terpajang.
-
Apa koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto? Museum ini memiliki koleksi berjumlah 106 buah yang terdiri dari gerbong, lokomotif uap, jam, alat-alat sinyal atau komunikasi, foto dokumentasi, miniatur lokomotif dan berbagai macam barang lainnya.
-
Kapan Museum Kereta Api Ambarawa dibuka? Museum ini beroperasi setiap hari dari pukul 08.00 hingga 17.00.
-
Bagaimana merasakan sensasi naik kereta api kuno di Ambarawa? Tentu, Anda bisa mengajak anak dan keluarga untuk merasakan sensasi naik kereta api kuno yang masih berfungsi dengan baik.
-
Dimana lokasi Museum Kereta Api Sawahlunto? Letaknya berada di Jalan Jenderal A. Yani, Pasar, Lembah Segar, Sawahlunto, Sumatera Barat.
-
Apa yang ada di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama? Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama sebagian besar berasal dari penelitian yang dilakukan di kawasan Banten Lama.
-
Apa fungsi bangunan tua di Ambarawa ini? Salah satunya adalah sebuah bangunan rumah pemotongan hewan yang dibangun pada tahun 1913. Bangunan seluas 30x30 meter itu masih aktif digunakan sebagai rumah pemotongan hewan.
Salah satunya ada lokomotif uap CC 5029, yang merupakan lokomotif milik Staatspoorwegen (SS). Lokomotif yang diimpor dari Swiss pada tahun 1927 itu ukurannya cukup besar. Dulunya lokomotif itu digunakan untuk angkutan kereta api jalur Purwokerto-Wonosobo.
Pada saat masih beroperasi, lokomotif itu memiliki kecepatan sekitar 50 kilometer per jam. Pada masa Belanda, kereta api yang ukurannya cukup besar biasanya digunakan untuk operasional jarak jauh. Kereta api itu digerakkan dengan tenaga batu bara guna memanaskan ribuan liter air agar bisa berjalan.
Selain itu, ada lokomotif seri CC20015. Dulunya lokomotif itu digunakan untuk mengangkut para pemimpin negara yang akan mengikuti Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Selain lokomotif berkapasitas besar, di museum tersebut juga ada lokomotif uap yang kapasitasnya kecil. Biasanya lokomotif itu digunakan untuk pengangkutan komoditas hasil bumi.
Salah satunya adalah lokomotif seri CC2001. Dulunya lokomotif berukuran kecil itu digunakan untuk jalur Tanjungsari-Rancaekek.
Saat sibuk melihat lokomotif tua di Museum Kereta Api Ambarawa, terdengar pengumuman kereta api wisata Tuntang-Ambarawa akan segera tiba.
Para calon penumpang sudah bersiap di peron utama. Namun kepala stasiun mengimbau agar para penumpang jangan terburu-buru masuk ke kereta api.
Setelah menurunkan penumpang yang berangkat dari Stasiun Tuntang, kereta terlebih dahulu dibersihkan di Stasiun Ambarawa sebelum siap kembali mengantarkan penumpang ke Stasiun Tuntang.
Lokomotif yang berdinas di jalur kereta Ambarawa-Tuntang menggunakan seri D30124. Walaupun sudah hampir 70 tahun, namun kondisi lokomotif itu masih terawat. Lokomotif D30124 sendiri merupakan buatan Pabrik Krupp, Jerman.
Perjalanan kereta api antara Stasiun Ambarawa dan Stasiun Tuntang menghadirkan panorama alam yang indah. Luasnya danau Rawa Pening dengan latar belakang Gunung Merbabu dan Gunung Telomoyo begitu memanjakan mata.
Tak lama berhenti di Stasiun Tuntang, kereta api selanjutnya kembali ke Stasiun Ambarawa. Setibanya di Stasiun Ambarawan, Jejak Siborik sempat berbincang dengan Kepala Stasiun Ambarawa, Pak Djoko.
Pak Djoko mengatakan, sampai saat ini banyak wisatawan yang berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa. Bahkan pengunjungnya kebanyakan dari luar kota bahkan luar negeri.
“Kemarin ada wisatawan dari Jepang sewa kereta uap, itu yang sewa cuma enam orang. Padahal sewa semahal itu, sekitar Rp22 juta sekali jalan,” kata Pak Djoko.
Tentang Museum Kereta Api Ambarawa
Dikutip dari website KAI, Museum Ambarawa pada awalnya merupakan sebuah stasiun kereta api bernama Willem I. Stasiun ini terletak di jalur kereta api Kedungjati-Magelang-Yogyakarta. Stasiun itu diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873.
Nama Willem I diduga kuat mengacu pada keberadaan Benteng Willem I yang letaknya tak jauh dari stasiun. Pada awal pengoperasiannya, stasiun itu digunakan sebagai sarana pengangkutan komoditas ekspor dan transportasi militer di sekitar Jawa Tengah.
Setelah dinonaktifkan pada tahun 1976, Stasiun Willem I dicanangkan sebagai museum kereta api oleh Gubernur Jateng saat itu, Supardjo Rustam.