Kisah Lokomotif Uap Mak Itam, Saksi Sejarah Pertambangan Batu Bara di Sawahlunto
Lokomotif E1060 ini mampu menarik rangkaian gerbong sebanyak 40 unit dengan muatan kurang lebih 130 ton dalam sekali perjalanan.
Lokomotif E1060 ini mampu menarik rangkaian gerbong sebanyak 40 unit dengan muatan kurang lebih 130 ton dalam sekali perjalanan.
Kisah Lokomotif Uap Mak Itam, Saksi Sejarah Pertambangan Batu Bara di Sawahlunto
Terbentuknya jalur rel kereta api di Sumatra tak lepas dari kebutuhan pemerintah Hindia Belanda dalam mobilisasi pengiriman logistik dan komoditas hasil bumi menuju pesisir untuk diperdagangkan.
Dengan aktifnya jalurnya rel di tanah Sumatra, lahirlah unit rangkaian kereta api legendaris bahkan menjadi saksi bisu sejarah perkembangan industri perkeretaapian, salah satunya lokomotif uap yang bernama Mak Itam.
-
Siapa yang menemukan tambang batu bara di Sawahlunto? Doen Penyelidikan Terkuaknya potensi tambang batu bara di Sawahlunto ini bermula dari seorang ahli geologi Belanda bernama Willem Hendrik de Greve yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menyelidiki keberadaan batu bara di kawasan tersebut.
-
Apa koleksi Museum Kereta Api Sawahlunto? Museum ini memiliki koleksi berjumlah 106 buah yang terdiri dari gerbong, lokomotif uap, jam, alat-alat sinyal atau komunikasi, foto dokumentasi, miniatur lokomotif dan berbagai macam barang lainnya.
-
Dimana lokasi Museum Kereta Api Sawahlunto? Letaknya berada di Jalan Jenderal A. Yani, Pasar, Lembah Segar, Sawahlunto, Sumatera Barat.
-
Dimana lokasi Museum Batubara Tanjung Enim? Untuk mencapai tempat ini, kamu hanya perlu menempuh perjalanan kurang lebih 3-4 jam dari ibukota Kabupaten Muara Enim.
-
Apa nama kereta api uap di Kota Solo? Sepur Kluthuk Jaladara merupakan kereta api uap yang digunakan sebagai kereta wisata di Solo.
-
Kenapa Museum Batubara Tanjung Enim dibangun? Peresmian museum ini sebagai pendukung dari terbentuknya kawasan Tanjung Enim menjadi kawasan wisata mandiri setelah kandungan batu bara di sana telah habis sepenuhnya.
Lokomotif kuno dengan tenaga hasil pembakaran ini sekarang menjadi ikon sejarah kereta api di Sumatra Barat. Dulunya kereta ini berfungsi untuk membawa rangkaian gerbong hasil batu bara.
Simak kisah sejarah lokomotif uap legendaris Mak Itam yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Arti Mak Itam
Mengutip dari situs indonesia.go.id, penggunaan nama Mak Itam rupanya memiliki arti yang diambil bahasa daerah setempat yang berarti Paman Hitam. Hal ini terlihat dari bodi lokomotif yang gagah dan cerobong asapnya yang berwarna hitam pekat.
Tak sampai situ saja, kata "Mak" juga tumbuh kembang di kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. Kata "Mak" sendiri digunakan sebagai panggilan penghargaan bagi para tetua.
Maka dari itu, pemberian istilah "Mak" pada lokomotif uap ini sebagai wujud penghargaan dari peran lokomotif tersebut dalam pertumbuhan industri perkeretaapian di Sumatra Barat.
Produksi Jerman
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, lokomotif uap ini dulunya dirancang di Jerman dari Maschinenfabrik Esslingen pada tahun 1965. Konon lokomotif ini adalah induk kereta api produksi terakhir dari pabrik tersebut.
Lokomotif bernomor E1060 ini dikirim menuju Sumatra pada tahun 1966 yang berfungsi sebagai penghubung antar kota tambang batu bara di Sawahlunto menuju Pelabuhan Teluk Bayur yang ada di Kota Padang.
Lokomotif yang satu ini tak hanya sekadar penarik rangkaian gerbong batu bara saja. Melainkan mengandung nilai historis yang tinggi dan menjadi wisata sejarah moda transportasi zaman Belanda.
Temuan Kandungan Batu Bara
Pembangunan fasilitas kereta api ini berawal penemuan kandungan batu bara dengan jumlah besar oleh seorang geolog Belanda bernama Willem Hendrik de Greeve pada tahun 1867.
Penemuan itu menjadi angin segar bagi Belanda. Mereka langsung menugaskan pembangunan sarana dan prasarana, salah satunya jalur kereta api dari lokasi batu bara di Sawahlunto menuju Pelabuhan Teluk Bayur.
Pembangunan jalur rel kereta api ini di bawah tanggung jawab Sumatra Staats Spoorwegen Westkust (SSS) yang dimulai pada tahun 1891. Proses pembangun jalur rel kereta api ini melibatkan 20.000 narapidana penjara pemerintah kolonial.
Jalur rel ini rampung dikerjakan pada 1 Januari 1894.
Lokomotif Kuat dan Bertenaga
Lokomotif Mak Itam ini didesain untuk melewati tanjakan dan medan berkelok yang menembus perbukitan Bukit Barisan. Dengan susunan penggerak roda 0-10-0, lokomotif ini memiliki 10 penggerak roda secara bersamaan.
Tak hanya tangguh melewati medan sulit, Lokomotif E1060 ini juga mampu menarik rangkaian gerbong sebanyak 40 unit dengan muatan kurang lebih 130 ton dalam sekali perjalanan.
Lokomotif ini juga diperkuat dengan empat silinder. Dua silinder di antaranya digunakan untuk menggerakkan gigi-giginya.