Mitos Gunung Bromo, Disebut Tempat Bersemayamnya Para Dewa hingga Pasir yang Bisa Menyerap Manusia
Mitos gunung Bromo justru menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu mitosnya ialah Gunung Bromo merupakan tempat bersemayamnya para dewa.
Mitos gunung Bromo justru menjadi daya tarik tersendiri. Salah satu mitosnya ialah Gunung Bromo merupakan tempat bersemayamnya para dewa.
Mitos Gunung Bromo, Disebut Tempat Bersemayamnya Para Dewa hingga Pasir yang Bisa Menyerap Manusia
Gunung Bromo merupakan salah satu objek wisata alam di Jawa Timur yang banyak dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Gunung ini tergolong gunung yang masih aktif dengan aktifitas letusan 30 tahun sekali sejak abad 20.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, mitos Gunung Bormo konon terbentuk dari letusan Gunung Tengger. Gunung Tengger adalah gunung dengan ketinggian 4000 mdpl.
Gunung tersebut menjadi gunung tertinggi dan terbesar pada waktu itu. Gunung Tengger kemudian Meletus dan menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari 8 kilometer.
-
Apa yang dimaksud dengan mitos? Mite atau mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang. Dalam arti yang lebih luas bisa bermakna sebagai suatu pernyataan, di samping itu mitos juga dipadankan dengan kata mythology dalam bahasa Inggis yang memiliki arti sebagai suatu studi atas mitos atau isi mitos.
-
Apa itu mitos? Mitos adalah kepercayaan yang diceritakan secara turun temurun. Mitos, sebagai warisan kultural yang telah melintasi generasi dan peradaban, tetap menjadi elemen tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Fenomena ini telah menciptakan narasi-narasi yang kaya akan simbolisme, makna, dan pandangan dunia.
-
Apa yang menjadi batu di dekat pasir berbisik Gunung Bromo? Kini batu singa tersebut masih bisa kita saksikan di dekat kawasan pasir berbisik Gunung Bromo. Batu Singa atau yang dikenal dengan sebutan Watu Singa jadi salah satu spot favorit wisatawan untuk berfoto.
-
Apa yang bisa dilihat di Kawah Gunung Bromo? Di sana, Anda bisa melihat secara langsung kecantikan kawah Bromo yang begitu memesona dan alami.
-
Kenapa Gunung Bromo akan ditutup? Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Septi Eka Wardhani mengatakan penutupan kawasan Gunung Bromo tersebut dalam rangka ritual Yadnya Kasada dan pemulihan ekosistem serta pembersihan kawasan.
Meletusnya Gunung Tengger juga memunculkan 4 gunung baru yaitu, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo. Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 mdpl dan berada di empat wilayah sekaligus yaitu, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Lumajang Jawa Timur. Asal nama Gunung Bromo adalah berasal dari kepercayaan warga umat Hindu di sekitar.
Masyarakat juga percaya bahwa Gunung Bromo meninggalkan jejak Dewa Brahma, selain itu mereka percaya bahwa mitos Gunung Bromo adalah tempat bersemayam dewa yang melindungi mereka yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa.
Terdapat suku asli dari daerah tersebut, yaitu Suku Tengger. Suku Tengger diambil dari nama Roro Anteng dan Joko Seger yang berhasil menikah setelah Roro Anteng menggagalkan usaha pria lain menikahinya yaitu Kyai Bimo.
Roro Anteng dipercaya sebagai keturunan Kerajaan Majapahit dan titisan Dewa yang memiliki paras cantik. Konon Kyai Bimo yang diberikan syarat untuk membuat lautan sebelum fajar tiba. Hingga kini, masih banyak kisah-kisah mistis yang menyelimuti gunung Bromo.
Percaya atau tidak, mitos gunung Bromo justru menjadi daya tarik tersendiri. Berikut ulasan selengkapnya mengenai mitos gunung Bromo yang menarik diketahui.
Mitologi Jawa Terkait Gunung Bromo
Bentang alam Gunung Bromo sangatlah unik. Kawasan wisata dan konservasi ini berupa kaldera berpasir dengan beberapa gunung kecil dan salah satunya bersifat aktif secara vulkanik. Terkadang, gunung ini juga disebut sebagai Kaldera Tengger karena kedekatannya dengan masyarakat suku Tengger.
Saking luasnya kawasan kaldera tersebut, Gunung Bromo berada di dalam empat kabupaten, yakni Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Pasuruan. Di dalamnya menyimpan vegetasi unik dan fauna yang dilindungi, sehingga juga berada dalam kawasan konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS).
Bagi masyarakat suku Tengger yang berada di sekitarnya, Gunung Bromo terkadang disebut sebagai Brama atau Brahma seperti nama dewa pencipta dalam agama Hindu. Hal ini membuat gunung tersebut dijadikan tempat suci dan lokasi upacara Yadnya Kasada. Mereka pun mendirikan pura untuk menggelar penghormatan kepada gunung yang disucikan ini.
Menurut mitologi Jawa, asal mula Gunung Bromo berasal dari kisah peninggalan Kerajaan Majapahit (1293—1527). Diceritakan terdapat putra dari seorang brahmana bijak bernama Joko Seger dan seorang putri bangsawan bernama Rara Anteng. Kelak, nama dari dua tokoh mitologi Jawa ini diadaptasi masyarakat sekitar menjadi Tengger.
Rara Anteng merupakan sosok yang cantik, sehingga dipercaya sebagai titisan dewa dalam mitologi Jawa. Kecantikannya terkenal seantero negeri. Banyak dari kalangan pangeran yang jatuh hati dan segera melamarnya. Namun, semua lamaran itu ditolak oleh Rara Anteng.
Kebiasaannya menolak secara langsung tiba-tiba terhenti ketika seorang yang sakti bernama Bajak (sumber lain menyebutnya sebagai Kyai Bima).
Rara Anteng sebenarnya tidak berniat menerima lamarannya, tetapi hanya mengajukan persyaratan sebagai upaya menolak. Ia meminta agar dibuatkan lautan pasir di gunung dalam waktu semalam.
Versi lain dari mitologi Gunung Bromo mengungkapkan, Rara Anteng memberikan syarat kepada pertapa sakti itu untuk membuatkan danau di atas Gunung Bromo. Syaratnya, harus selesai dalam waktu semalam, sebelum ayam jantan berkokok.
Bajak yang merupakan seorang sakti dari lereng Gunung Bromo tidak bisa diremehkan. Ia bersedia menerima tantangan membuat hamparan pasir di gunung atau danau di atas Gunung Bromo, sehingga Rara Anteng terkejut dan gelisah.
Rara Anteng pun berbuat curang untuk menggagalkan upaya Bajak. Dia bersama para perempuan di desa segera menabuh lesung dan membakar jerami. Dalam mitologi Jawa terkait asal-usul Gunung Bromo, usaha Rara Anteng bertujuan agar membuat suasana dan langit tampak seperti matahari menjelang terbit.
Upaya ini membuat ayam berkokok seperti pagi. Mendengar suara kokok ayam, Bajak kesal karena dianggap gagal memenuhi syarat untuk menikahi Rara Anteng. Akibatnya, tempurung kelapa atau batok yang digunakan untuk mengeruk pasir dilempar begitu saja. Ketika jatuh, batok tersebut terbalik dan menjadi Gunung Batok yang berada di sebelah barat Pura Luhur Poten.
Sebenarnya, dalam kisah mitologi Jawa tentang Gunung Bromo, Rara Anteng menaruh hati kepada Joko Seger. Dia adalah pemuda yang tampan dan punya kekuatan sakti. Keduanya pun menikah dan tinggal di lereng Gunung Bromo sebagai penguasa negeri.
Sayangnya, mereka berdua tidak kunjung diberi keturunan. Masyarakat mereka pun memberikan pasangan kepada kedua pasangan tersebut untuk bersemadi di Gunung Bromo.
Dengan semadi, Sang Pencipta akan mengabulkan harapan mereka untuk memiliki keturunan. Joko Seger dan Rara Anteng pun menuruti saran masyarakatnya.
Dalam semadi, suara gaib muncul yang mengungkapkan, mereka berdua akan mendapatkan keturunan dengan syarat mengorbankan anak terakhir ke kawah Gunung Bromo. Rara Anteng dan Joko Seger pun menepati suara gaib itu.
Akhirnya, Rara Anteng dan Joko Seger pun memiliki anak. Mereka memiliki 25 anak dengan anak terakhir bernama Kusuma yang cerdas dan tangkas.
Hanya saja, pasangan suami istri tersebut belum kunjung menepati janjinya karena sayang dengan keturunan mereka.
Pada akhirnya Joko Seger ditegur dewa dari dalam mimpi untuk memenuhi janjinya untuk mengorbankan anak bungsunya ke kawah Gunung Bromo. Teguran itu memberikan ancaman, jika tidak ditepati maka desa akan terkena musibah.
Kusuma adalah anak yang patuh kepada orang tuanya. Ketika sang ayah menceritakan mimpinya, dengan penuh kebijaksanaan dan keteguhan hati, Kusuma bersedia memenuhi janji demi keselamatan masyarakat desa.
Pengorbanannya pun dilangsungkan pada tanggal 14 Bulan Kasada saat bulan purnama dalam kalender Hindu Tengger. Kusuma diantar oleh keluarga dan warga desa ke kawah Gunung Bromo.
Ketika hendak melompat, dia memberikan satu syarat agar masyarakat Tengger memberikannya hasil ladang setiap tanggal 14 Bulan Kasada. Sejak itu, masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo pun memperingati upacara Kasada.
Mitos Gunung Bromo
Selain memiliki kisah mitologi yang kompleks, gunung Bromo juga memiliki mitos-mitos lain yang populer dan masih disebarluaskan hingga saat ini. Adapun mitos gunung Bromo tersebut antaranya:
1. Terdapat Benda Pusaka
Beberapa orang percaya akan terdapat benda-benda pusaka yang telah dikubur di sekitar Gunung Bromo oleh orang-orang sakti di zaman Majapahit.
Orang-orang yang mendapat wangsit melalui bisikan gaib atau mimpi akan mengetahui lokasi penyimpanan benda pusaka tersebut. Benda pusaka yang terkubur di Bromo mulai dari keris hingga batu.
2. Fenomena Pasir Hisap
Bromo juga dikenal dengan fenomena pasir hisap yang disebut bisa menyerap semua benda termasuk manusia. Belum diketahui pasti di mana lokasi pasir hisap. Dikabarkan hanya tetua adat suku Tengger yang mengetahui lokasi tersebut.
3. Pasir Berbisik
Fenomena bisikan pasir tercipta lantaran luasnya hamparan pasir di Bromo. Pasir yang saling berterbangan dan bersentuhan menghasilkan suara mendesis yang khas. Namun, suara itu terdengar seperti bisikan dari bahasa lain yang tidak kita mengerti. Hal itu pun dikaitkan dengan hal-hal mistis.
4. Lokasi Kerajaan Gaib
Gunung Bromo dikenal memiliki area kerajaan gaib yang dihuni oleh dewa-dewi Hindu seperti Dewa Brahma, Dewa Siwa, Wisnu, dan punggawanya. Beberapa orang juga pernah mengalami peristiwa aneh seperti mendengar suara, melihat bayangan aneh hingga merasa diikuti saat berada di Watu Kuto yang jarang terjamah.
5. Akar Gaib
Gunung Bromo memiliki akar pohon gaib yang mematikan. Konon katanya, terasa energi negatif yang amat kuat di sekitar akar ini. Mereka yang berniat jahat atau memiliki hati yang buruk disebut bisa menghilang sekejap dari alam semesta jika menginjak akar ini.