Nabung 34 Tahun, Kakek Buruh Bangunan Asal Madiun Ini Wujudkan Impian Naik Haji
Raut bahagia begitu terpancar di wajah salah satu calon jemaah haji di Asrama Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo, Rabu (8/6). Pria sepuh bernama Mohammad Djaelani (62) itu mengaku sangat senang lantaran berhasil mewujudkan mimpinya untuk pergi ke tanah suci usai menabung sejak puluhan tahun lalu.
Raut bahagia begitu terpancar di wajah salah satu calon jemaah haji di Asrama Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo, Rabu (8/6). Pria sepuh bernama Mohammad Djaelani (62) itu mengaku sangat senang lantaran berhasil mewujudkan mimpinya untuk pergi ke tanah suci.
Ia kemudian menceritakan masa-masa gigihnya dalam mengumpulkan rupiah, di mana penghasilannya sebagai pekerja bangunan selalu ia sisihkan agar bisa menunaikan rukun Islam yang kelima itu. Saat ditemui, bapak tiga orang anak yang masuk Kelompok Terbang (Kloter) 7 Embarkasi Surabaya ini tak henti-hentinya berucap syukur.
-
Kenapa Soetomo berpesan untuk dimakamkan di Surabaya? Ia ingin dimakamkan di Surabaya agar senantiasa dekat dengan masyarakat kota itu.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Apa yang menjadi ciri khas oleh-oleh dari Surabaya? Sambal Bu Rudy menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Surabaya.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa saja yang diresmikan Jokowi di Sulawesi Barat? "Juga pembangunan 3 ruas jalan sepanjang 22,4 kilometer yang ditangani dengan Inpres Jalan Daerah," ucap Jokowi.
"Saya merantau ke daerah lain menjadi kuli bangunan sejak tahun 80-an, saat itu sudah ada niat menabung untuk biaya naik haji," tutur calon haji asal Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, tersebut dikutip dari laman resmi Kominfo Jawa Timur, Jumat (10/6).
Menabung Lalu Dibelikan Sapi untuk Dijual
©2022 kominfo.jatimprov.go.id/ Merdeka.com
Dituturkannya dengan sumringah, keinginannya untuk berhaji begitu kuat sejak puluhan tahun lalu. Hal itu yang kemudian membuat Djaelani mampu mengumpulkan uang hingga Rp5 juta pada tahun 2007 untuk kemudian dibelikan sapi.
Bukan untuk dikonsumsi, sapi tersebut ia rawat untuk dijual kembali dua tahun kemudian sehingga bisa dibelikan sawah seharga Rp10 juta. Sayangnya uang tersebut masih kurang 2 juta, hingga Ia terpaksa meminjam di bank.
"Tahun 2007 itu saya beli sapi lalu 2 tahun kemudian dijual seharga 8 juta untuk beli sawah, tapi uang kurang terpaksa pinjam bank," urainya.
Sawah Terjual dan Daftar Haji Tahun 2011
Djaelani sejak awal memang bertekad bisa naik haji, ia bernazar jika ada yang beli sawahnya maka langsung daftar haji dari uang penjualan sawahnya. Hingga ada orang yang membeli sawahnya seharga 25 juta tanpa menawar.
"Alhamdulillah, ada orang yang membeli sawah saya 25 juta, langsung uang itu untuk daftar haji pada tahun 2011," ungkapnya.
Tak sampai di situ, usaha dan doanya juga didengar oleh sang Maha Kuasa hingga ia mendapat rezeki tambahan usai menjadi pengurus jenazah di desa sembari menjalankan pekerjaan utamanya yang masih di bidang pekerjaan bangunan.
Dari jerih payahnya itu, Ia berhasil berangkat ke tanah suci. Djaelani telah membuktikan dengan niat yang kuat dan doa yang terus dipanjatkan, semua keinginan akan bisa terwujud.