Sejarah 8 Oktober: Peresmian Stasiun Jakarta Kota oleh Pemerintah Hindia Belanda
Stasiun Jakarta Kota (JAKK), atau yang juga dikenal dengan nama Stasiun Beos adalah stasiun kereta api terbesar yang ada di Indonesia. Stasiun Jakarta Kota diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, jhr. A.C.D. de Graeff pada hari ini, tanggal 8 Oktober 1929. Berikut sejarah lengkapnya.
Stasiun Jakarta Kota (JAKK), atau yang juga dikenal dengan nama Stasiun Beos adalah stasiun kereta api terbesar yang ada di Indonesia. Stasiun Jakarta Kota mempunyai ketinggian 4 mdpl dan memiliki 12 jalur kereta api. Hingga kini, Stasiun Jakarta Kota masih beroperasi dan dipenuhi sesak oleh para penumpang yang berkomuter setiap harinya.
Stasiun Jakarta Kota memiliki nama asli Stasiun Batavia-benedenstad dan sejak zaman pendudukan Jepang, mulai menggunakan nama Djakarta. Stasiun Jakarta Kota adalah stasiun yang bangunannya ditetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya Berdasarkan SK Gubernur No. 475 Th. 1993, 29 Maret 1993; dan SK Menbudpar No: PM.13/PW.007/MKP/05, 25 April 2005.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa fungsi utama Gedung Kesenian Jakarta saat ini? Saat ini, gedung tersebut masih aktif digunakan sebagai lokasi pertunjukkan seni khas nusantara maupun luar negara.
-
Pajak apa yang diterapkan di Jakarta pada masa pasca kemerdekaan? Di dekade 1950-an misalnya. Setiap warga di Jakarta akan dibebankan penarikan biaya rutin bagi pemilik sepeda sampai hewan peliharaan.
-
Kenapa Stasiun Kutaraja ditutup? Pada 1974, Stasiun Kutaraja resmi tutup karena kalah saing dengan kendaraan pribadi.
-
Apa yang dibahas Indonesia di Sidang Umum ke-44 AIPA di Jakarta? “AIPA ke-44 nanti juga akan membahas persoalan kesejahteraan, masyarakat, dan planet (prosperity, people, and planet),” kata Putu, Rabu (26/7/2023).
-
Apa prakiraan cuaca di Jakarta hari ini? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
Stasiun Jakarta Kota adalah stasiun type Terminus atau stasiun akhir, dan tidak mempunyai kelanjutan jalur rel kereta api. Di sebelah timur stasiun Jakarta Kota, terdapat Dipo Kereta yang digunakan untuk menyimpan dan melakukan perawatan kereta api jarak jauh. Stasiun Jakarta Kota diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, jhr. A.C.D. de Graeff pada hari ini, tanggal 8 Oktober 1929.
Berikut sejarah lengkapnya.
Sejarah Deretan Nama Stasiun Jakarta Kota
Saat ini dikenal sebagai stasiun Jakarta Kota, stasiun ini juga memiliki nama lain yaitu stasiun Beos. Beos merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur), yang berada di lokasi yang sama sebelum dibongkar, dilansir dari laman heritage.kai.id. Ini adalah perusahaan kereta api swasta yang menghubungkan Batavia dengan Kedunggedeh.
Sementara menurut versi lainnya, Beos berasal dari kata Batavia En Omstreken (Batavia dan Sekitarnya) yang berasal dari fungsi stasiun sebagai pusat transportasi kereta api yang menghubungkan Kota Batavia dengan kota lain seperti Bekassie (Bekasi), Buitenzorg (Bogor), Parijs van Java (Bandung), Karavam (Karawang), dan lain-lain.
Selain dikenal dengan nama stasiun Beos, stasiun Jakarta Kota juga memiliki sebutan lain yakni, Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Nama ini muncul pada akhir abad ke-19, karena Batavia memiliki stasiun kereta api Batavia Noord (Batavia Utara yang yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang).
Batavia Noord pada awalnya merupakan milik perusahaan kereta api Netherland Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dan merupakan terminal untuk jalur Batavia - Buitenzorg (Jakarta – Bogor), yang pada tahun 1913 jalur Batavia – Buitenzorg ini dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dan dikelola oleh Staats Spoorwegen (SS).
Peresmian Stasiun Jakarta Kota pada 8 Oktober 1929
Pada awalnya, Batavia Zuid (Batavia Selatan) dibangun sekitar tahun 1870 dan kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk renovasi menjadi bangunan yang sekarang ini. Pembangunan tersebut selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan sebagai stasiun pada 8 Oktober 1929.
Acara peresmian Satsiun Jakarta Kota dilakukan secara besar-besaran pada 8 Oktober 1929, dengan upacara penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu, jhr. A.C.D. de Graeff, yang berkuasa pada tahun 1926 – 1931.
Stasiun Jakarta Kota sendiri adalah karya besar arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, Frans Johan Louwrens Ghijsels, yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat.
Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels terkesan sederhana namun tetap bercita rasa tinggi. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Siluet stasiun Jakarta Kota dapat dirasakan melalui komposisi unit-unit massa dengan ketinggian dan bentuk atap berbeda.
Unit-unit massa Stasiun Jakarta Kota terbagi dalam beberapa bagian yaitu unit massa kepala; unit massa sayap, gerbang masuk utama dan peron; unit massa menara (utama/depan, samping, dan gerbang samping). Konfigurasi massa bangunan linier secara keseluruhan membentuk huruf “T”.