Sosok Sultan Hamid II, Pencetus Lambang Garuda Pancasila yang Tak Banyak Diketahui
Tak banyak yang tahu siapa sebenarnya sosok pencetus lambang Garuda Pancasila, Sultan Hamid II. Berikut cerita menarik tentang pencetus lambang Garuda Pancasila itu.
Tak banyak yang tahu siapa sebenarnya sosok pencetus lambang Garuda Pancasila, Sultan Hamid II. Unggahan Instagram @sorotandunia pada Jumat (16/10/2020) membeberkan sejumlah fakta menarik tentang sang inovator besar itu.
Sultan Hamid II rupanya bukan orang biasa, ia adalah seorang sultan di Kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat. Dalam tubuhnya, mengalir darah dua bangsa besar, Indonesia dan Arab. Berikut cerita menarik tentang pencetus lambang Garuda Pancasila itu.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Di mana bukti penyebaran tungau ditemukan? Ini berdasarkan temuan baru para arkeolog di situs garnisun Romawi di Vindolanda di Northumberland, di selatan Tembok Hadrian.
-
Apa yang Soeharto katakan tentang berita hoaks yang mengarah ke Tapos? Memberitakan dengan tujuan negatif, karena mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari Tapos ini," jelas Soeharto dikutip dari akun Instagram @jejaksoeharto. Karena memikirkan ini peternakan dari Presiden, padahal bukan peternakan Presiden, ini sebenarnya punya anak-anak saya yang saya mbonceng untuk mengadakan riset dan penelitian," kata Soeharto menambahkan.
-
Apa yang dilakukan seniman AI itu pada tokoh-tokoh sejarah? Gambar-gambar tersebut menunjukkan Mahatma Gandhi dalam avatar berotot, Albert Einstein dengan tubuh kekar, dan Rabindranath Tagore memamerkan fisik berototnya.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
Perjalanan Hidup
Pria bernama lengkap Syarif Abdul Hamid Al-Qadri merupakan putra sulung Sultan Syarif Muhammad Al-Qadri.
Sultan Hamid II lahir di Pontianak pada 12 Juli 1913 dan meninggal 30 Maret 1978 di Jakarta. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
©2020 Merdeka.com/Instagram @sorotandunia
Syarif Abdul Hamid, panggilan kecilnya, menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung selama satu tahun, dan THS Bandung tidak tamat.
Kemudian, ia juga bersekolah di KMA (sejenis Akademi Militer) di Breda, Belanda, hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda (KNIL = Koninklijk Nederland Indische Leger).
Menang Sayembara Lambang Garuda Pancasila
Pada 10 Januari 1950, dibentuklah Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder, dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan R.M. Ngabehi Poerbatjaraka sebagai anggota.
Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
©2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab, untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilihlah dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR ialah rancangan Sultan Hamid II. Sementara itu, karya M. Yamin ditolak lantaran menyertakan sinar-sinar matahari yang menampakkan pengaruh Jepang.
Komentar Warganet
Banyak warganet yang meramaikan kolom komentar di Instagram @sorotandunia. Alih-alih mengomentari karya Sultan Hamid II, mereka justru mengatakan hal ini.
©2020 Merdeka.com/Instagram @sorotandunia
“Good looking ya, sang Sultan,” komentar pemilik akun @novanita_whian.
“Ganteng yah,” komentar @nadirintop76.
“Tuanya aja ganteng bgt gmna mudanya hmmm fakboy gk yaa. Wkwkwkwk secara pernah studi di Belanda dan turunan Arab plus Raja Sultan,” komentar @tutupakunhlo.
(mdk/rka)