Berpadu dalam duka
Tapi sekarang tragedi MH17 seolah menyatukan mereka: Melayu dominan bersatu rasa dengan etnis Tionghoa dan India.
Encik Hadi khusyuk menyimak siaran televisi soal tragedi menimpa pesawat Malaysia Airlines di ruang tamu rumahnya di kawasan Ampang, Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat sore pekan lalu. Ini sudah dia lakukan sejak sahur.
Sepanjang hari saat mengantar bosnya pergi dan pulang dari kantor, sopir pribadi seorang pejabat di Malaysia ini mengikuti perkembangan dari tragedi menimpa MH17. "Alhamdulillah, saya bersyukur tidak ada kerabat atau kawan jadi mangsa (korban)," katanya kepada merdeka.com. "Namun saya turut bersedih."
Jatuhnya pesawat bernomor penerbangan MH17 ini hampir sepanjang hari menghiasi berita di televisi, radio, dan surat-surat kabar di negara jiran itu. Banyak pihak meyakini pesawat nahas dalam perjalanan dari Amsterdam (Belanda) ke Kuala Lumpur itu ditembak jatuh di timur Ukraina.
Sebanyak 298 penumpang, termasuk 12 asal Indonesia, dipastikan tewas. Namun sampai sekarang, Rusia dan Ukraina saling tuding sebagai pelaku penembakan. Jumlah korban terbesar dari Belanda, yakni 189 penumpang.
Perdana Menteri Najib Razak sudah menyatakan tiga hari berkabung hingga SEnin lalu. Dia meminta warga Malaysia mengibarkan bendera setengah tiang. Dia menyerukan kaum muslim salat gaib dan penganut agama lain mendoakan korban sesuai keyakinan masing-masing.
Bukan hanya Encik Hadi. Kemalangan menimpa MH17 juga menjadi perhatian banyak orang di Malaysia. Sopir taksi bernama Rahim mengaku rajin mengikuti berita itu sejak kejadian berlangsung Kamis tengah malam pekan lalu. "Saya ikuti terus lewat radio dan televisi," ujarnya.
Kedai-kedai kopi dan warung tenda di bilangan Bukit Bintang, Kuala Lumpur, juga serupa. Banyak orang berbincang soal tragedi MH17. "Kami kembali bersedih untuk kedua kali dalam waktu dekat," kata seorang lelaki keturunan China.
Dalam empat bulan, dua pesawat Malaysia Airlines ditimpa musibah. Sebelumnya MH370 mengangkut 239 orang, termasuk 38 warga Malaysia dilaporkan hilang dan hingga kini nasibnya belum diketahui. Kali ini bencana menghantam MH17 membawa 298 orang, termasuk 43 warga Malaysia, dan 80 anak.
Di kompleks Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA 2), dua tukang bersih-bersih beretnis India asyik mengobrol soal MH17.
Malaysia kini seolah berpadu sesuai semboyan Perdana Menteri Najib Razak selama berkampanye tahun lalu: Satu Malaysia. Padahal, situasi politik dan sosial di negara ini kerap menghangat lantaran isu agama dan ras.
Tapi sekarang tragedi MH17 seolah menyatukan mereka: Melayu dominan bersatu rasa dengan etnis Tionghoa dan India. Kemanusiaan memang mampu melupakan perbedaan agama dan ras.