Kenali Kondisi Masa Duka Berkomplikasi yang Bisa Muncul Akibat Kehilangan Orang Terdekat
Berduka setelah kehilangan orang terdekat merupakan hal yang biasa terjadi. Namun kondisi ini bisa berkomplikasi dan menjadi berat.
Kehilangan orang terdekat merupakan pengalaman emosional yang sangat mendalam dan sering kali meninggalkan bekas yang tak mudah hilang. Namun, bagi sebagian orang, masa duka bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius dan sulit diatasi, yang disebut dengan masa duka berkomplikasi.
Dr. Edward Faisal, Sp.PD K.P.P.M, seorang dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan psikosomatik paliatif di RS Cipto Mangunkusumo Kencana Jakarta, menjelaskan bahwa masa duka berkomplikasi adalah sindrom yang melibatkan berbagai gejala yang bertahan lama dan menghambat seseorang untuk melanjutkan hidup setelah kehilangan orang yang dicintai.
-
Bagaimana cara mengatasi kesedihan kehilangan orang yang dicintai? Kata-kata tersebut tidak selalu dimaksudkan untuk menghibur, tetapi untuk mengakui kebenaran rasa sakit dan memungkinkan Anda untuk merasakannya.
-
Kenapa patah hati bisa buruk buat kesehatan mental? Cinta bertepuk sebelah tangan bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan perasaan tidak aman yang mempengaruhi kesehatan mental.
-
Apa yang dirasakan ketika kehilangan seseorang yang istimewa? Ketika kehilangan seseorang yang spesial, kita tidak akan pernah melupakannya.
-
Apa saja contoh kata-kata sad untuk mengungkapkan kehilangan? 'Aku berharap aku bisa memberimu lima rasa sakitku hanya untuk sesaat sehingga kamu bisa mengerti betapa kamu menyakitiku.' 'Itu masalahku: aku berpikir terlalu banyak, dan aku merasa terlalu dalam. Sungguh kombinasi yang berbahaya.' 'Kamu menyelamatkan semua orang, tetapi siapa yang menyelamatkanmu?'
-
Bagaimana cara menyampaikan rasa duka cita? Kata-kata duka cita adalah salah satu cara yang kerap dipakai untuk menyampaikan rasa duka yang mendalam.
-
Siapa yang sedang berduka? Keluarga sendiri Insha Allah tabah, ikhlas tadi juga tahlilan dihadiri sama keluarga dan tetangga,' katanya.
Menurut Edward, duka yang dianggap normal biasanya berlangsung antara tiga hingga enam bulan. Namun, jika perasaan tersebut berlangsung lebih dari enam bulan, “itu disebut dengan masa duka berkomplikasi," ujar Edward dalam sebuah webinar RSCM dilansir dari Antara.
Masa duka yang tak kunjung mereda ini tidak hanya dirasakan oleh orang yang lanjut usia tetapi juga bisa dialami oleh siapa saja, termasuk tenaga medis yang memiliki hubungan emosional dekat dengan pasien yang meninggal.
Kondisi masa duka berkomplikasi memiliki gejala yang bervariasi. Edward menjelaskan bahwa kondisi ini dapat memicu berbagai respons fisik, psikis, dan spiritual, serta meningkatkan risiko inflamasi atau peradangan dalam tubuh. Secara emosional, seseorang yang mengalami masa duka berkomplikasi sering kali terjebak dalam renungan mengenai kematian orang yang dicintai dan merasa kesulitan untuk melepaskan diri dari ingatan tersebut.
“Ketidakmampuan untuk menerima kematian, kerinduan atau penghindaran yang intens, sering melamun, kesedihan yang mendalam, tangisan, tekanan somatik, penarikan diri dari pergaulan, dan ada kemungkinan besar keinginan bunuh diri, ingin menyusul orang yang meninggal," jelas Edward. Semua gejala ini mencerminkan betapa beratnya tekanan yang dihadapi oleh seseorang dalam kondisi duka yang berkomplikasi.
Kesepian yang intens, terutama bagi mereka yang telah kehilangan pasangan hidup, juga bisa memperburuk kondisi ini. Di usia lanjut, kehilangan pasangan hidup kerap menimbulkan rasa kesepian mendalam yang semakin memperparah proses berduka. Selain itu, interaksi dengan orang di luar keluarga yang mungkin belum tahu tentang meninggalnya orang terdekat dapat memicu perasaan rindu yang mendalam bagi mereka yang sedang berduka.
Kondisi ini juga tidak luput dialami oleh tenaga kesehatan, seperti dokter dan perawat yang memiliki simpati tinggi terhadap pasien. Saat pasien yang telah dirawat dengan penuh perhatian meninggal, banyak tenaga medis merasa bersalah atau gagal karena tidak mampu menolong pasien tersebut. Mereka yang terlibat dalam perawatan paliatif, misalnya, menghadapi risiko duka berkomplikasi karena sering kali terlibat secara emosional dengan pasiennya.
Edward menggarisbawahi bahwa ambang waktu yang dianjurkan untuk menentukan masa duka berkomplikasi adalah satu tahun. Jika kesedihan tersebut sudah mengganggu fungsi emosional dan sosial seseorang, serta menyebabkan kesulitan menerima kenyataan kematian atau mengakibatkan hilangnya identitas diri, maka sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan spesialis kesehatan jiwa.
Untuk mencegah kondisi ini, Edward menyarankan agar orang yang berduka bercerita dan berbagi perasaan dengan orang lain. Memahami bahwa kondisi paliatif dan kematian adalah bagian dari proses kehidupan yang normal juga dapat membantu seseorang mengatasi rasa kehilangan secara lebih sehat.
Dukungan dari keluarga, teman, dan bahkan tenaga kesehatan sangat penting agar individu yang berduka tidak merasa sendirian, dan dapat menjalani proses berduka secara lebih positif serta melanjutkan hidup dengan kenangan yang indah.