4 Kebiasaan ‘Toxic’ yang Buat Kita Cepat Lelah Secara Mental, Harus Dihindari
Sejumlah kebiasaan yang kita miliki ternyata tanpa sengaja bisa membuat mental kita cepat lelah.
Kesehatan mental adalah aset yang harus kita jaga dengan baik. Sama seperti baterai yang harus diisi ulang setelah digunakan, pikiran kita pun memerlukan waktu untuk beristirahat dan diisi ulang. Namun, beberapa kebiasaan yang tampak sepele sering kali menguras energi mental kita tanpa disadari.
Kebiasaan ini mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi secara perlahan bisa membuat kita merasa kelelahan dan sulit untuk fokus. Dilansir dari Your Tango, berikut empat kebiasaan ‘toxic’ yang bisa menguras energi mental kita dan sebaiknya segera dihentikan.
-
Apa dampak kesehatan mental yang buruk terhadap tubuh? Gangguan kesehatan mental yang tidak diobati atau dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko penyakit fisik yang membahayakan diri seseorang seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan gangguan tidur atau insomnia.
-
Kenapa toxic bisa merugikan kesehatan mental? Pergaulan toksik dapat merujuk pada interaksi yang menciptakan lingkungan yang tidak sehat, mengakibatkan stres, kecemasan, atau bahkan kerusakan pada kesejahteraan mental individu yang terlibat.
-
Apa aja kebiasaan buruk yang ganggu otak? Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat merusak sel-sel otak, menghambat aliran darah dan oksigen ke otak, atau mengurangi asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh otak.
-
Bagaimana kelelahan mengganggu kesehatan? Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar tubuh kita yang berpengaruh terhadap kesehatan tubuh kita. Tidur yang cukup dan berkualitas dapat membantu tubuh kita untuk memulihkan diri dari kelelahan, stres, atau infeksi. Tidur yang kurang atau buruk dapat mengurangi kemampuan tubuh kita untuk memperbaiki sel-sel yang rusak, mengeluarkan racun, dan meningkatkan sistem imun tubuh.
-
Kenapa kelelahan mental terjadi? Kelelahan mental, yang juga dikenal sebagai burnout adalah kondisi kelelahan fisik dan emosional kronis yang disebabkan oleh stres berkepanjangan, kelebihan kerja, atau ketidakseimbangan antara tanggung jawab dan sumber daya.
-
Apa saja tanda kesehatan mental yang buruk? Kenali Tanda-tanda Kesehatan Mental yang Buruk
1. Meja Kerja yang Berantakan
Siapa yang menyangka bahwa meja kerja yang berantakan dapat mempengaruhi performa mental kita? Sebenarnya, meja yang tidak rapi menciptakan "gesekan mental" yang membuat kita merasa terhambat sebelum memulai pekerjaan. Menurut Akshad Singi, "Meja yang berantakan adalah penjaga yang harus Anda hadapi sebelum masuk ke mode kerja." Pikirkan saja, sebelum mulai bekerja, Anda berpikir, “Saya harus merapikan meja dulu.” Ini menambah langkah ekstra yang sebenarnya tidak perlu.
Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi alasan untuk menunda pekerjaan—alias procrastination. Penundaan ini bukan hanya soal menunda waktu, tetapi juga menambah beban mental karena tugas yang belum selesai terus menghantui pikiran.
Sebuah penelitian dari American Psychological Association menyebutkan bahwa 20–25% orang dewasa di seluruh dunia adalah procrastinator kronis. Singi mengatasi masalah ini dengan membagi mejanya menjadi dua bagian: satu untuk barang-barang yang tidak digunakan, dan satu lagi untuk tempat bekerja yang bersih dan rapi.
Dengan meja kerja yang rapi dan terorganisir, Anda dapat langsung masuk ke mode kerja tanpa hambatan mental, sehingga energi mental bisa dialihkan untuk pekerjaan yang lebih produktif.
2. Tidak Membuat Jadwal Harian
Sering merasa bingung kapan harus mulai bekerja atau apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu? Kebiasaan tidak memiliki jadwal harian bisa menjadi penyebabnya. Ketika semua keputusan tentang pekerjaan—kapan, di mana, dan apa yang harus dilakukan—dibuat secara real-time, ini akan memicu “keletihan keputusan” (decision fatigue), yang pada akhirnya membuat otak kita cepat lelah.
"Semua pertanyaan ini harus dijawab sebelumnya, bukan saat Anda seharusnya bekerja," jelas Singi. Dengan memiliki jadwal yang jelas, otak kita tidak perlu menghabiskan energi untuk memutuskan apa yang harus dilakukan berikutnya.
Misalnya, malam sebelumnya Anda sudah menentukan bahwa besok pukul 11:00 Anda akan menulis artikel di ruangan tertentu. Dengan perencanaan ini, saat tiba waktunya bekerja, Anda bisa langsung fokus pada pekerjaan tanpa harus terjebak dalam kebingungan tentang apa yang harus dilakukan.
Tidak memiliki jadwal juga sering kali menjadi alasan untuk menunda pekerjaan. Menyusun jadwal harian yang rinci dan realistis dapat mengurangi stressor ini dan membantu Anda tetap fokus pada tugas yang penting.
3. Selalu dalam Mode Kerja
Di era digital saat ini, sangat mudah terjebak dalam mode kerja 24/7, terutama jika Anda bekerja dari rumah atau memiliki pekerjaan sampingan. Akibatnya, batas antara waktu kerja dan waktu pribadi menjadi kabur, dan hal ini bisa menguras energi mental secara perlahan tapi pasti.
Terus-menerus dalam mode kerja meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang seharusnya berada pada level rendah di malam hari. Ketika kortisol tetap tinggi di malam hari, ini dapat mengganggu kualitas tidur dan menyebabkan kelelahan yang berkepanjangan.
Untuk mengatasi ini, Singi merekomendasikan memiliki ritual penutupan kerja (work shutdown ritual). Tentukan jam tertentu sebagai batas waktu Anda berhenti bekerja, misalnya pukul 7 malam. Setelah itu, lakukan sesuatu yang menandakan bahwa pekerjaan sudah selesai, seperti menyatakan dengan lantang bahwa hari kerja telah usai.
Contohnya, Cal Newport menggunakan kalimat "Schedule shutdown, complete" sebagai ritual penutupan kerja. Ritual ini membantu otak untuk beralih dari mode kerja ke mode istirahat, sehingga Anda bisa sepenuhnya beristirahat tanpa memikirkan pekerjaan.
4. Memikirkan Tugas yang Belum Dilakukan
Pikiran kita cenderung terus memikirkan tugas-tugas yang belum selesai, meskipun tidak semuanya harus diselesaikan dalam waktu dekat. Kebiasaan ini, yang sering disebut sebagai "ruang RAM kognitif yang bocor," secara perlahan dapat menguras energi mental kita. Ketika kita terus memikirkan hal-hal yang belum selesai, otak kita terus-menerus bekerja, meskipun sebenarnya kita tidak sedang menyelesaikan tugas tersebut.
Salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan ini adalah dengan menuliskan semua tugas di to-do list. Dengan menuliskan tugas, Anda membebaskan otak dari beban mengingat, sehingga bisa fokus pada tugas yang sedang dikerjakan. Selain itu, menetapkan waktu khusus untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut juga dapat membantu Anda merasa lebih terorganisir dan tenang.
Empat kebiasaan ini mungkin terlihat sepele, tetapi dampaknya sangat besar terhadap kesehatan mental kita.