Diecer Rp 5 ribu, cuma dapat 11 cabai rawit
Pemerintah menyatakan tidak akan mengimpor cabai untuk menutupi kekurangan pasokan. Masyarakat diminta menggunakan cabai jenis lain sementara waktu.
Kenaikan harga cabai rawit yang mencapai Rp 100 ribu lebih membuat konsumen konsumen teriak. Mereka tidak menduga awal tahun disambut dengan harga cabai rawit yang naik drastis. Padahal cabai rawit merupakan bahan pangan penting untuk masakan. Terlebih lagi bagi pedagang-pedagang yang pelengkapnya adalah sambal.
Iman (35), tukang pecel di kawasan Tebet mengungkap dengan kenaikan harga tersebut dirinya lebih memilih memperbanyak tomat dalam sambalnya. Sebab jika tidak begitu cabai yang diperlukan lumayan banyak. Sejak harga naik, dia hanya menghabiskan sekitar 1 kg cabai. Sebelumnya lebih dari angka tersebut digunakan dengan dua hingga tiga kali ulek.
-
Mengapa harga cabai rawit di Pasar Batangase naik? Untuk itu, jika selama ini telah dilakukan program tanam cabai, namun karena masih tingginya permintaan, harga juga masih sangat tinggi. Sehingga tahun depan, pihaknya berencana untuk memasifkan penanaman cabai, tidak hanya imbauan tetapi memberikan bibit gratis, direncanakan sebanyak 50 juta bibit.
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Di mana harga bahan pangan di pantau? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Kapan harga emas Antam naik? Harga emas Antam mengalami kenaikan sebesar Rp5.000 per gram pada Jumat (5/7/2024) pagi.
-
Kapan harga ayam potong mulai naik? Menurut salah seorang pedagang di sana, harga ayam potong mengalami kenaikan hingga Rp8 ribu per kilogramnya. Sebelum berada di angka Rp40 ribu, ayam potong masih stabil di Rp32 ribu per kilogram. "Sebelumnya harga ayam potong Rp32 ribu per kilogram (kg), namun saat ini mencapai Rp40 ribu per kilogram," kata salah seorang pedang, Yayan, mengutip ANTARA.
-
Kenapa harga sembako di Pasar Belakang Kodim Brebes naik? Kenaikan harga ini diduga karena tingginya permintaan menjelang Natal dan tahun baru.
Menurutnya, belum ada pelanggan yang komplain atas sambalnya. Meski terasa ada yang beda tapi nampaknya pelanggan cukup mengerti dengan kondisi harga cabai saat ini.
"Pada biasa aja si nggak komentar," ujarnya, berbincang dengan merdeka.com, Senin (16/1).
Sementara itu, salah seorang pelayan warteg di kelurahan Menteng Dalam, Tebet Murni (27) mengaku tidak banyak pengurangan penggunaan cabai rawit terhadap hidangan yang disediakan di tempat tersebut. Sebab biasanya masakan-masakan yang menggunakan cabai rawit selalu dicampur dengan cabai merah besar dan cabai rawit. Kendati demikian dirinya berharap harga cabai rawit segera turun agar konsumen bisa mengonsumsi seperti sedia kala.
Tak hanya itu keluhan kenaikan harga cabai juga diungkap oleh pedagang sayur keliling Bang Mahdi. Sekarang dia hanya mampu membeli 1 kg dengan harga Rp 140 ribu untuk sekali dagang. Untuk 1 kg itu dia bagi menjadi beberapa kantung ukuran gula pasir 1/4 untuk diecer seharga Rp 5 ribu. Setiap kantung isi cabai hanya sekitar 11 tapi dicampur dengan cabai merah besar.
Menurutnya, terkadang ada saja ibu rumah tangga yang mengeluh sedikit. "Namanya ibu-ibu, beli Cuma Rp 5 ribu minta banyak. Dikasih segitu komentar. Emang suka begitu," kata Mahdi.
Beda dengan seorang ibu rumah tangga Widia (44) yang mengaku keluarganya tidak terlalu menyukai makanan pedas. Kendati begitu dia tetap membeli cabai rawit untuk campuran dalam masakan. Kata perempuan asal Bogor ini meski suami dan anaknya bukan pedas holic tapi cabai harus tetap ada di dapur. Cabai tersebut hanya untuk menyedapkan masakan. Dengan kenaikan harga ini dirinya lebih mengurangi pemakaian dan cara memotong. Untuk masak tumis dirinya potong kecil-kecil berbentuk bulat dan hanya menggunakan tiga buah.
Dia percaya pemerintah punya solusi baik untuk situasi ini. "Cepat turun lah ya jangan lama-lama naiknya," harapnya.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pemerintah tak perlu mengimpor cabai untuk menekan harga. Enggar pun meminta masyarakat untuk mengonsumsi cabai yang harganya masih terjangkau.
"Enggak usah impor cabai. Cuma cabai rawit merah. Makanlah cabai rawit hijau yang juga sama, cabai rawit merah itu sesaat dan tidak mungkin urusan sesaat kita harus impor. Kalau hujan begini. Kita tidak bisa stop. Bagaimana, hujannya besar seperti ini. Kami tidak bisa memaksakan para petani untuk dia busuk," ujarnya di Jakarta pekan lalu.
Sedangkan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Taufik Kurniawan melihat kenaikan harga cabai yang cukup signifikan saat ini hanya gejolak sementara. "Saya melihat persoalan kenaikan harga ini lebih hanya sementara," kata Taufik, di Jakarta, Jumat (13/1).
Dia menjelaskan, pada musim hujan seperti saat ini produksi cabai tidak maksimal, di mana cabai mudah rontok sebelum waktunya dan cepat busuk. "Persoalan kenaikan harga cabai yang saya cermati adalah faktor cuaca yang berpengaruh pada produksi dan kualitas cabai, kemudian faktor distribusinya," tuturnya.
Khusus mengenai pendistribusian, Taufik sepakat dengan usulan Presiden Joko Widodo di mana daerah surplus sebaiknya mendistribusikan ke daerah yang kekurangan stok cabai. Menyikapi persoalan ini, Taufik melihat Pemerintah telah mengambil langkah-langkah antisipatif yang memadai, sedangkan masyarakat juga memahami kondisi yang ada.
"Saya melihat Bapak Presiden dan kementerian terkait sudah beberapa kali turun ke lapangan meninjau pasar maupun sentra produksi cabai," katanya.
(mdk/bal)