Digilir 8 Pemuda, Hilang Nyawa Gadis Belia
Naas bagi OR. Rencana indah bercinta berdua dengan pujaan hatinya itu berubah menjadi petaka.
Malam temaram di Desa Cihuni, Kabupaten Tangerang. Di sebuah kamar, gadis belia berinisial OR, dalam keadaan tak berdaya. Dia teler. Kekasihnya tega mencekoki pakai tiga butir hexymer. Kemudian memanggil tujuh pemuda lain masuk untuk bergantian menyetubuhi.
Perempuan 16 tahun itu tidak bisa melawan. Perutnya mual dan kepalanya pening. Semua akibat ulah FF, kekasih yang dikenalnya melalui media sosial Facebook. Akal bulus ini dirancang pria pengangguran tersebut. Termasuk mengajak para temannya mencicipi gadis belia itu.
-
Siapa yang memimpin TP PKK Trenggalek dalam upaya menekan angka perkawinan anak? Bersama TP PKK Trenggalek, ia berhasil menekan angka perkawinan usia anak dengan signifikan.
-
Siapa yang bergantian mengasuh anak? Di sinilah peran Irfan Bachdim sebagai suami terlihat jelas. Ia tak segan untuk bergantian menggendong anak bungsu mereka yang masih membutuhkan banyak perhatian, memberikan Jennifer ruang untuk fokus pada pekerjaannya.
-
Apa yang dilakukan oleh TP PKK Trenggalek untuk menurunkan angka perkawinan anak? Konsistensi praktik baik dalam mensejahterakan hak anak inilah yang akhirnya bisa membawa Kabupaten Trenggalek mengalami penurunan angka perkawinan anak dari tahun 2021 sebesar 7.67% menjadi 3.80% ditahun 2022, dan menjadi 2,1% pada semester 1 tahun 2023 ini.
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Siapa pelaku pencabulan terhadap anak di Tanjung Pandan? Korban menceritakan kejadian pahit yang dialaminya. Oleh pelaku yang belakangan diketahui berinisial Brigpol AK diminta masuk ke sebuah ruangan. Sementara dua temannya diminta menunggu di luar. Korban tak menaruh curiga. Perintah Brigpol AK dia turuti. Sesampainya di ruangan, pintu malah dikunci dari dalam"Sedangkan kedua teman korban menunggu di ruangan lainnya, singkat cerita di ruang tersebut terjadi dugaan tindak pencabulan itu," kata KBO Satreskrim Polres Belitung, IPDA Wahyu Nugroho dalam konferensi pers di Polres Belitung.
-
Siapa saja yang memberikan tekanan terhadap anak-anak? Peer pressure atau tekanan dari teman sebaya adalah tantangan yang mungkin dihadapi oleh anak-anak di sekolah atau saat bermain dengan teman-teman mereka.
Semua dirancang pada 9 April 2020, sehari sebelum malam pertemuan. FF awalnya meminta S alias Kubil untuk meminjam kamar. Di situ pelaku memberitahu bahwa akan mengajak OR dan bakal mencekokinya. Pembahasan mereka makin menjauh. Sehingga muncul ide untuk memerkosa secara bergilir.
Esok malam, 10 April 2020. Semua persiapan sudah matang. Yang ditunggu tiba. FF mengajak OR ke tempat Kubil. Keduanya ingin memadu kasih. Memang selama berkomunikasi melalui Facebook, FF kerap meminta OR untuk berhubungan badan. Gadis belia itu pun termakan bujuk rayu.
Naas bagi OR. Rencana indah bercinta berdua dengan pujaan hatinya itu berubah menjadi petaka. Kubil sebelumnya sudah diminta FF untuk membeli Hexymer. Kerasnya efek obat itu membuat tubuh OR tak berdaya. Kemudian FF memanggil tujuh teman sekampungnya. Mereka dipersilakan menyetubuhi kekasihnya.
OR tak bisa melawan. Dia pasrah dikerjai delapan pemuda Cihuni, termasuk kekasihnya, hingga tak berdaya. Gadis belia itu pun kemudian diantar pulang.
Sepekan kemudian, tepatnya 18 April 2020, kejadian serupa terulang lagi. Malam hari, OR kembali bertemu FF. Cara pertama pun digunakan lagi si pengangguran tersebut. Bahkan dilakukan di lokasi yang sama. Sudah ada beberapa temannya di dalam menunggu ketika OR datang.
Obat Hexymer pun kembali dicekoki FF kepada kekasihnya. OR kembali tak berdaya. Teler parah. Kini hanya enam pemuda yang ikut FF memerkosa kekasihnya. Mereka tak peduli melihat kondisi gadis belia itu. Pikirannya hanya untuk melampiaskan nafsu yang sudah di ujung tanduk.
Pemerkosaan kedua ini membuat keadaan OR parah tiap harinya. Dari pengaruh obat-obatan keras itu, kondisi kesehatan langsung menurun. Gadis putus sekolah itu sempat berkali-kali tak sadarkan diri. Bahkan kerap mengeluh sesak di bagian dada dan tubuhnya terasa panas.
"Kita sempat rawat ke rumah sakit rehabilitasi, tapi begitu pulang kambuh lagi, jalan saja dia enggak kuat. Sebelumnya dia sehat-sehat saja, enggak pernah terlihat seperti," ucap Rohim, paman korban, menceritakan kondisi keponakannya.
Kondisi ini tentu membuat curiga keluarga OR. Akhirnya, kejadian kelam dialami di sebuah kamar kontrakan itu diceritakan. Semua keluarga kaget. Tetapi, kondisi kesehatan gadis belia itu semakin parah.
OR sampai tidak bisa melakukan aktivitas lain seperti biasa. Terkadang dia tampak seperti orang ngobrol sendiri. Kemudian lidahnya menjadi cadel. Kondisi ini membuat orangtua sempat merujuk agar putrinya dirawat di Rumah Sakit Jiwa Dharma Graha Serpong.
Ketika di rumah sakit jiwa, OR sempat bercerita kepada suster tentang kejadian yang dialaminya. Kemudian pada 9 Juni, pihak rumah sakit menyarankan kepada keluarga agar OR dirawat di rumah sakit umum. Apalagi keadaan kesehatan badannya semakin tidak membaik.
Keluarga OR sempat berencana melaporkan kasus dialami putrinya ke kepolisian. Kemudian pihak keluarga FF mendatangi rumah OR dan berjanji akan bertanggung jawab. Bahkan siap untuk dinikahi jika korban sudah pulih. Niat melapor tersebut dibatalkan.
"Waktu itu datang ke rumah dari keluarga pacarnya, katanya mau tanggung jawab. Jadi kalau OR sudah sembuh, mau dinikahkan, keluarganya juga mau bertanggung jawab dan membantu biaya berobat ke rumah sakit," ungkap Rumsiah, nenek OR.
Takdir berkata lain. OR akhirnya meninggal. Gadis belia itu tidak kuat lagi menahan sakit di tubuhnya. Tentu ini menjadi pukulan berat bagi keluarga besarnya. Kasus ini kemudian ditangani kepolisian.
Satu per satu pelaku tertangkap. FF menjadi dalang utama. Kemudian S, D dan A. Sisanya masih buron. Sempat ada keterangan berbeda antar pelaku.
Dalam pemeriksaan, D mengaku bahwa pemerkosaan tersebut dilakukan tanpa ada imbalan uang kepada korban. Hal ini berbeda dengan keterangan sejumlah tersangka lainnya yang menyebutkan sebelum digilir korban sempat meminta uang Rp100 ribu dan minta dibelikan obat keras.
Pernyataan ini, berbeda dengan keterangan empat orang tersangka yang lebih dulu diamankan FF, S, D dan AN, yang menyebutkan bahwa pil hexymer yang diberikan kepada korban atas permintaannya. Dan uang Rp100 ribu jika ingin menyetubuhi korban.
"Jadi tidak ada permintaan uang Rp100 ribu, yang sebelumnya dikatakan 4 tersangka sebelum menyetubuhi korban ada permintaan uang sebelum menyetubuhinya," ucap Kapolsek Pagedangan AKP Efri.
Sementara untuk pil hexymer yang dikonsumsi korban, polisi mengakui bahwa korban diberikan oleh tersangka. Untuk memastikan penyebab korban meninggal, polisi melakukan penggalian makam bersama tim forensik RS Polri Kramat Jati sebagai rangkaian penyelidikan lebih mendalam.
(mdk/ang)