Kanada yang sama
Justin Trudeau merupakan putra dari Pierre Trudeau, mantan Perdana Menteri Kanada.
Partai Liberal Kanada yang dipimpin oleh Justin Trudeau, berhasil memenangkan Pemilihan Umum yang diselenggarakan Senin (19/10) di negara itu dan mengakhiri hampir satu dekade pemerintahan Partai Konservatif. Dalam pidato kemenangannya, Trudeau mengatakan, Kanada telah mengirimkan pesan yang jelas, yaitu sebuah perubahan.
Partai Liberal meraih 185 kursi dari total 338 kursi di parlemen. Sedangkan Partai Konservatif hanya sanggup mempertahankan 102 kursi dari sebelumnya 159. Sesuai UU di Kanada, partai mayoritas di legislatif otomatis ketuanya menjadi perdana menteri.
Justin Trudeau merupakan putra dari Pierre Trudeau, mantan Perdana Menteri Kanada. Sosoknya yang ganteng, nampak trengginas dan mengusung kebijakan radikal, serta baru 44 tahun, membuatnya mencuri perhatian pemilih. Trudeau terutama unggul di negara bagian yang penduduknya berbahasa Prancis.
Partainya menyatakan akan menjalankan diplomasi luar negeri proaktif dengan tetangganya seperti AS dan Meksiko. Mereka juga akan melibatkan lembaga-lembaga
multilateral untuk membangun Kanada. Setelah dilantik Trudeau segera menghadiri sejumlah acara internasional. Salah satunya Asia Pasific Economic Co-operation (APEC) di Filipina pada November mendatang.
Dalam kampanyenya, Trudeau mengatakan akan memulai era baru dalam diplomasi Kanada yang selama ini mengandalkan ekonomi sumber daya alam, serta berencana
untuk mengurangi emisi rumah kaca di negaranya. Partainya juga menawarkan kebijakan neraca defisit untuk menggerakkan ekonomi, sekaligus mengembalikan citra Kanada sebagai negara maju di mata dunia.
Dalam debat calon presiden pada 28 September 2015 beberapa pandangan politik luar negeri Trudeau yang mengemuka antara lain bahwa di bidang penanganan terorisme khususnya ISIS, ia tidak setuju dengan penempatan pasukan namun lebih condong pada pelatikan pasukan setempat untuk menghadapi ISIS di Suriah dan Irak.
Trudeau ingin agar Kanada dapat menampung pengungsi asal Suriah lebih banyak, tidak seperti kebijakan pemerintahan Perdana Menteri Stephen Harper dari Partai
Konservatif yang khawatir dengan isu keamanan apabila menampung terlalu banyak pengungsi. Trudeau juga bertekad akan memperbaiki hubungan yang dingin antara
Kanada dan AS di bawah pemerintahan sebelumnya.
Trudeau memang mewarisi politik luar negeri yang berubah drastis di tangan Harper. Sejak pemerintahan Partai Konservatif di tahun 2006, politik luar negeri Kanada yang era sebelumnya dikenal banyak memakai pendekatan soft power dan honest broker, di tangan Harper kebijakan luar negeri Kanada menjadi nampak agresif dan sering mengesampingkan berbagai institusi internasional seperti PBB.
Arah baru politik luar negeri Kanada di bawah Trudeau sangat diharapkan khususnya dalam isu Timur Tengah. Harper sangat memihak Israel dan bahkan oleh koran The
Times of Israel edisi 19 Oktober 2015, Harper disebut sebagai anggota dream team Benjamin Nentayahu.
Tapi akankah ada perubahan signifikan politik luar negeri Kanada dalam isu Timur Tengah di bawah Trudeau? Lagi-lagi koran The Times of Israel menyatakan dengan keyakinan bahwa hanya akan ada sedikit perubahan di bawah Trudeau. Perubahan itu digambarkan sebagai “jika Liberal menang, Kanada dan Israel tetap akan memiliki
hubungan yang sangat erat namun tidak seperti dua sohib“.
Koran itu juga mencatat bahwa Trudeau mempekerjakan Stephen Bronfman, putra milyuner Yahudi Kanada untuk penggalangan dana kampanye. Tak heran bila Trudeau
juga menyatakan bahwa gerakan BDS (boycott, divestment and sanctions) terhadap Israel sebagai gerakan anti-Semitisme dan meski menyetujui perjanjian nuklir Iran, ia minta pelaksanaannya perlu diawasi secara seksama.
Koran The Times of Israel dengan yakin menegaskan bahwa Kanada akan terus mendukung Israel dengan ungkapan “lirik lagunya mungkin berubah, tapi musiknya tetap sama”. Jadi nampaknya kita masih akan melihat Kanada yang sama.