Kapuspen TNI: Istilah OPM Biar Prajurit Tegas dan Tidak Ragu
TNI ingin tanah Papua damai dan warganya sejahtera
TNI ingin tanah Papua damai dan warganya sejahtera
Kapuspen TNI: Istilah OPM Biar Prajurit Tegas dan Tidak Ragu
Tentara Nasional Indonesia (TNI) terus mengupayakan perdamaian di Tanah Papua. Namun hingga kini, serangan demi serangan masih dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Teranyar, Komandan Koramil (Danramil) 1703-04/Aradide Letda Inf Oktovianus Sogarlay (OS) gugur usai ditembak OPM.
- OPM Terus Berulah, Ratusan Pasukan Khusus TNI AU Diterjunkan ke Papua & Ini Tugas Penting yang Dilakukan
- Penjahat ini Ngaku Nyesal Membunuh, Jenderal Bintang 2 'Ngegas': Kapok Opo?
- TNI Diserang KKB Usai Pengamanan Natal di Papua Barat, 1 Gugur dan 1 Luka Tembak di Perut
- Momen Perpisahan Prajurit TNI dengan Ibu-ibu di Papua, Penuh Haru Diberi Hadiah Manis
Penyerangan dan penembakan terjadi di daerah Pasir Putih, Distrik Aradide, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, Kamis (11/4) lalu.
merdeka.com wawancara eksklusif dengan Kapuspen TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar yang salah satunya membahas tentang perdamaian di Tanah Papua:
Soal keberadaan OPM, pak ini kapan selesainya di Indonesia agar Papua damai?
Saya inginnya secepatnya ya. Makanya kita hadir ke sana sebenarnya ingin secepatnya damai, kita ke sana salah satu tujuannya meningkatkan taraf hidup di sana. Mempercepat pembangunan.
Makanya yang kemarin ramai itu, bapak Panglima sebut OPM. Salah satunya untuk memberikan ketegasan dan keyakinan bagi prajurit di lapangan agar bisa bertindak cepat dan tegas tidak ragu-ragu lagi.
Kami pun juga mengimbau, kemarin ada satu yang sudah menyerahkan diri di Papua Barat. Kita terima, kita imbau mereka yuk kita bangun Papua suatu daerah yang sangat kaya dan bagian dari NKRI yuk kita bangun.
Manakala ada yang tetap tidak mau, dia keras kita balas dengan keras.
Seperti ucapan bapak panglima kemarin, dia pakai senjata kita lawan pakai senjata.
Tapi yang mau bergabung mau membangun Papua, kita rangkul bersama-sama.
Memang sejak dulu kan ini tidak sesederhana seperti itu. Kompleksitasnya begitu besar ya. Tapi bagaimanapun juga kita punya amanat dari undang-undang menjaga keutuhan negara, wilayah.
Maka kami tentara siap ke sana untuk tidak bosan-bosannya untuk selalu mengimbau saudara kita di sana untuk membangun Papua semakin baik.
Manakala ada yang masih perlu dibereskan. Itu cara lain yang harus kita lakukan.
Soal intruksi Panglima senjata dibalas senjata, itu sebenarnya intrepretasinya seperti apa?
Ya ketegasan itu dalam rangka juga melindungi prajurit kita. Jangan sampai prajurit kita bertindak kena aturan-aturan yang bisa memberatkan.
Panglima menyadari prajurit kita itu sudah meninggalkan keluarga, di sana setor nyawa.
Beliau harus melindungi, bahwa ketika di daerah konflik terjadi atau bertemu dengan TPNPBOPM di dalam hukum militer itu berhak menjadi sasaran target.
Sehingga tidak usah ragu-ragu lagi menjadikan dia sebagai sasaran target. Karena sudah dikatakan TPNBP.
Nah ketika prajurit melakukan itu dia harus kita lindungi Itu sudah aturannya seperti itu jangan sampai dipersalahkan. Itu satu yang membuat kenapa bapak panglima bahwa mereka harus tegas dan berani.
Iya itu sangat sadis, dia sudah jatuh masih dipotong kaki dan kepalanya itu sangat biadab.
Itulah yang membuat pimpinan kami sangat geram melihat itu. Karena dampaknya memberikan ketakutan, mereka itu tidak suka bila kita dengan rakyat Papua bisa berhubungan dengan baik.
Selalu mereka menebar teror, ketakutan supaya masyarakat tidak tenang juga dalam hidupnya. Makanya ada operasi teritorial untuk membangun kebersamaan dan ketenangan masyarakat Papua.
Termasuk proses pembebasan Pilot Susi Air yang sudah 1 tahun lebih. Jadi memang problematik ya?
Iya kita juga berusaha juga melakukan pembebasan. Memang dinamika di lapangan tidak mudah, tidak semudah membalikan telapak tangan