Kisah Rumah Pitung di Marunda
"Yang bener itu kalau menurut sejarah rumah ini punya Haji Saipudin bukan punya Pitung," ujar Isa.
Bangunan berusia ratusan tahun itu masih berdiri kokoh di daerah Marunda, Jakarta Utara. Bentuknya panggung dan mirip rumah suku adat Bugis. Ada cerita menarik di balik keberadaan rumah itu. Konon rumah terbuat dari kayu itu menjadi saksi bisu jejak si Pitung, pada masa penjajahan Hindia Belanda.
Pitung menurut cerita yang berkembang di masyarakat pernah singgah di rumah belakangan diketahui milik Haji Saipudin. Dia adalah saudagar kaya asal Bugis, Makassar.
"Kenapa disebut rumah Si Pitung. Karena katanya dulu Pitung itu pernah sembunyi di sini. Tapi ini rumah bukan punya Pitung. Ini punya orang Makassar, namanya Haji Saipudin. Tahun 1972 rumah ini dibeli sama DKI dari keturunannya. Setelah itu dikasih nama Rumah si Pitung," ujar Mohamad Isa petugas Satuan Pelaksana Edukasi dan Informasi Museum Kebaharian Jakarta, saat ditemui merdeka.com, Kamis pekan lalu.
Isa menuturkan banyak versi sejarah keberadaan Rumah Pitung. Pertama ialah rumah ini pernah ditinggali di Pitung selama beberapa tahun ketika dia dikejar Kepolisian Kolonial. Namun ada juga yang mengatakan jika Pitung hanya singgah di rumah itu beberapa minggu saat diburu Polisi Hindia Belanda pimpinan Hinne. Setelah itu Pitung kembali mengembara ke tempat lain.
"Yang bener itu kalau menurut sejarah rumah ini punya Haji Saipudin bukan punya Pitung. Pitung Cuma ngumpet doang di sini. Dia meminta perlindungan oleh sahabatnya," ujar Isa. Dia pun juga mengatakan ada versi lain sejarah rumah ini, yaitu rumah hasil rampasan. "Waktu itu Pitung ngaku sebagai Demang Meester Cornelis sama Haji Saipudin. Dia rampok semua hartanya," kata Isa. Dia mengatakan peristiwa itu juga diyakini oleh keturunan Haji Saipudin.
Isa pun mengaku lebih percaya dengan sejarah ditulis dalam surat kabar Hindia Olanda yang mengatakan Pitung sempat singgah di rumah milik Haji Saipudin untuk bersembunyi dari kejaran Polisi Hindia Belanda. Menurut koran itu, Pitung lari dari kejaran Kepolisian Kolonial. Namun keberadaannya justru diketahui mata-mata jika dia berada di rumah itu. Kepolisian Kolonial dipimpin oleh Schout Van Heyne langsung mengepung rumah yang memang berada dipinggiran sungai itu. Namun setelah diperiksa Pitung justru tidak ditemukan.
"Ada yang bilang Pitung itu sakti, dia bisa menghilang," ujar Isa.
Selain di rumah itu, jejak perjalanan si Pitung juga berada di sekitar kawasan itu. Tepatnya di Masjid Al-Alam yang lokasinya hanya sekitar 200 meter dari Rumah Pitung. Konon, sebelum ditangkap oleh Kepolisian Kolonial, Pitung sempat salat dan berdoa di masjid tersebut. Pengurus masjid bernama Haji Sambo membernarkan jika Pitung sempat singgah di rumah ibadah itu. Bahkan selama tinggal di rumah Haji Saipudin ,Pitung sering mengaji dan mengaji di masjid tersebut.
"Kata mertua saya, memang Pitung itu salat sama ngajinya di sini. Waktu rumah Haji Saipudin di kepung sama Kompeni dia lari ke masjid. Katanya ngumpet di plafon, sampai akhirnya berhasil lolos," ujar Haji Sambo. Dia pun mengatakan jika Masjid Al Alam jauh lebih tua berdiri dibanding Rumah Pitung. Masjid ini berdiri sejak tahun 1650 dan didirikan dalam waktu satu hari oleh sembilan wali.
Setelah tidak menemukan sosok Pitung, pasukan Kompeni akhirnya pergi meninggalkan Masjid Al Alam. Pitung juga diketahui melarikan diri ke kampung-kampung lain untuk bersembunyi. Singkat cerita Kompeni akhirnya berhasil menangkap si Pitung saat menyerahkan diri ke kantor Demang Mester Cornelis di kawasan Jati Negara. Pitung menyerah setelah mengetahui kedua orang tua dan gurunya, Haji Naipin disandera oleh Kompeni. Dia tidak tega melihat orang orang dekatnya disiksa pada saat itu.
Sanusi petugas sekaligus penjaga Rumah Pitung mengatakan, banyak cerita tentang kematian si Pitung. Dari cerita yang berkembang, ada banyak versi. Salah satunya adalah, Pitung mati ditembak dan jasadnya di belah menjadi tujuh bagian dan dikubur di beberapa tempat. Namun, ada cerita lain jika makam di Pal Merah merupakan kuburan kepala Pitung. Sedangkan kakinya di kubur di pekarangan rumah Haji Saipudin.
"Kalau Pitung di kubur nyatu, dia akan hidup lagi. Karena ada cerita dia punya ilmu rawa rontek," ujar Sanusi.
-
Bagaimana para peneliti mencari jejak sejarah Kerajaan Panai? Pencarian Jejak Sejarah Dalam mencari jejak sejarah Kerajaan Panai, para peneliti terus berusaha mencarinya. Kesulitan yang dihadapi para peneliti masih terkait keberadaan lokasi persisnya.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Bagaimana cara arkeolog menemukan kota zaman perunggu tersebut? Menggunakan citra satelit dari Google Maps dan Sentinel-2 Badan Antariksa Eropa, serta kerja lapangan pejalan kaki dan penggalian skala kecil, para peneliti melaporlan identifikasi terhadap 100 situs prasejarah baru yang mencakup wilayah seluas 8.000 kilometer persegi.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Bagaimana para peneliti bisa mengungkap sejarah geologis Bumi dari garam batuan tersebut? Dalam sampel garam inilah terdapat kantong kecil yang berisi sedikit air laut kuno. Dari sedikit air laut kuno ini, para peneliti berhasil mengungkap sejarah geologis Bumi.
-
Bagaimana para peneliti mengungkap detail tentang benua Sahul di masa lalu? Melalui analisis yang cermat dari data batimetri resolusi tinggi (topografi dasar laut), terungkap bahwa wilayah ini, yang sekarang tenggelam, dulunya adalah gugusan pulau yang luas di masa Tahap Isotop Maritim 4 (71.000-59.000 tahun lalu).