Kisah sukses pedagang warteg
Ada juga warteg yang memperoleh pendapatan mencapai Rp 6 juta perhari. "Tergantung tempat," ujar Dastoro
Dastoro datang bersama salah temannya juga pedagang Warung Tegal. Dia turun dari dalam mobil Honda Jazz warna abu-abu. Dastoro hanya memakai celana pendek dan kaos. Sedangkan temannya, Dodi berdandan cukup necis. Mengenakan celana jins dan kemeja dengan topi koboi putih melekat di kepalanya.
Kebetulan keduanya memang sengaja di undang Kepala Desa Sidakaton, Haji Untung. Desa tersohor dengan sebutan kampung pedagang warteg. Dastoro dan Dodi memang menjadi gambaran pedagang warteg sukses asal desa hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Terminal Bus Tegal.
Dastoro memiliki Warung Tegal sebanyak tiga tempat di bilangan Jakarta Pusat. "Saya masih memiliki tiga, tetapi anak perempuan saya yang urus," ujar Dastoro saat berbincang dengan merdeka.com di kediaman Kepala Desa Sidakaton beberapa waktu lalu. Dari hasil usahanya membuka warteg, Dastoro pun mampu menyekolahkan anaknya hingga pendidikan tinggi di Universitas Trisakti, Jakarta Barat.
"Anak saya sudah S-2," kata Dastoro. Anaknya pun memilih jalur yang sama mengikuti jejak Dastoro meneruskan usahanya membuka Warung Tegal.
Keuntungan membuka usaha Warung Tegal memang menjanjikan. Meski Dastoro tak menjelaskan berapa penghasilan bersih setiap bulannya, namun dia mau bercerita soal bisnis ditekuni warga Desa Sidakaton ini. Menurut dia, jika ramai seperti salah satu warteg milik temannya di daerah Thamrin, setiap bulan dari jualan makanan pendapatan bersihnya mencapai Rp 30 juta. Itu pun sudah diperoleh setelah membayar 15 orang karyawan membantu usaha di warteg tersebut.
Itu untuk ukuran paling ramai, jika memang warteg itu tergolong jauh dari tempat keramaian seperti misalnya di perkampungan, setiap hari ada juga warteg yang memperoleh pendapatan mencapai Rp 6 juta per hari. "Tergantung tempat," ujar Dastoro. Namun Dastoro mengatakan, di balik ramainya warteg di datangi pelanggan kuncinya adalah rasa makanan, kebersihan dan harga menjangkau. Sebab, brand terkenal dari warteg ialah tersohor karena harganya terjangkau.
Sama seperti apa dikatakan Dastoro, Yani bekas pedagang warteg kini banting setir membuka warung makanan di Desa Sidapurna pun mengakui penghasilan dari membuka usaha Warung Tegal memang menjanjikan. Yani pun menuturkan, jika ketika dia terjun menjalani usaha warteg di Cileungsi, kabupaten Bogor, saban hari pendapatan kotornya sekitar Rp 6 juta. Dia pun menikmati masa kejayaan sebagai pedagang warteg saat itu. "Tergantung tempat. Kalau tempatnya ramai, ya pendapatan juga besar," ujar Yani.
Namun sayang, ketika usaha warteg-nya sedang ramai. Pemilik kontrakan tempatnya membuka usaha justru menghentikan sewanya. Alasannya karena tempat dipakai buat usaha warteg itu bikin kotor. Akhirnya, ibu tiga anak ini memilih pulang ke kampung halamannya di Desa Sidapurna untuk kembali menjalani hari-hari sebagai ibu rumah tangga.
"Kalau sekarang anak saya ikut sama kakak saya buka warteg di Depok," tutur Yani seraya menunjuk kediaman kakaknya tepat di belakang tempat dia membuka warung.
Simak video bukti suksesnya para pedagang warteg berikut.
-
Di mana desa Tegal Wangi terletak? Desa Tegal Wangi di Jimbaran, Badung, Bali, kini menjadi hidden gem yang menawarkan keindahan pantai dengan suasana tenang.
-
Apa keunikan dari Desa Tegal Wangi? Keunikan desa ini juga terletak pada lokasinya yang belum banyak diketahui orang, alias masih hidden gems.
-
Kapan para perantau Tegal mulai membuka Warteg di Jabodetabek? Hingga pada era 1960-an, perantau dari Tegal mulai mencari peruntungan di Jabodetabek dengan membuka warteg.
-
Siapa yang dimakamkan di kampung Tegalsari? Sebagai sesepuh kampung Tegalsari, jenazah Eyang Kudo Kardono dimakamkan di sini.
-
Apa yang dilakukan warga Tegal saat kekeringan? Masyarakat Tegal di pesisir pantai utara meminta hujan dengan tradisi tari yang unik.
-
Dimana lokasi dari kampung Tegalsari di Kota Surabaya? Keberadaan kampung Tegalsari di Kota Surabaya berkaitan erat dengan perjuangan seorang panglima perang Majapahit yang bernama Kudo Kardono.