Menanti Kepastian Aman Vaksin Corona di Indonesia
Sejauh ini belum ditemui ada relawan mengalami reaksi parah setelah disuntik vaksin Sinovac. Karena diyakini vaksin tersebut lebih ringan dampaknya.
Hampir tiga bulan berjalan, vaksin corona Sinovac telah disuntikkan ke ribuan relawan di Bandung. Keamanan dan efektivitas vaksin corona menjadi fokus utama. Keadaan para relawan selalu dipantau. Demi memastikan bahwa vaksin ini bisa segera diedarkan.
Sinovac merupakan vaksin asal Cina. Pemerintah Indonesia menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Biofarma untuk melakukan uji klinis sinovac. Di negara asalnya, vaksin ini telah lulus uji kepada binatang. Kini di banyak negara vaksin Sinovac sedang tahap uji kepada manusia.
-
Apa itu Vaksin Herpes Zoster? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah. Vaksin Herpes Zoster sendiri perlu didapatkan oleh kelompok usia 50 tahun ke atas.
-
Vaksin apa saja yang melindungi kucing dari penyakit berbahaya? Vaksin pada kucing biasanya diberikan melalui suntikan di bawah kulit, dan beberapa juga ada yang diberikan sebagai tetes ke mata atau hidung. Vaksin kucing diberikan untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit menular melalui stimulasi respon imun jika nantinya kucing Anda terkena infeksi.
-
Apa yang dimaksud dengan vaksinasi untuk kucing? Vaksinasi adalah salah satu cara untuk melindungi kucing dari berbagai penyakit menular.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kenapa vaksin Herpes Zoster penting? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah.
Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof. Kusnandi Rusmil, menjelaska bahwa isi vaksin Sinovac merupakan kumannya yang dimatikan. Sehingga para relawan yang telah disuntikkan diyakini mengalami kekebalan.
"Salah satu kerugian dari kumannya dimatikan ini, suntikannya tidak bisa satu kali. Minimal dua kali," ujar Kusnadi kepada merdeka.com, Kamis pekan lalu.
Sejauh ini belum ditemui ada relawan mengalami reaksi parah setelah disuntik vaksin Sinovac. Karena diyakini vaksin tersebut lebih ringan dampaknya bagi tubuh. Meski begitu semua tergantung daya tahan tubuh menerima tiap suntikan. Hanya beberapa gejala ringan saja.
"Sampai sejauh ini (vaksin Sinovac) sangat aman. Cuma kita lagi melihat hasilnya," ungkap dia.
Total sudah lebih 1600 relawan menjalani uji klinis Sinovac. Para relawan memiliki latar belakang berbeda. Termasuk suku, pendidikan maupun pekerjaan.
Banyak pula pejabat ikut sebagai relawan. Mulai dari Gubernur, Kapolda, Jaksa Tinggi hingga kepala desa. Semua bervariasi. Tim peneliti menargetkan pada Januari 2021, terdapat 540 relawan yang akan mendapat vaksin Sinovac kembali. Ini sesuai jangka waktu penelitian yang ditargetkan selama 6 bulan.
Kehadiran vaksin Sinovac belum sepenuhnya diyakini bisa menangkal virus Corona. Epidemolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan hingga kini di Indonesia belum menemukan kriteria vaksin yang tepat untuk masyarakat. Bagi dia, vaksin tidak bisa dipaksakan karena harus memikirkan rasa aman dan efektif.
Seluruh vaksin di Indonesia masih masuk fase III, namun belum selesai. Sehingga belum diketahui seberapa besar efektif dari vaksin tersebut.
Ragam jenis vaksin seharusnya membuat Indonesia berhati-hati. Selain vaksin berasal dari virus mati, ada juga dari bagian virus. Sehingga sampai kini belum diketahui mana yang paling efektif mana yang paling aman.
"Jadi kalau pemerintahan sudah membeli, sudah memesan, itu kan seperti memesan kucing dalam karung. Enggak jelas apa yang dipesan," kata Pandu kepada merdeka.com.
Memang sebaiknya tidak tergesa-gesa. Indonesia juga sudah tanda tangan kerja sama bilateral melalui BUMN dengan COVAX, produsen Sinovac. Kerja sama multilateral ini juga dilakukan seluruh dunia. Semua negara dikoordinasikan dengan lembaga kesehatan dunia atau WHO.
Vaksin yang baik itu harus minimal efek sampingnya. Tidak boleh merugikan sama sekali. Kalau pun hanya demam, pegel-pegel, masih dalam kadar normal. Kemudian terkait efektif, kata Pandu, tingkat perlindungan vaksin seharusnya di atas 50 persen. Meski begitu, masyarakat harus tetap menyadari bahwa virus corona masih perlu banyak didalami.
"Ini kan virus baru. Masih banyak yang misterius," ujar dia.
Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Dr. Zubairi Djoerban sepakat vaksin di Indonesia harus aman dan efektif. Hingga kini memang belum ada satupun negara yang benar-benar memiliki vaksin Covid-19. Sebab, seluruh negara masih berlomba-lomba mencari vaksin tersebut.
Meski begitu ada tiga negara yang telah memaksakan mengeluarkan vaksin ini dengan keterangan Emergency Use Authorization (EUA). Di antaranya Cina, Rusia, dan Uni Emirat Arab. Ketiga negara ini memaksakan lembaga pengawas makanan dan obat di negara masing-masing mengeluarkan izin tersebut.
Indonesia sebenarnya bisa mengikuti langkah itu. Namun, lebih baik sebelum keluar izin EUA dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) harus dikonsultasikan dengan berbagai badan ilmiah. Di antaranya, Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan IDI dan BPOM sendiri selaku lembaga yang mengeluarkan izin.
"Pokoknya sekarang itu pun akhir tahun ini baru bisa dilaksanakan," tegasnya.
Plt. Deputi I Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Togi Hutadjulu mengatakan, saat ini Indonesia telah mempunyai beberapa kandidat vaksin Covid-19 yang akan digunakan untuk program pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) yang disusun sebagai turunan dari Peraturan Presiden No 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dinyatakan bahwa semua vaksin yang akan digunakan harus mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan POM.
BPOM sebagai bagian dari Komite Penanganan Coronavirus Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), mendukung persiapan pemerintah dalam pemberian vaksin Covid-19, serta memperhatikan arahan Jokowi tentang perlunya kehati-hatian terkait rencana vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat luas. Hal ini telah menjadi ketentuan yang berlaku di Indonesia.
Izin penggunaan obat dan vaksin yang dikeluarkan BPOM harus memenuhi syarat keamanan, khasiat, dan mutu yang dibuktikan melalui uji klinik yang baik dan cara pembuatan obat yang baik mengacu pada persyaratan dan standar yang berlaku secara nasional dan internasional. Jika telah dinyatakan memenuhi aspek keamanan, khasiat dan mutunya maka Badan POM dapat memberikan persetujuan apakah dalam bentuk Emergency Use Authorization (EUA) atau dalam bentuk Nomor Izin Edar (NIE).
Katanya, sistem registrasi khusus untuk kondisi darurat ini diberikan tanpa mengesampingkan aspek keamanan, khasiat dan mutu produk. Dalam proses evaluasi keamanan dan khasiat kandidat vaksin tersebut akan melibatkan Tim Komnas (Kominte Nasional) Penilai Obat yang terdiri dari para ahli farmakologi, klinis dan para pakar. Pengambilan keputusan pemberian izin penggunaan darurat ini harus dilakukan dengan pertimbangan kemanfaatan yang lebih tinggi dari risikonya. Keputusan diambil berdasarkan hasil evaluasi data keamanan dan khasiat vaksin.
Izin penggunaan darurat (EUA) telah ditetapkan dengan Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 27 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat. Sistem pemberian EUA yang diterapkan oleh Badan POM mengacu pada pedoman registrasi kondisi darurat World Health Organization (WHO), European Medicines Agency (EMA) dan United States Food and Drug Administration (US-FDA).
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Industri Farmasi (IF) yang memiliki EUA bertanggung jawab terhadap mutu vaksin. Pengawalan mutu vaksin oleh Badan POM antara lain dilakukan melalui inspeksi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) ke fasilitas produksi vaksin, dan melakukan pengujian di laboratorium Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan untuk proses pelulusan bets atau lot release, setiap bets produksi sebelum didistribusikan dan digunakan.
Togi menegaskan, selain itu, IF harus melakukan pemantauan farmakovigilans dan pelaporan efek samping vaksin serta melaporkan realisasi importasi, produksi, dan distribusi vaksin selama persetujuan penggunaan darurat. Laporan disampaikan kepada Badan POM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
"BPOM sendiri akan mengawasi rantai distribusi untuk memastikan mutu vaksin. Vaksin memerlukan kondisi penyimpanan khusus yang umumnya pada temperatur antara 2 hingga 8 derajat Celcius, sehingga manajemen rantai dingin merupakan hal yang krusial dilakukan untuk penjagaan mutu vaksin hingga sampai ke pengguna," kata Togi menjelaskan.
(mdk/ang)