Mental sebagai juara
Adakah risiko sebagai juara. Apa itu?
Siapa pun bisa jadi juara. Juara bukan sekadar impian, tapi bisa dibuktikan. Dan, untuk hal itu, kadang perlu pengelolaan mental yang berbeda.
Mungkin Anda ingat ketika Persib mengalahkan Ps Sriwijaya di Senayan beberapa waktu lalu. Di lapangan, begitu dimulai, Persib yang juara lebih tenang, taktis, dan dominan. Mental juara membantu menenangkannya.
Adakah risiko sebagai juara. Apa itu?
Pembaca, dalam beberapa waktu lalu, saya hadir di pertemuan rencana untuk menghadapi situasi usaha tahun depan. Seperti halnya banyak perusahaan melakukan pertemuan bisnis akhir tahun untuk masa depannya.
Seorang pemateri menyampaikan, bahwa yang dia lakukan sudah banyak. Tapi memang beberapa kurang maksimal. Lantas dia sebutkan beberapa pesaing-pesaingnya. Namun, ketika ditanyakan siapa pesaing (kompetitor) dimaksud, tidak jelas. Artinya tidak dalam satu bagian atau satu subjek. Untuk masalah A, pesaingnya adalah XYZ, untuk masalah B kompetitornya ASDF, untuk masalah C rival dekatnya QWER.
Lalu, apa yang dia lakukan, ternyata membuat sesuatu seperti yang dilakukan kompetitornya? Tidak seharusnya begitu. Sebagai juara, yang sudah menjadi bagian dari top of mind publik, tidak salah memang mengetahui produk atau gerakan yang dilakukan kompetitornya, atau followernya. Namun, risiko jadi juara sebenarnya bukan mesti memperhatikan yang lain, malah harus berpikir sesuatu yang baru sehingga yang lain akan memperhatikan kita sebagai juara.
Saya sering mencontohkan tim sepakbola, ketika klub besar macam Manchester United melakukan lawatan pertandingan ke Indonesia misalnya, dengan salah satu klub. Maka, pola pikir para pemain MU adalah mereka akan dijaga oleh seluruh pemain lawan. Seluruh gerakannya akan diperhatikan, dijaga, dan kemungkinan dijatuhkan. Itulah risiko seorang juara. Untuk menghindari seluruh risiko tersebut, maka pemain juara macam MU tersebut, akan membuat gerakan atau inisiatif (ide) sekreatif mungkin dengan pengalaman dan kemampuan yang dimilikinya untuk menghindari lawan. Mengelabuhi sekalipun adalah salah satu bagian yang sah untuk dilakukan, dengan sebuah niat semangat: menang, juara!
Ketika kami pernah dalam sebuah tim juara, seseorang menanyakan, apakah tahu apa saja yang dilakukan kompetitor. Kami tanya balik, siapa kompetitor dimaksud? Disebutlah perusahaan A, B, C. Dengan lugas kami sampaikan, kami lebih asyik memikirkan apa yang baru yang belum dilakukan orang lain untuk meninggalkan jauh pengikut (follower & kopetitor) kami.
Memang hal demikian bisa dilihat orang sebagai congkak atau pongah. Bisa benar bisa tidak. Tapi dengan konsistensi yang kuat, maka sebenarnya tidak mudah untuk mempertahankan diri sebagai juara. Banyak yang tergelincir dengan kepongahan itu. Meski banyak pendapat menyatakan, menyerang adalah cara bertahan yang paling baik. Dengan demikian, seseorang atau perusahaan yang memiliki mental juara, adalah sangat berat risikonya. Agar tidak dianggap pongah sehingga lengah, maka harus selalu meningkatkan kualitas dan eksplorasi serta riset yang akurat dan produktif sehingga bisa menghasilkan ide-ide baru yang menjadi perhatian orang. Kalau perlu ide kita itu memecah perhatian banyak pihak (disruptive).
Hanya dengan terus menerus berlatih, melakukan riset, meningkatkan kemampuan, banyak browsing, tidak takut salah untuk mengimplementasikan, maka kekuatan kita tetap terjaga sebagai pemimpin dalam produk.
Kemenangan memang berarti segalanya untuk pejuang. Ini adalah satu hal yang menentukan kehidupan. Namun, beberapa pejuang yang bermental juara akan selalu bangkit kembali.
Meski tidak semua orang diwajibkan juara, tapi penyanyi Jason Mraz dalam sebuah kutipannya bilang: "Kau tidak diwajibkan untuk menang. Anda wajib untuk terus mencoba. Untuk yang terbaik yang dapat Anda lakukan sehari-hari.”
Mengapa kemenangan itu penting, dan mental juara itu diperlukan? "Ketika Anda memenangkan perang hampir segala sesuatu yang terjadi dapat diklaim benar dan bijaksana,” kata pemimpin dunia Winston Churchill suatu kali.
Anda dapat perhatikan banyak perusahaan dengan produk-produk buatannya yang menjuarai pasar. Dengan keyakinan dan mental kuat, maka mereka tetap membuat produk yang konsisten, desain yang kuat, arsitektur yang tangguh, yang memiliki beda yang kuat dibanding yang lain. Bukan sekadar mengikuti para kebanyakan yang cenderung hanya jadi pengikut (follower). Mereka ini ujung-ujungnya hanya akan “menjadi seperti” tapi tidak memiliki mental yang kuat menjadi diri sendiri.