Partai politik sekarang sudah banyak kehilangan kepercayaan publik
Partai politik yang sekarang sudah banyak kehilangan kepercayaan dari publik, termasuk kaum mudanya.
Setelah runtuhnya rezim Orde Baru, Indonesia dihadapkan pada perubahan ke arah lebih bebas dan leluasa. Meninggalkan rezim otoriter ibarat mendapatkan kemerdekaan dari penjajahan dan penindasan. Namun, perubahan itu pun tak serta merta menjadikan negeri ini lepas dirundung masalah. Paling banyak setelah reformasi adalah kasus korupsi melibatkan kader partai duduk sebagai penyambung suara rakyat.
Kasus-kasus rasuah ini pun mengantarkan partai tidak lagi dipercayai publik termasuk juga kaum muda. Jargon-jargon janji-janji politik saban kampanye kini sudah tak lagi memikat. Menurut Ariel Heryanto, Sosiolog juga profesor The Australian National University mengatakan, minimnya kaum muda terjun ke politik bisa jadi disebabkan oleh banyak faktor. Terutama sistem di partai politik yang sebagian besar sudah korup.
"Anak-anak muda yang ideal akan frustrasi dan terjungkal jika ingin masuk partai yang sekarang dan memperbaiki hanya bermodalkan semangat dan idealisme," ujar Ariel Heryanto melalui pesan elektronik, Rabu kemarin.
Berikut petikan wawancara Profesor Ariel Heryanto kepada Marselinus Gual dari merdeka.com.
Apa pendapat Anda tentang partai politik kita dalam hubungannya dengan minat kaum muda di bidang politik?
Partai politik yang sekarang sudah banyak kehilangan kepercayaan dari publik, termasuk kaum mudanya. Anak-anak muda yang ideal akan frustrasi dan terjungkal jika ingin masuk partai yang sekarang dan memperbaiki hanya bermodalkan semangat dan idealisme. Sementara yang lain masuk partai karena ingin dapat bagian dalam sebuah mesin politik yang sudah korup tetapi berjaya dalam sistem yang ada.
Bagaimana pendapat Anda tentang kaderisasi politik di Indonesia, apakah sudah memberikan ruang kepada kaum muda untuk ikut berperan aktif?
Saya tidak tahu persisnya, yang saya tahu kaderisasi itu selalu berjalan untuk kepentingan elit yang memimpin partai. Sebagian besar untuk mobilisasi dan mereproduksi sistem yang sudah ada dan sistem itu sebagian besar sudah korup.
Parpol cenderung menggunakan kaum muda sebagai target pada saat pemilu, bagaimana menurut Anda?
Parpol di mana pun di dunia akan mencoba merayu publik seluas-luasnya. Bukan hanya kaum muda.
Apakah sikap apatis kaum muda merupakan salah satu faktor kecilnya minat terhadap politik?
Menurut saya kaum muda Indonesia tidak apatis, atau tepatnya tidak lebih apatis dari kaum muda yang lain.
Fenomena saat ini, popularitas menjadi barang jualan untuk memperoleh kemenangan, apa dampaknya bagi perpolitikan Indonesia?
Akibatnya kehidupan politik jadi mirip reality show di televisi.
Banyak yang beranggapan orang terjun ke politik tujuannya sangat pragmatis, misal untuk mendapatkan uang, bagaimana pendapat Anda?
Di satu segi, kenyataan materialisme itu harus diterima. Masalah uang, harta, benda tidak bisa sepenuhnya diabaikan. Begitulah jalannya politik di seluruh dunia. Tetapi di Indonesia sejak kira-kira tahun 1990-an, masalah uang sangat dominan dan mengalahkan hampir semua unsur-unsur lain dalam politik yang seharusnya sehat.
Ada kesan jika minat politik kaum muda dalam politik hanya melalui media sosial, bagaimana tanggapan Anda?
Kesan saya tidak begitu.
Menurut Anda, apakah saat ini ada tokoh muda menginspirasi munculnya minat politik di kalangan kaum muda?
Jelas ada. Tetapi masih terlalu dini dan terlalu muda untuk disebutkan namanya. Banyak yang saya kenal secara pribadi. Kalau saya sebut beberapa, bisa menimbulkan kesan seakan-akan saya kurang menghargai yang lain.
Menurut Anda, apa yang dibutuhkan agar kaum muda bisa meneruskan politik yang bagus di masa mendatang?
Pendidikan, sikap terbuka, kemauan dan keberanian mencoba biar pun beresiko gagal dan tentu saja kemampuan berorganisasi. Kadang-kadang krisis memacu proses itu, dan memicu lahirnya politikus-politikus muda yang berbakat.