Pelukis pemalsu karya maestro
MY adalah pelukis pemalsu karya maestro.
Sebuah rumah berlantai dua di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, itu menjadi bengkel seni lukisan palsu tercipta. Seorang lelaki paruh baya asyik memainkan kuas di atas palet. Gambarnya samar pria berambut putih memakai kaca mata hitam terlukis dengan garis garis kasar.
Cerita Syakieb Sungkar juga sebagai tim investigasi pelukis palsu bersama perupa Indonesia Amir Sidharta menyusuri sebagian kecil pelaku pemalsu lukisan. Mereka dipersilakan masuk di lantai dua tempat tinggal pelukis berinisial MY. Dia berkarya sesuai pesanan klien. Di situ juga terdapat dua lukisan Hendra Gunawan siap edar.
Sang pelukis mengatakan dia memang menyukai karya-karya dari maestro tanah air, seperti Hendra Gunawan, S.Sudjojono. Dia biasa menerima pesanan dari siapa saja ingin dibuatkan repronya.
MY merupakan alumnus Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) sekarang berubah nama menjadi Institut Seni Indonesia (ISI). "Merantau ke Jakarta pada 1985. Setelah beberapa lama bekerja sebagai pembuat spanduk di Manggarai, kemampuannya melukis tercium oleh seorang pengepul seni kemudian meminta dia membuat lukisan-lukisan mirip Sudjojono dan lainnya," kata Syakieb Sungkar kepada merdeka.com melalui surat elektronik pekan lalu.
Secara teknis, lukisannya serupa karya Sudjojono asli tapi goresannya lebih kasar. Di studio lukisnya juga terdapat beberapa referensi buku seni rupa dan katalog-katalog pameran dan balai lelang. MY juga menunjuk ke arah satu lukisan menembus katalog Balai Lelang Christie merupakan buatannya. Judulnya Orkes Mutiara karya S.Sudjojono.
Padahal, menurut Amir Sidharta, beredarnya lukisan palsu itu sangat merugikan. Pertama merugikan perupa atau maestro itu sendiri karena penelitian atas sosok dan karya-karyanya bakal terkacaukan dengan keberadaan karya-karya palsu itu. Bakal terjadi kesalahpahaman tentang perupa itu sendiri.
"Tentunya hal itu akan merugikan para kolektor kemungkinan bisa terkecoh dan membeli karya-karya maestro tapi ternyata palsu," ujar Amir. Dia menambahkan tercemarnya seni rupa Indonesia dengan lukisan palsu secara langsung mematikan kreativitas pelukis-pelukis bertalenta tinggi.
"Para kolekter lebih memburu lukisan palsu dibanding pelukis-pelukis baru lebih bagus dalam berkarya," tuturnya.