Penasihat e-commerce, penunjukan Jack Ma masih sebatas wacana
"Saya dengar ada kekhawatiran, tapi jangan berlebihan. Nggak apa-apa lah itu karena baru sebatas ide. Belum dibahas, belum diformalkan."
Dua minggu berlalu sejak pemerintah melayangkan permintaan kepada Jack Ma, pendiri Alibaba, untuk menjadi penasihat e-commerce Indonesia. Namun, kegamangan masih menghantui sebagian pelaku perdagangan via internet di Tanah Air.
Sebab, posisi penasihat dinilai hanya akan menguatkan cengkeraman raksasa e-commerce China terhadap pasar Indonesia. Mengingat, pada April lalu, Alibaba berhasil mengambil alih Lazada yang merupakan salah satu raksasa e-commerce Tanah Air.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Kenapa Jack Ma memulai bisnis e-commerce? Berkat kesabarannya, Ma bersama rekannya memberanikan diri untuk memulai bisnis di bidang e-commerce pada tahun 1999 silam.
-
Siapa yang membangun bisnis melalui marketplace? Selain itu, penjual bisa secara independen membangun bisnisnya melalui fasilitas yang ada di platform ini.
-
Mengapa program afiliasi menjadi semakin penting bagi platform e-commerce? Astrid Williadry, Director Snapcart Indonesia mengatakan kehadiran program afiliasi dapat dikatakan sebagai salah satu strategi ampuh para pemain e-commerce, karena secara tidak langsung membantu trafik kunjungan ke platform e-commerce itu sendiri.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
Kegamangan itu ditangkap Edy Putra Irawady, Deputi Bidang Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian. Meskipun, menurutnya, penunjukan Jack Ma masih sebatas wacana.
"Saya dengar ada kekhawatiran, tapi jangan berlebihan. Nggak apa-apa lah itu karena baru sebatas ide. Belum dibahas, belum diformalkan," katanya saat ditemui di kantornya, Selasa (20/9).
Sejujurnya, menurut Edy, pihaknya tak mengetahui soal rencana penunjukan Jack Ma. Sepengetahuannya, hal tersebut tak pernah dibahas dalam rapat terkait petajalan e-commerce di Kementerian Koordinator Perekonomian.
"Saya sendiri nggak tahu munculnya, tapi yang jelas nggak formal-lah itu. Biasanya kan kami ada rapat koordinasi," katanya. "Idenya bisa jadi dari Kementerian Komunikasi dan Informasi, tapi nggak lewat kami."
Saat ini, petajalan pengembangan e-commerce Indonesia menanti untuk disahkan menjadi Peraturan Presiden. Agar berjalan maksimal, petajalan bertujuan untuk memuluskan pencapaian target peningkatan transaksi e-commerce sebesar US$130 miliar pada 2020 itu menuntut pembentukan struktur organisasi.
Di antaranya, komite pengarah terdiri dari sepuluh menteri, dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Kemudian, tim pelaksana terdiri dari pejabat eselon satu Kementerian Koordinator dan Project Management Officer (PMO) petajalan e-commerce.
Selain itu, ada juga tim penasihat. Kalaupun disepakati bakal merekrut pihak asing, kata Edy, itu tak hanya ditawarkan ke satu orang.
"Jika ada Jack Ma, harus ada yang lain juga dari asingnya. Sebagai wacana ini sudah dimunculkan, tapi pak menko (Darmin Nasution) belum mau. Belum dibicarakan secara formal."
Terpisah, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita enggan mengungkapkan lebih jauh terkait penunjukan Jack Ma sebagai penasihat e-commerce
Indonesia. Sekedar informasi, Enggartiasto merupakan salah satu menteri ikut mendampingi Presiden Jokowi saat mengunjungi markas Alibaba Group di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Awal September lalu.
"Kami masih belum membicarakan itu," katanya usai mengikuti rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jumat (16/9).
Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informasi, memang menegaskan ingin merangkul nama besar di bidang ekonomi digital guna mendukung pemerintah mengembangkan e-commerce Indonesia hingga level internasional.
Kepada Nikkei, Maret lalu, mantan komisaris independen Indosat itu mengaku mengincar Masayoshi Son, Chief Executive Officer SoftBank Group, untuk dijadikan penasehat e-commerce Indonesia. The Telegraph menjuluki pria 59 tahun tersebut sebagai Bill Gates-nya Jepang lantaran keberhasilannya membangun konglomerasi bisnis teknologi komunikasi senilai sekitar 6,5 triliun yen.
Orang terkaya kedua di Jepang itu memimpin Softbank melebarkan sayap bisnis. Termasuk diantaranya, menjadi pemegang saham mayoritas Alibaba yang kini mencapai 28 persen.
Sayang, rencana Rudiantara menjadikan Masayoshi sebagai penasehat gugur di tengah jalan tanpa alasan jelas.
(mdk/yud)