Persekongkolan menjerat ABG tampan
Di saat anak-anak lainnya belajar, mereka justru berkumpul di kos Ar yang berada di lantai dua.
"Ngapain lu ngejar-ngejar gue? Gila lu...!" hardik A, siswa SMP kepada Ario alias Ar (41), yang menguntitnya dan meminta nomor telepon genggam. A menduga lelaki berbadan bongkok itu berniat kurang baik. Peristiwa itu terjadi terjadi di sela-sela perayaan HUT RI ke-71 pada 17 Agustus 2016.
Sepenggal kisah itu diceritakan Komarudin (55), Ketua RT di Gang Inpres RT 01 RW 08 Kampung Harjasari, Kelurahan Rajasari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor Selatan kepada merdeka.com beberapa waktu lalu. A merupakan keponakan Komarudin.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Siapa yang kuliah di Jogja? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.“Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,” ucap perempuan tersebut.
-
Dimana Ganjar Pranowo berkunjung di Cianjur? Baru-baru ini calon presiden Republik Indonesia, Ganjar Pranowo melakukan kunjungan ke Desa Tegallega di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Kejatuhan cicak di paha pertanda apa? Arti kejatuhan cicak yang berikutnya adalah jika kamu mengalami kejatuhan cicak tepat pada paha. Musibah yang disebabkan oleh orang lain ini bisa diketahui dari posisi cicak jatuh.
-
Di mana banjir di Cirebon timur terjadi? Banjir di wilayah Cirebon timur ini kemudian viral di media sosial pada Rabu (6/3). Dalam video yang beredar terlihat sejumlah karyawan kesulitan mengevakuasi kendaraan roda dua miliknya yang terparkir di area pabrik.
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
Dia diincar sang muncikari untuk disewakan kepada pemesanannya. Komarudin langsung mencari tahu gerak gerik Ar yang gencar mencari mangsa anak baru gede (ABG).
"Itu terjadi di depan saya. Dia ngikutin Ari terus minta nomornya. Begitu tuh jawab si Ari karena dia curiga dikejar-kejar terus oleh dia (Ar)," lanjutnya.
Setiap harinya, banyak anak berseragam sekolah hilir mudik ke kamar kos Ar yang luasnya 3 x 4 meter persegi. Wajahnya rata-rata cukup tampan dan bersih. Di saat anak-anak lainnya bersekolah, mereka justru merapat ke kos Ar yang berada di lantai dua.
"Mereka datang jam 09.00 WIB, pas jam sekolah kan? Saya perhatikan, ini anak sekolahan ada apa ya?" cerita Komarudin.
Ar memperlakukan mereka dengan baik. Mereka disuguhi makanan dan minuman ringan. Di kamar kos itulah Ar melancarkan bujuk rayunya kepada para bocah ingusan itu. Dia menjanjikan sejumlah uang untuk anak-anak itu jika menuruti rencana bejatnya, yaitu melayani predator gay. Setelah masuk dalam bujuk rayu Ar, anak-anak ini diarahkan untuk melayani klien Ar.
"Mereka datang sebentar saja, 10 atau 15 menit, terus jalan lagi," kata Komarudin.
Tidak hanya Komarudin yang curiga. Dodi (30) dan istrinya yang tak lain tetangga kos Ar juga menaruh kecurigaan. Sejak lama mereka gerah karena para ABG datang silih berganti dan berkumpul di kamar Ar. Mereka yang datang ke kamar Ar selalu berganti-ganti.
"Makanya kalau mereka di atas dan saya lihat dia (Ar), saya selalu berteriak, 'Eh perusak bangsa'," cerita istri Dodi.
Wanita yang berprofesi guru mengaji ini tidak mengenal Ar secara dekat. Selain karena aktivitas Ar serba tertutup, dia mengaku terlanjur kesal karena melihat anak-anak sekolah membolos dan berkumpul di kos Ar. Ibu-ibu di kampung itu juga tidak respek terhadap Ar.
Pikiran mereka selalu dipenuhi kecurigaan terhadap aktivitas Ar. "Saya itu kesal yah, saya selalu curiga apa yang dilakukannya kepada anak-anak itu," terang dia.
Semua kecurigaan warga akhirnya terjawab. Kasus prostitusi gay di puncak Bogor terbongkar Tim Unit Cyber Crime Mabes Polri yang memantau pergerakan sindikat prostitusi ini. Hasilnya, Ar dibekuk bersama 7 ABG yang rata-rata siswa SMA dan SMP, di Hotel Cipayung Asri sekitar pukul 14.00 WIB, Selasa (30/8).
Dari pengembangan kasus, disebut-sebut ada 99 remaja hingga dewasa menjadi korban. Selain Ar, polisi juga meringkus dua tersangka lain yaitu E alias Bontek dan pria berinisial U.
Komarudin marah besar. Kecurigaan mereka selama ini hanya pada narkoba, namun Ar ternyata menjual anak-anak itu sebagai penjaja seks. Beruntunglah keponakannya dan remaja kampungnya tidak terjebak dalam jaringan Ar.
"Tidak ada anak-anak dari sini. Kalaupun ada pasti saya langsung kenal."
Ketika Ar dan korbannya diinterogasi oleh polisi di kamarnya, Komarudin turut serta melihat dan mendengar proses pemeriksaan awal. Dari sana dia mendengar pengakuan para ABG itu tertarik karena diiming-imingi uang dan karena kebutuhan pergaulan.
"Ada yang mengaku karena diajak teman. Saya bilang kamu jangan bohong. Anak itu jawab kalau dia baru sekali dan diajak temannya," ucap Komarudin.
Polisi menyuruh beberapa bocah pulang. "Ada satu anak yang datang terakhir tapi dia (Ar) keburu ditangkap. Saya tanya itu anak, katanya dari Cianjur," jelas dia.
Ar juga dikenal sebagai muncikari perempuan. Kasus itulah yang menjebloskannya ke penjara setahun lalu. Namun, bukannya bertobat, lelaki itu kembali berulah dengan menjual layanan seks bagi penyuka sesama jenis.
Salah satu tersangka berprofesi sebagai pedagang sayur di pasar Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Mereka memburu para korban di pasar. Salah satu tersangka lebih dulu mengajak para bocah membantunya berdagang sayur. Korban diiming-imingi uang tambahan asalkan mau ikut bekerja melayani kaum gay.
Ar dan E memiliki kaitan dalam kasus ini. Tentunya bersama pria berinisial U, tersangka lain yang juga diciduk atas kasus sama. U berperan seperti AR, mengumpulkan anak di bawah umur untuk ditawarkan ke predator gay. Sedangkan, E sebagai pengguna jasa sekaligus membantu AR menyiapkan rekening untuk menampung dana dari para gay.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parwansa menemui tujuh anak korban prostitusi yang dijual pelaku Ar kepada kaum gay di Bareskrim Mabes Polri. Rata-rata berusia 15-16 tahun. Kebanyakan anak-anak itu sudah terpisah dari orangtuanya.
Karena merasa senasib, mereka memilih mengontrak rumah dan tinggal bersama. Tak ada kebahagiaan terpancar di mata mereka. Tidak ada kedamaian ketika mereka berada di rumah. Ketidakharmonisan di lingkungan keluarga, dimanfaatkan Ar untuk menjerat mereka.
"Intinya ke tujuh anak ini mereka menginginkan ada kebahagiaan di rumah mereka. Ada yang menyampaikan, misalnya, sampai umur 13 tahun dia bahagia, rumahnya seperti surga, setelah itu di rumah itu sering berantem, setelah itu tidak ada orang di rumah yang mau mendengarkan dia, sampai suatu saat ada yang mau mendengarkan keluhan dia dan mengajak dia dan seterusnya," terangnya.
Baca juga:
Sepak terjang muncikari AR, dulu aktivis HIV kini jadi predator anak
Hanya 27 dari 99 korban muncikari AR masih di bawah umur
Lapas Paledang Bogor telusuri data muncikari AR
Jejak muncikari prostitusi gay, dari juru masak sampai guru mengaji
Ini tiga muncikari penjual anak ke gay