Trah 'raja' kopi Indonesia rebutan warisan
"Kasus kami ini banyak. Ada gugatan tentang wasiat ibu saya, dan lainnya," kata Soedomo.
Perusahaan kopi terbesar di Indonesia, PT Santos Jaya Abadi atau Kopi Kapal Api digoyang kasus perebutan warisan. Satu kasus yang sudah diputuskan oleh Mahkamah Agung (MA) adalah gugatan Wu Yuee alias Go Gwat Ngo, saudara kandung tertua para pemegang saham Kapal Api sekarang: Indra Boediono, Soedomo Mergonoto, Singgih Gunawan, Lenny Setyawati, dan Wiwik Sundari Guntur.
Wu Yuee menggugat harta warisan peninggalan ayahnya, mendiang Goe Soe Loet, perintis perusahaan kopi di Surabaya bermerek Hap Hoo Tjan--konon cikal bakal Kapal Api--agar dibagi rata kepada tujuh anaknya. Termasuk warisan usaha bisnis kopi yang dirintis sejak 1927 tersebut. Wu Yuee merupakan anak tertua Goe Soe Loet yang sejak kuliah menghabiskan hidupnya di China sampai sekarang.
Tujuh anak Goe Soe Loet yang menurut Wu Yuee berhak menerima warisan dengan dibagi rata adalah; dirinya sendiri, Soetikno Gunawan (anak angkat yang diakui secara hukum), Indra, Soedomo, Singgih, Lenny, kemudian Wiwik. Namun dalam sidang itu, MA melalui putusan Nomor: 191/Pdt.G/2014/PN.Sby, menolak gugatan Wu Yuee karena dalam waktu bersamaan MA menangani kasasi kasus dengan materi serupa (terkait warisan) dengan penggugat Lenny dan Wiwik.
Lenny dan Wiwik menggugat pembagian saham Santos Jaya Abadi dengan dasar surat wasiat Po Guan Cuan. Po Guan Cuan merupakan istri dari Goe Soe Loet, atau ibu dari Wu Yuee, Soetikno, Indra, Soedomo, Singgih, Lenny dan Wiwik. Kasus gugatan Lenny dan Wiwik ini masuk ke Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada 2013 lalu. Saat ini kasus dalam proses kasasi di MA.
"Kasus kami ini banyak. Ada gugatan tentang wasiat ibu saya, dan lainnya," kata salah satu bos PT Santos Jaya Abadi Soedomo Mergonoto saat ditemui merdeka.com di Hotel Hyatt, Plaza Indonesia, akhir bulan kemarin. Namun menurut dia kasus paling menyita energi adalah rebutan warisan itu.
Selain kasus gugatan warisan, Kapal Api juga pernah digugat oleh Erwin Kusuma, anak Haji Ahmad Rivai Anwar, salah satu pendiri PT Santos Jaya Abadi pada awal berdiri. Dalam catatan dokumen pendirian perusahaan bertarikh 18 Juni 1980, Santos Jaya Abadi didirikan dengan modal awal sebesar Rp 40 juta yang terbagi atas 400 surat sero.
Nilai modal itu diantaranya berupa aset perindustrian; penggorengan, penggilingan dan pembungkusan kopi, pembuatan mebel, alat-alat rumah tangga; percetakan, periklanan, cleaning services, peternakan dan perikanan.
Selain berupa aset, modal awal juga berupa uang tunai sebesar Rp 8 juta atau setara 80 surat sero yang disuntik oleh Rivai sebesar Rp 6 juta atau 60 surat sero, Soedomo sebesar Rp 800 ribu atau 8 surat sero, dan Indra sebesar Rp 800 ribu atau 8 surat sero, dan Julia Poernomo sebesar Rp 400 ribu atau 4 surat sero. Kemudian dalam akta perubahan pendirian perusahaan tahun 2002, modal perseroan menjadi Rp 100 miliar, dibagi menjadi satu juta lembar saham. Dalam akta perubahan ini Rivai tidak lagi tercatat sebagai pemegang saham.
Erwin mengklaim ayahnya tetap memiliki saham di Santos Jaya Abadi dengan membawa bukti surat wasiat ayahnya. Dia kemudian mengirim somasi meminta saham ayahnya itu dibayarkan. Namun Soedomo memiliki bukti lain bahwa saham Rivai telah dijual dengan bukti-bukti catatan notaris. Oleh sebab itu perusahaan melaporkan balik Erwin ke Mabes Polri dengan tuduhan pencemaran nama baik.
"Bodohnya, materai surat wasiat itu tidak cocok dengan tahun pembuatan. Makanya dia kalah. Lalu saya laporkan balik kasus pencemaran nama baik, dia kalah," ujar Soedomo. Tapi, Soedomo melanjutkan, karena mengingat jasa-jasa Rivai, akhirnya dia meminta pengadilan tidak memenjarakan Erwin, dan cukup menerima sanksi hukuman percobaan.
Santos Jaya Abadi memang mengalami beberapa kali perubahan kepemilikan saham. Dalam akta pendirian perusahaan yang dibuat pada 2002, dari Rp 40 juta modal perusahaan diubah menjadi Rp 100 miliar atau satu juta saham (seharga Rp 100 ribu per lembar).
-
Bagaimana ular sowo kopi berburu mangsanya? Ular sowo kopi merupakan ular tidak berbisa. Mereka cenderung mengandalkan gigitan dan lilitannya untuk berburu mangsa.
-
Di mana letak Kampoeng Kopi Banaran? Ini adalah destinasi wisata yang populer di Semarang, tepatnya berlokasi di Jl. Raya Bawen - Solo KM 1,5 Bawen, Gentong, Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Di mana Kopi Arabika Aceh Gayo dipanen? Kopi ini adalah salah satu jenis kopi arabika yang dipanen di Gayo, Aceh Tengah.
-
Bagaimana Warung Kopi Ake menjaga tradisi "Kopi Kuli"? Buka dari jam 06.00 WIB sampai 00.30 WIB, tempat ini cocok bagi pengunjung yang ingin eksplor tentang kopi dan teh yang ada di Belitung. Warung Kopi Ake turut menjaga tradisi "Kopi Kuli" yang menjadi budaya ngopi bagi penambang timah Tiongkok pada zaman kolonial.
-
Apa yang diibaratkan sebagai kopi dalam kata mutiara kopi? Dia adalah krim saya, dan saya adalah kopinya - Dan ketika Anda menuangkan kami bersama, itu menjadi sesuatu.
Komposisi pemilik saham terdiri dari Soedomo sebesar Rp 5.625.000.000 atau 56.250 lembar saham, Singgih sebesar Rp 9.000.000.000 atau 90.000 saham. Kemudian Julia Purnomo sebesar Rp 375.000.000 atau 3.750 lembar saham, dan Indra sebesar Rp 15.000.000.000 atau 150.000 lembar saham.
Berikutnya pada akta perubahan pendirian perusahaan pada 2010, komposisi pemilik saham berubah. Soedomo memiliki 130.000 saham atau senilai Rp 13.000.000.000, Singgih 130.000 saham atau senilai Rp 13.000.000.000, Indra 126.250 saham atau senilai Rp 12.625.000.000, Julia Purnomo 3.750 saham senilai Rp 375.000.000, Ihsan Mulia Putri 105.000 saham senilai Rp 10.500.000.000.
Lalu Samiaji Guntur 105.000 saham senilai Rp 10.500.000.000, dan saham mayoritas dimiliki PT Kapal Api Global (anak perusahaan yang didirikan generasi ketiga) sebanyak 1.500.000 saham senilai Rp 150.000.000.000.
"Sampai sekarang saham mayoritasnya dimiliki Kapal Api Global, milik anak-anak kami. Saya, Pak Indra, Singgih, sekarang kepemilikan saham kami kecil, masing-masing enam persen," ujar Soedomo menegaskan.
Soedomo memahami perusahaan kopi milik keluarganya itu memang tumbuh semakin besar. Sekarang ini Kapal Api masih bertahan sebagai 'raja' kopi di Indonesia dengan menguasai 65 persen pasar kopi di Pulau Jawa dan 50 persen secara nasional. Produk mereka yang sukses di pasaran diantaranya: Excelso, ABC, Good Day, Ya! dan Kapten.
Dengan kondisi itu tantangan perusahaan juga kian besar, termasuk gugatan-gugatan itu.
Baca juga:
Sejarah logo Kapal Api
Menanti babak akhir perseteruan sedarah
Mirip sinetron, demi harta melupakan saudara