Siapa Dipilih Gen Z dan Milenial di Pemilu 2024?
Pemilih dari generasi Z dan generasi milenial berjumlah 113 juta lebih di Pemilu 2024.
Lebih dari setengah pemilih yang masuk dalam DPT adalah pemilih muda.
Siapa Dipilih Gen Z dan Milenial di Pemilu 2024?
14 Februari 2024, Indonesia akan menggelar pemilu serentak. Tidak hanya anggota DPR dari tingkat kabupaten/kota hingga nasional dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), pemilih juga akan mencoblos pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Pemilih muda akan memainkan perannya. Siapa dan kriteria seperti apa yang mereka inginkan menjadi wakil mereka di legislatif dan menjadi pemimpin negara lima tahun mendatang.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan sebanyak 204.807.222 warga negara masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024. Mereka akan mendatangi 823.532 tempat pemungutan suara (TPS), TPS luar negeri, Kotak Suara Keliling (KSK), dan pemungutan suara via pos. Tempat pemilihan tersebar di 38 provinsi dan 128 kantor perwakilan Indonesia.
Dari data DPT tersebut, ada 66.822.389 orang atau setara dengan 33,60 persen dari jumlah pemilih yang termasuk generasi milenial. Sedangkan sebanyak 48.800.161 atau 22,85 persen pemilih merupakan bagian dari generasi Z.
Jika dijumlahkan, pemilih dari generasi Z dan generasi milenial berjumlah 113.622.550 orang atau setara dengan 56,45 persen dari total pemilih. Artinya, setengah lebih dari warga negara Indonesia yang berhak memilih pada Pemilu 2024 adalah generasi Z dan generasi milenial.
Berdasarkan data penyelenggaraan tiga pemilu terakhir, ada kenaikan partisipasi pemilih. Pada tahun 2009 partisipasi pemilih mencapai 71%, kemudian naik menjadi 75,11% pada 2014. Angka itu kembali naik menjadi 81,69% pada pemilu 2019.
Generasi Z, Milenial dan Bonus Demografi
Dalam berbagai literatur, generasi Z atau yang lebih sering diebut Gen Z diidentifikasi sebagai orang-orang yang lahir dalam rentang waktu antara tahun 1997-2012. Usia mereka saat ini 11-23 tahun. Sedangkan generasi milenial yaitu generasi yang lahir pada 1981-1996 (saat ini berusia 24-39 tahun).
Generasi Milenial merupakan sebuah generasi yang hidup di zaman yang sedang berubah dari konvensional menjadi modern. Generasi ini masih merasakan hidup dikelilingi dengan budaya dan adat istiadat, namun di saat bertumbuh dewasa mereka mulai beradaptasi dengan perkembangan zaman yang melek teknologi.
Dilansir dari data resmi Badan Pusat Statistik tahun 2021, presentasi penduduk di Indonesia tahun 2020 didominasi oleh Generasi Z dengan jumlah sekitar 75 juta atau 27,94% dari total penduduk di Indonesia yaitu sejumlah 270,20 juta jiwa.
Kemudian disusul oleh kelompok usia produktif, yakni generasi milenial sebanyak 69 juta penduduk atau setara dengan 25,87% dari total penduduk di Indonesia. Penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia mencapai angka 70,72%. Jumlah ini menandakan Indonesia dalam masa bonus demografi.
Karakter Pemimpin dan Isu Utama di Mata Pemilih Muda
George Bradt dalam bukunya yang bertajuk 'The First Time Leader' dan ditulis bersama Gillian Davis, menjelaskan konsep mengenai Brave Leadership yang menekankan bahwa terdapat 5 komponen (lima cara dalam memimpin generasi milenial atau generasi Z) yang akan membantu para pemimpin untuk menjalankan strategi dalam mencapai tujuannya:
1. Behavior artinya tidak membuat jarak dengan mereka kaum muda dan memberikan akses informasi yang seluas-luasnya.
2. Relationship artinya menjadi pendengar yang aktif dan memberikan feedback dengan cara baik dan tepat.
3. Attitude artinya memberikan kepercayaan untuk melakukan pekerjaan yang menantang.
4. Values artinya menjadikan pekerjaan mereka memiliki value dan arti.
5. Environment artinya menciptakan lingkungan kerja tanpa sekat birokrasi yang rumit.
Sedangkan kelompok milenial dari usia 27-42 tahun (lahir di bawah tahun 1996) menganggap tiga masalah utama yang perlu diselesaikan para pemimpin negara ialah mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok, menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran, dan mengurangi kemiskinan.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas pada periode 27 Juli-7 Agustus 2023, karakter tegas dan berwibawa yang dimiliki oleh calon pemimpin menjadi kriteria utama Gen Z dalam menentukan pilihannya pada Pilpres 2024 nanti.
Lain halnya dengan kedua kelompok generasi, generasi Y muda atau milenial muda sejumlah 31,2 persen lebih menentukan calon pemimpin yang akan dipilihnya berdasarkan karakter yang sederhana dan merakyat. Lalu, sebanyak 26 persen responden di kalangan milenial muda memilih calon presiden yang bersikap tegas dan berwibawa.
Peran Media Sosial
Kalangan generasi milenial dan generasi Z hidup dalam perkembangan teknologi yang identik dengan media sosial. Generasi muda biasanya lebih memiliki ketertarikan tinggi terhadap konten dan pendekatan melalui media sosial, seperti halnya Youtube, Facebook, Whatsapp, Tiktok, Instagram, Twitter, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, media sosial bahkan lebih dominan menjadi sumber informasi dan komunikasi ketimbang media mainstream. Keunggulan media sosial adalah komunikasi dua arah yang menciptakan interaksi. Generasi muda cenderung berpartisipasi dalam politik melalui media sosial secara mudah, cepat, dan adaptif.
Menurut hasil survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada periode 8-13 Agustus 2022, kalangan generasi pemilih muda (17-39 tahun) menjadikan media sosial sebagai sumber referensi informasi utama.Pada tahun 2018, baru ada 39,5 persen generasi pemilih muda yang mengakses informasi lewat media sosial, dulu mereka lebih banyak mengakses informasi lewat televisi (43,9 persen). Kondisi tersebut berubah drastis pada tahun 2022, di mana pemanfaatan media sosial sebagai sumber informasi meningkat menjadi 59 persen, sedangkan akses terhadap televisi malah menurun ke angka 32 persen.
Selain itu, penetrasi internet juga terlihat semakin meningkat secara signifikan. Pada 2018, terdapat 86 persen anak muda yang mengakses internet dalam tiga bulan terakhir. Angka ini meningkat menjadi sekitar 93,5 persen pada tahun 2022.
Media sosial juga membuat akses informasi yang diterima kalangan muda lebih luas dan global. Generasi muda menyerap informasi terkait perkembangan global, dan sekaligus merefleksikan apa yang kurang dari konteks lokal di negaranya masing-masing sehingga perbandingan tersebut membuat mereka cenderung lebih kritis dalam melihat persoalan-persoalan politik sehari-hari.
Mereka yang menyatakan lebih sering mengakses informasi lewat internet daripada televisi juga melaporkan tingkat kritisisme yang lebih tinggi terhadap kinerja pemerintah, mengingat generasi muda lebih mudah dan sering terekspos dengan beragam berita-berita yang ada di media sosial.