Umat Islam harus lindungi kaum minoritas
"Setiap daun kita tanam berzikir," kata Iwan Fals.
Katanya Indonesia negeri kaya. Tapi nyatanya tidak makmur bagi penghuninya. Tambang-tambang mineral dan minyak bumi dikuasai asing. Bahkan negara kepulauan ini pun tidak lagi mengikuti jejak nenek moyangnya sebagai pelaut. Rakyat harus bekerja kontrak tanpa kejelasan.
Ironisnya, air sebagai sumber daya dikuasai negara tak lagi terjamin. Rakyat terpaksa membeli. Padahal Undang-undang Dasar 45 secara tegas mengatakan negara berkewajiban menggunakan sumber daya air untuk kepentingan rakyat. Nyatanya jauh dari kenyataan. Air dikelola swasta. Hutan dan tambang pun demikian.
Melalui musik, Iwan Fals mencoba bercerita soal kenyataan kehidupan negara ini. Dia prihatin dan berharap pemimpin nanti sayang dengan alam. Meski hanya membuat lagu, Iwan lantang mengkampanyekan melalui musik. Dia ingin pemimpin ini sadar atau paling tidak berubah ke arah lebih baik untuk menyejahterakan rakyatnya. "Mudah-mudahan presiden kita punya seperti apa yang kita harapkan," kata Iwan Fals saat berbincang dengan merdeka.com di kediamannya dua pekan lalu.
Berikut penuturan Iwan Fals kepada Arbi Sumandoyo dan juru foto Imam Buhori soal harapan terhadap presiden terpilih nanti.
Apa harapan Anda untuk pemimpin nanti?
Dia harus sayang sama hutan, laut, air bersih. Buka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Tentu juga pendidikan dan lain-lain. Kenapa hutan, karena itu oksigen. Laut, terumbu karang dan lain-lain serta ikan-ikan. Gimana kita bisa hidup tapi alamnya rusak. Bagaimana kita hidup kalau air nggak bersih.
Makanya saya setuju ada orang demonstrasi di Banyuwangi, mau ambil tambang emas di hutan diprotes. Nggak boleh mau tambang emas. Ditulisan spanduknya itu, pokoknya lebih berarti air daripada emas. Coba bayangin kita nggak ada air kan mati, nggak ada emas kita masih bisa hidup. Apa kita mau minum emas. Belum lagi kalau sudah ambil tambang emas itu nanti pohonnya ditebang dan segala macam.
Saya cenderung dengan alam karena sama-sama kita tahu kutub utara dan selatan mencair. Di pesisir banyak yang tenggelam. Sudah banyak di pesisir, hutan kita, mangrove kita rusak kalau kita nggak jaga. Terus kalau kita eksploitasi ikan ton-tonan gitu, kalau nggak ada ikan bagaimana?.
Kemudian pekerjaan, nggak mungkin kita bisa hidup tanpa pekerjaan. Bagaimana hutan hilang akan ada air bersih, kan nggak mungkin. Saya pun pelaku perusakan itu dengan cara tebang pohon sembarangan. Tapi kan dipertimbangkan benar-benar keperluan. Kalau nggak perlu jangan. Kalau memang perlu benar nggak rugi. Jadi harus kualitas. Kalau sampai tebang pohon sampai ke Jepang atau dikirim keluar. Ini yang nggak bersahabat dengan alam.
Saya kemarin ke Gunung Padang, kita sudah terkaya sejak 10 ribu sampai 25 ribu sebelum Masehi lalu kita sudah bisa bikin tumpukan-tumpukan. Terus sekarang masih dicari dan sudah muncul. Ayo deh kita mulai menghargai diri kita, jangan silau sama yang lain-lain. Kita hidup sederhana saja masih bisa hidup kok.
Harapan ini muncul karena hutan, air sudah tidak lagi dikuasai negara?
Saya nggak tahu itu. Saya dengar cerita-cerita itu. Tahun 1982 juga bikin lagu Puisi Rimba dan kehidupan kesejahteraan dari penebangan hutan sewenang-wenang tapi nenek moyang kita hidup dari hutan masih zaman animisme. dinamisme, sebelum ada keyakinan. Menghargai pohon-pohon.
Di Mentawai daun-daun jadi rumah Tuhan tiba-tiba dateng douser diblok-blokin segala macam. Apa nggak kualat? Bangsa-bangsa lain dateng ke sini cuma mau ambil rempah-rempah kita. Jangan disia-siain gitu aja kan goblok. Secara agama, secara Islam, nggak boleh merusak pohon, perempuan, dan anak. Kalaupun besok kiamat kita harus punya satu biji, kita harus tanam. Nah itu dalam kitab suci diajarin.
Intiya apa? Setiap daun kita tanam itu berzikir. Masalah laut itu kan 70 persen wilayah kita. Kalau kita nggak kuat di situ gimana? Harus kuat banget. Perlu pesawat cepat untuk kontrol, kalau nggak nanti hilang lagi. Kalau memang mau bernegara itu urusannya hidupin warga negara di perbatasan. Kalau di perbatasan bagus jadi beranda rumah kita. Orang luar segan lihat kita. Itukan etalase kita.
Kembali ke album Raya, konsernya menjelang pemilihan legislatif hingga presiden. Ini kebetulan atau disengaja?
Kebetulan. Kebetulan saja sekarang tahun politik dan album saya Nyanyian Raya, jadi ya pas. Ada harapan baru karena presiden baru. Mudah-mudahan presiden kita punya seperti apa yang kita harapkan. Punya pagi untuk rakyatnya. Kan ada yang kabarin, kerja supaya sayang sama kita. 240 juta orang di Indonesia, masak empat juta orang nggak mau kumpul bareng.
Mari kita silaturahmi. Kadang silaturahmi jadi gombal. Sudah jadi basa-basi dan sekarang benar-benar kita terapkan. Kalau ada teman kelaparan kita kasih makan, kehausan kita kasih minum. Nyanyi bareng Indonesia Raya tiga sparsa. Ini indonesia asli ciptaan WR Supratman. Selama ini kita nyanyi satu sparsa, dua sparsa lagi nggak pernah dinyanyiin. Mungkin karena itu kita kualat.
Mungkin nanti bisa dicek di google, bisa dimasukin tuh Indonesia Raya. Bagus kata-katanya, tanah mulia, tanah suci itu nggak ada. Yang ada Indonesia sparsa satu tumpah darah terus. Tumpah darah terus yang jadi. Kalau dinyanyiin itu, kita nanyi bareng-bareng lalu kita apalin. Ayo kita kembaliin, kan mayoritas muslim.
Ayo kita kembali ke akidah kita. Kita lindungi minoritas. Kita lindungi agama asli, kejawen, Sunda Wiwitan, Kristen, Budd, dan lain-lain harus nyaman, harus tumbuh berkembang di tengah orang muslim. Itu baru nilai Islam sejati. Jadi kalau di situ ada orang Islam tapi agama lain nggak bisa tumbuh, saya tidak simpatik. Justru dimana ada orang muslim atau Islam, kepercayaan harus tumbuh secara sehat.
Kalaupun dia masuk karena memang keinginan, panggilan, dan kita siap. Jangan mentang-mentang banyak terus jadi sewenang-wenang, nanti dulu. Tidak ada kamus-kamus seperti itu. Itu nilai-nilai silaturahmi harus ditanamkan.
Konser Anda lakukan apa bentuk dari kampanye sebagai musikus?
Setiap konser saya iya, saya menyuarakan lagu-lagu tentang buruh. Lagu-lagu saya soal masalah kehidupan. Kalau dianggap kampanye iya. Kampanye saya ingin kehidupan berjalan normal. Sumbangan tetap berjalan, kita sabar, tetap waspada seperti orang dengan kerendahan hati. Terus kritis, menghargai orang lain. Mengkampanyekan itu. punya negara bukan benar-benar kaya, tapi memang sangat kaya untuk manusianya. Mengelolanya jago.
Kita nganggur aja ada yang bilang gaji kita Rp 60 juta nggak usah kerja. Ada yang omong Rp 30 juta. Tahu yang benar yang mana, tapi itu nganggur. Negeri kita memang luar biasa, hari ini kenyataannya seperti apa? Saya juga pengen menyiapkan Indonesia sehat buat anak saya. Anak-anak saya sekolah di sini, kerja di sini, buat teman-teman saya, buat keluarga saya. Dan juga waspada terhadap bencana karena negeri kita, negeri cincin api. Nanti kalau datang bingung.
-
Di mana acara sunatan yang di hadiri Iwan Fals? Iwan Fals hadir ke acara kondangan sunatan di Depok
-
Siapa yang menemani Iwan Fals di acara sunatan? Iwan Fals tak sendiri. Dia ditemani sang istri tercinta.
-
Lagu apa yang dibawakan Iwan Fals di acara sunatan itu? Dalam acara terebut, Iwan Fals juga turut menyumbangkan suaranya. Iwan Fals membawakan lagu 'Kemesraan'. Suasana acara kondangan sunatan seketika berubah menjadi konser lagu 'Kemesraan'.
-
Bagaimana Iwan Fals mendukung karir musik Raya? Tidak hanya itu, seperti anak-anaknya yang lain, Iwan Fals juga menciptakan lagu untuk Raya. Sekarang, album yang telah dirilis sepuluh tahun yang lalu, kembali dikeluarkan dan Iwan Fals bersyukur bahwa tidak ada masalah dalam prosesnya.
-
Kenapa Iwan Fals membuat lagu 'Galang Rambu Anarki'? Lagu ini menjadi salah satu lagu Iwan Fals yang paling populer dan disukai banyak orang.
-
Bagaimana reaksi masyarakat terhadap kehadiran Iwan Fals di acara sunatan? Iwan Fals mendapat sambutan hangat dari masyarakat saat hadir di sebuah acara sunatan.
Harus belajar dari nilai-nilai kebaikan. Saya belum baik saya masih proses. Saya ingin mengkampanyekan itu. Indonesia potensi menjadi pelayan manusia luar biasa. Itu yang di bumi doang, belum lagi planet-planet lain. Kalau Indonesia bisa melayani tujuh miliar manusia di muka bumi, itu kan luar biasa.
Ini tahun politik, apa pesan Anda kepada penggemar?
Ini mau menghadapi pemilihan presiden, saya mengimbau teman-teman suka lagu saya, TPS-TPS diawasin itu. Misal di kampung ini siapa menang, di tempat ini siapa menang, laporin nanti. Sekarang ada temen-teman Orang Indonesia ke BPP sehingga kita punya data terutama khususnya untuk fans. Lumayan di seluruh Indonesia ada. Begitu juga dengan penggemar, lain seperti Slankers atau Rhoma Irama. Fansnya dikerahin semua untuk menjadi saksi di TPS supaya nggak bisa curang. Dalam hal ini Orang Indonesia aktif di mana-mana. Jadi habis coblos jangan pulang dulu, lihatin itu kertas suara.
Orang Indonesia (OI) ini sekarang aktif mengawasi pemilu?
Oh saya nggak tahu. Saya nggak mengerti. Tapi saya punya ide temen-temen OI aktif mengontrol penghitungan suara. Jadi OI punya data, kayak hitung cepat. Informasi kan tidak ada ruginya. Jangan-jangan kita paling benar. Orang kita tidak punya kepentingan apa-apa. Isunya kan katanya penelitian dibayar. Kita nggak ada urusan yang gitu-gitu.
Anda tidak pernah melewati pemilu untuk mencoblos?
Saya coblos terus setiap pemilu. Saya senang soalnya kumpul-kumpul sama tetangga. Itu malah seru main ledek-ledekan. Yang menang jangan sombong, yang kalah jangan marah. Habis lewat mana lagi, itu saya pikir salah satu bentuk partisipasi. Memang kita tidak berpolitik, tapi kita paham. Kalau salah pemimpin gimana jadinya nanti, bisa rusak kita semua.
Apakah akan ada lagi konser setelah Nyanyian Raya?
Habis Nyanyian Raya, nasib saya pengamen kan di jalanan. Ada kantong-kantong OI, itu akan saya datengin. Mungkin setelah Nyanyian Raya saya akan datang ke kampus-kampus. Mungkin pesantren pernah saya dateng, nanti saya datang lagi. Ada 70 kalau nggak salah, Kan di situ saya tanam pohon belum saya tengokin.
Cari bus kecil ukuran 5x6 untuk panggung, saya lebih nikmati itu. Saya ingin mengembalikan makna siapa lah saya. Tapi saya berusaha. Siapa tahu dengan itu ada makna. Silaturahmi bukan gombal lagi, tapi benar-benar silaturahmi dan kasih sayang. Terus pohon-pohon ditanam lagi, sampah dibersihkan, dan kita punya harapan.