Sisi lain Sjahrir, 'Bung Kecil' yang mencintai alunan musik klasik
Salah satu tokoh Bapak Pendiri Bangsa yang juga anggota dari Tiga Serangkai, Sutan Sjahrir memang seolah terlupakan.
Salah satu tokoh Bapak Pendiri Bangsa yang juga anggota dari Tiga Serangkai, Sutan Sjahrir memang seolah terlupakan. Namun bagi kedua orang ini, Sjahrir akan selalu ada di dalam lubuk hati yang terdalam.
Mereka tak lain adalah dua anak Sjahrir yang bernama Kriya Arsjah Sjahrir dan Siti Rayah Parvati. Kriya Arsjah Sjahrir yang akrab disapa dengan Buyung ingat betul dengan prinsip keras sang ayah yang sangat mencintai Tanah Air. Bahkan Sjahrir mencintai Indonesia melebihi sang istri, Maria Duchateau. Wanita asal Belanda itu pun tak mempermasalahkan kecintaan sang suami pada Indonesia yang membuatnya berada di posisi nomor 2.
Buyung juga mengungkap jika Indonesia akan selalu menjadi nomor satu di hati sang ayah. Kegigihan Sjahrir, tokoh yang juga dikenal dengan sebutan Bung Kecil untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia benar-benar terpatri dalam hati dan tindakan Buyung. Sang ibu juga mengakui sikap Sjahrir dan paham betul dengan prinsip yang telah dipegang sang suami.
Jika Buyung tak bisa melupakan prinsip unik sang ayah, beda lagi dengan Upik, panggilan akrab Siti Rayah Parvati. Upik ingat betul memori tentang senyum ayahnya yang diiringi dengan irama musik klasik setiap ia bangun tidur. Keceriaan Sjahrir menunjukkan kekuatan hidupnya, meski di era perjuangan dulu ia ditempa dengan tugas dan tanggung jawab yang besar.
Menurut pengakuan Upik yang lahir di tahun 1960 tersebut, ternyata bidang seni juga menjadi kesukaan Sjahrir. Selain gemar mendengarkan alunan musik klasik, Sjahrir juga paham dan sangat mengenal banyak seniman-seniman dunia, salah satunya penyanyi klasik bernama Edi Du Perong.
Upik lebih lanjut juga mengungkapkan jika ayahnya itu juga kenal baik dengan seniman kenamaan Indonesia, Chairil. Kecintaan Sjahrir dan apresiasinya dalam dunia seni mungkin tak banyak diketahui oleh banyak orang. Sisi lain tersebut hanya dirasakan oleh keluarganya, khususnya sang anak yang masih kecil di era tersebut.