BTN Punya Sistem Pengadaan Baru untuk Tingkatkan Kinerja, Begini Penjelasannya
Dengan otonomi ini setiap kantor cabang dapat lebih responsif terhadap kebutuhan pengadaan lokal.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) terus melakukan transformasi IT dan digital di berbagai aspek operasionalnya. Salah satu inovasi terbaru adalah implementasi sistem pengadaan terintegrasi end to end (E2E Procurement) sebagai bagian dari integrasi sistem ERP (Enterprise Resource Planning).
Implementasi E2E Procurement ini menggantikan sistem pengadaan sebelumnya yang belum terintegrasi secara menyeluruh. Melalui penerapan sistem ini, BTN menargetkan peningkatan efisiensi, transparansi, dan kontrol yang lebih baik dalam seluruh proses pengadaan.
- Kronologi Kecelakaan Beruntun di KM 92 Tol Cipularang, Truk Alami Rem Blong
- BUMN Pupuk Kantongi 61 Juta Jam Kerja Tanpa Kecelakaan, Ternyata Ini Rahasianya
- Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera
- Kronologi Baku Tembak di Intan Jaya Tewaskan Komandan Perang Batalyon KKB
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitulu mengatakan, transformasi dalam proses procurement ini bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam mengoptimalkan proses procurement maupun biaya dengan tetap menerapkan tata kelola yang baik dan transparan. Adapun implementasi transformasi E2E Procurement BTN meliputi seluruh aspek pengadaan, mulai dari perencanaan, pengelolaan supplier, penawaran, inventory, hingga transaksi yang lebih akurat dan tepat waktu.
“Dengan proses yang terstandar dan optimal akan meminimalkan risiko hukum, risiko finansial dan risiko ketidakpatuhan terhadap kebijakan perusahaan dan regulasi,” jelas Nixon dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/8).
Direktur IT BTN, Andi Nirwoto mengungkapkan, implementasi E2E di BTN merupakan langkah signifikan dalam upaya meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing bank dengan sistem yang terintegrasi dan canggih. Hal ini merupakan salah satu hasil dari Transformasi TI di Bank BTN. Sistem ini mencakup automasi dan integrasi dari seluruh proses pengadaan dan seluruh sistem BTN yang terkait secara real time. Dengan semua data tersimpan secara digital, proses analitik cost investment, pemenuhan tata kelola proses, dan pengelolaan penyedia jasa akan bisa dilakukan secara cepat.
“Pada akhirnya, inovasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kinerja internal bank, tetapi juga memperkuat hubungan dengan nasabah dan mitra bisnis, serta mendorong pertumbuhan bisnis BTN secara keseluruhan,” papar Andi.
Layanan self sevice
Direktur Asset Management BTN Elizabeth Novie Riswanti menambahkan, dengan proses kontrol yang terintegrasi, masing-masing kantor cabang BTN dapat menjalankan proses penyediaan barang dan jasa secara self service.
Dengan otonomi ini setiap kantor cabang dapat lebih responsif terhadap kebutuhan pengadaan lokal mereka, yang pada akhirnya mempercepat proses dan mengurangi ketergantungan pada kantor pusat.
“Hal ini tentu akan memangkas waktu dan biaya distribusi dan tujuan akhirnya adalah meningkatkan kinerja dan pelayanan kepada nasabah,” tegasnya.
Tidak hanya itu, lanjut Novie, dengan tata kelola supplier yang lebih baik dan transparan mulai dari pendaftaran, pengelolaan kontrak hingga evaluasi akan menjaga BTN dari benturan kepentingan antara supplier dan pihak internal BTN sesuai amanat dari regulator. Sehingga terjalin komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik antara BTN dan penyedia barang dan jasa sehingga meningkatkan kinerja dan memperkuat hubungan bisnis.
“Melalui tahapan implementasi yang terencana dengan matang saat ini roll out telah dilakukan diseluruh kantor BTN. Semua proses akan tercatat dalam satu sistem sehingga BTN akan mampu membuat keputusan terkait inventory, procurement dan investrasi dengan berbasis data. Sejalan dengan perjalanan transformasi IT, khususnya Big Data, data dalam sistem akan menjadi salah satu data provider kedalam Big Data System,” katanya.