Presdir BCA Sangat Yakin Presiden Prabowo Bakal Dukung Sektor Perbankan
Optimisme itu muncul lantaran Menteri Keuangan kembali isi oleh Sri Mulyani Indrawati yang dinilai memiliki integritas yang tinggi dalam mengelola keuangan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, Jahja Setiaatmadja meyakini bahwa pemerintahan baru yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka akan sangat mendukung sektor perbankan.
"Artinya, pemerintahan baru akan men-support perbankan, yakin dan haqqul yaqin," kata Jahja dalam konferensi pers Kinerja Bank BCA Kuartal III-2024, Rabu (23/10).
- Gubernur BI Optimis Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh 13 Persen di Era Pemerintahan Prabowo
- Bank Indonesia Pede Prabowo Subianto Bisa Bikin Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5 Persen
- Tak Disangka, Sederet Tokoh Masuk Bursa Calon Menteri Prabowo dari Mantan Istri Gubernur hingga Eks Direktur Bank Dunia
- Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan 6,5 Persen di Agustus 2024, Ternyata Ini Alasannya
Optimisme itu muncul lantaran Menteri Keuangan kembali isi oleh Sri Mulyani Indrawati yang dinilai memiliki integritas yang tinggi dalam mengelola keuangan negara.
Selain itu, Menteri Keuangan di era kabinet Presiden Prabowo juga dibantu oleh tiga Wakil Menteri Keuangan, di antaranya Suahasil Nazara yang sebelumnya pernah menjadi Wamenkeu.
Kemudian, ada Anggito Abimanyu yang memiliki pengalaman dibidang keuangan yang cukup lama, dan terakhir ada Thomas Djiwandono, yang diyakini mampu mengelola perenomian utamanya di sektor keuangan perbankan.
"Dari segi menteri, terutama bidang keuangan, itu dipertahankan misalnya Ibu Sri Mulyani, di situ ada wamennya Pak Suahasil yang memang sudah menjadi wamen, kemudian ada Pak Anggito yang juga orang Departemen Keuangan yang cukup lama, Mas Tommy dengan yakin punya kemampuan untuk mengelola dari segi perekonomian," ujarnya.
Jajaran Menteri Ekonomi
Menurut Jahja, jajaran Menteri di sektor ekonomi dalam kabinet Merah Putih diisi oleh orang-orang yang memang sudah lama berkecimpung di dunia perekonomian. Alhasil hal itu akan menimbulkan sentimen positif terhadap investor asing.
"Jadi, ini suatu hal yang sangat positif di kacamata investor asing. Kenapa? Karena kalau orang asing melihat nama-nama baru yang asing sama sekali, nomor satu jual, nah itu pun namanya saham itu jual dulu. Nanti kalau dilihat kebijakan yang bagus, kinerja yang bagus, baru mereka beli lagi," ujarnya.
Jahja menegaskan, tidak ada salahnya mempertahankan Menteri yang lama jika kinerjanya bagus, apalagi sebelumnya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5 persen.
"Selama orang-orang yang sudah memberikan performa yang bagus selama ini dan dipercaya mempertahankan GDP growth kita yang lalu pada masa susah, sampai dengan 5 persen dan inflasi juga terkendali," ujarnya.