Sektor Jasa Keuangan Stabil di Tengah Tekanan, Ini Indikatornya
??Dana pihak ketiga (DPK) pun masih tumbuh 9,13 persen (yoy) dengan permodalan pada Juni yang meskipun kreditnya tumbuh 10,66 persen (yoy) namun Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap naik menjadi 24,69 persen.??
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Agus E. Siregar menyatakan sektor jasa keuangan Indonesia dalam kondisi relatif stabil di tengah tekanan global. Ini ditunjukkan oleh beberapa indikator yang masih baik.
"Indikator sektor jasa keuangan Indonesia relatif stabil di tengah tekanan," katanya dalam acara Mid-Year Economic Outlook 2022 di Jakarta, Selasa (2/8).
-
Apa yang ingin dicapai OJK dari pengembangan perbankan syariah? Bank syariah saat ini sedang kita coba arahkan untuk memberikan alternatif produkproduk perbankan syariah yang bukan merupakan bayangan dari produk-produk yang sudah ada di perbankan konvensional,” kata Dian.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Kenapa OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah? OJK terus berupaya mengembangkan industri perbankan syariah dengan memanfaatkan keunikan dan kekhasannya yang memiliki keunggulan dibanding produk bank konvensional. Keunggulan itu perlu dimaksimalkan agar perbankan syariah dapat memberikan dampak positif pada masyarakat dan perekonomian nasional.
-
Kenapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
-
Kenapa OJK mengupayakan perluasan akses keuangan di Jawa Tengah? Otoritas Jasa Keuangan bersama seluruh pemangku kepentingan terus memperluas akses keuangan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah.
Agus menyebutkan indikator yang dimaksud di antaranya meliputi penghimpunan dana di pasar modal yang telah mencapai Rp123,48 triliun sampai 26 Juli 2022. Bahkan saat ini sudah terdapat 93 penawaran umum yang masuk dan diperkirakan nilainya mencapai Rp61,52 triliun.
Intermediasi perbankan sendiri pada Juni 2022 menunjukkan perkembangan yang baik dengan pertumbuhan mencapai 10,66 persen (yoy) dan 7,08 persen (ytd).
Dana pihak ketiga (DPK) pun masih tumbuh 9,13 persen (yoy) dengan permodalan pada Juni yang meskipun kreditnya tumbuh 10,66 persen (yoy) namun Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap naik menjadi 24,69 persen.
CAR naik didukung oleh profitabilitas yang cukup tinggi selama Juni dengan net interest margin (NIM) sebesar 4,69 persen dan Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 78,46 persen.
Kondisi Kinerja
Kondisi kinerja tersebut juga didukung dengan profil risiko yang cukup terkendali dengan NPL Gross yang membaik dari Mei sebesar 3,04 persen menjadi 2,86 persen pada Juni 2022.
"Kinerja yang sama juga ditunjukkan di sektor lembaga pembiayaan yang linier dengan perkembangan di sektor perbankan," ujar Agus.
Selanjutnya, pertumbuhan di piutang pembiayaan turut meningkat pada Juni yaitu dari Rp379 triliun menjadi Rp381 triliun yang naik 5,63 persen (yoy) dan 4,87 persen (ytd).
"Itu didukung dengan risiko yang relatif terkendali degan NPF perusahaan pembiayaan di 2,81 persen," katanya.
Secara garis besar, sektor jasa keuangan Indonesia permodalannya masih tinggi dengan risiko kredit terjaga.