1 Suro, 9 pusaka & 7 kebo Kiai Slamet Keraton Surakarta akan dikirab
1 Suro, 9 pusaka & 7 kebo Kiai Slamet Keraton Surakarta akan dikirab. Dalam kirab nanti, kata dia, seluruh peserta memang dilarang berbicara atau melakukan tapa bisu. Mereka diminta untuk berdoa dan melakukan introspeksi diri selama perjalanan.
Memperingati 1 Suro JE 1950 yang jatuh pada 2 Oktober dalam penanggalan Jawa, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat akan melakukan ritual kirab pusaka. Sebelum kirab pusaka dimulai, sejumlah kegiatan lain juga akan dilakukan, di antaranya, wilujengan Khol Dalem SSISKS Paku Buwono X yang kebetulan meninggal pada 1 Suro atau tahun 1939. Kemudian dilanjutkan dengan pisowanan di Sasana Sewaka dan Salat Hajad, di Masjid Puromosono.
Sembilan pusaka berupa tombak dan lainnya akan diarak mengelilingi tembok luar keraton atau luar Baluwarti. Kirab dipimpin cucuk lampah (pimpinan barisan) 7 kebo bule keturunan Kiai Slamet.
Pusaka keraton menjadi bagian utama pada barisan terdepan. Kemudian diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran keraton lengkap dengan pakaian adat Jawa dan masyarakat.
"Kirab pusaka akan dilepas Plt Raja Surakarta, KGPA (Kanjeng Gusti Pangeran Aryo). Untuk rutenya tetap sama, dari Kamandungan-Supit Urang Barat-Alun-alun Utara-Gladang-Jalan Mayor Kusmanto-Jalan Kapten Mulyadi, Veteran, Yos Sudarso, Slamet Riyadi dan kembali ke keraton," ujar kerabat keraton Kanjeng Pangeran Aryo (KPA), Satrio Hadinagoro, Selasa (27/9).
Kanjeng Satrio menambahkan, dalam rangkaian kegiatan Bulan Suro juga akan diisi dengan Pagelaran wayang kulit semalam suntuk pada tanggal 10 Suro atau hari Selasa Wage 11 Oktober 2016 mulai pukul 20.00 WIB. Kemudian pada tanggal 19 Oktober atau tepat 17 Suro akan diadakan acara Jenang Suran dan pengetan Dalem Hadeging Keraton Surakarta Hadiningrat.
Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Solo, Kanjeng Pangeran (KP) Winarna Kusumo mengatakan kirab ini, juga untuk menyambut tahun baru dalam penanggalan Jawa yang disebut 'Tahun Sultan Agungan' yang jatuh pada 1 Suro 1950 atau 2 Oktober 2016.
Dalam kirab nanti, kata dia, seluruh peserta memang dilarang berbicara atau melakukan tapa bisu. Mereka diminta untuk berdoa dan melakukan introspeksi diri selama perjalanan.
"Tidak semua ikut kirab, sebagian kerabat dan abdi dalem tetap tinggal di keraton untuk melakukan salat hajad dan wiridan semalam suntuk. Sebelum kirab mulai, pukul 21.00 WIB diadakan acara 'dhukutan' atau tahlilan dan ruwatan," pungkasnya.