Melihat Kirab Belasan Pusaka Keraton Surakarta, Tujuh Kerbau Bule Pimpin Arak-arakan Diikuti Ribuan Abdi Dalem
Tujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet menjadi cucuk lampah (pemimpin kirab) arak-arakan yang diikuti lebih dari 5.000 abdi dalem, sentana dan kerabat keraton.
Tujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet menjadi cucuk lampah (pemimpin kirab) arak-arakan yang diikuti lebih dari 5.000 abdi dalem, sentana dan kerabat keraton.
Melihat Kirab Belasan Pusaka Keraton Surakarta, Tujuh Kerbau Bule Pimpin Arak-arakan Diikuti Ribuan Abdi Dalem
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar kirab pusaka peringatan tahun baru Jawa atau malam 1 Suro JE 1958 Senin (8/7) dini hari. Tujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet menjadi cucuk lampah (pemimpin kirab) arak-arakan yang diikuti lebih dari 5.000 abdi dalem, sentana dan kerabat keraton.
Pantauan merdeka.com, masyarakat sudah memadati area depan Keraton Kasunanan Surakarta selepas salat Magrib. Mereka datang dari pelbagai kota di Solo Raya, Jakarta, Surabaya dan lainnya.
Sekitar pukul 23.50 WIB, tujuh kerbau bule dipandu pawang tiba di depan Kori Kamandungan.
Tak lama kemudian, para abdi dalem pembawa ubarampe dan pusaka keluar dari dalam keraton.
Arak arakan keliling tembok luar keraton pun dimulai.
Sambutan riuh masyarakat membuat suasana semakin meriah.
Ritual Wilujengan
Peringatan tahun baru Jawa JE 1958 dan tahun baru Islam 1 Muharam 1446 Hijriah di Keraton Kasunan diawali dengan ritual wilujengan atau doa bersama di dalam keraton.
"Seperti biasa, untuk rangkaian acara 1 Suro ini kita awali dengan wilujengan jam 21.00-22.00 WIB. Setelah itu persiapan, menata barisan, pusaka, dan sentana dalem," ujar Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GKR Wandansari Koes Moertiyah saat ditemui sebelum acara.
14 Pusaka Dikirab
Adik Raja Paku Buwono XIII yang akrab disapa Gusti Moeng mengatakan, tahun ini ada 14 pusaka yang disiapkan untuk dikirab. Namun jumlah pusaka yang akan dikirab tergantung perintah PB XIII Hangabehi.
"Untuk kerbau bule yang siap untuk cucuk lampah hanya 7 ekor. Ada satu lagi sebenarnya, tapi masih kecil," ujar Gusti Moeng.
Gusti Moeng menambahkan, di Keraton Kasunan Surakarta ada tiga kelompok kerbau kesayangan raja.
Namun dari tiga lokasi itu hanya diambil satu kelompok yang biasa ikut kirab.
Makna Peringatan Malam Satu Suro
Terkait makna peringatan 1 Suro, Gusti Moeng menjelaskan, hal tersebut sebagai bentuk introspeksi diri terhadap kesalahan dan kekurangan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. Pada momen tahun baru ini saatnya untuk lebih diperbaiki.
"Maknanya yang paling utama ya untuk introspeksi diri. Tahun kemarin kekurangan apa, nah tahun ini waktunya kita perbaiki. Kita juga wilujengan, berdoa bersama di dalam keraton. Orang Jawa pakai tirakat dan laku, mestinya dari daya kekuatan pusaka itu," kata Gusti Moeng.
Tujuh Kerbau Bule
Terkait adanya tujuh kerbau bule yang menjadi cucuk lampah, Gusti Moeng memberikan alasannya. Menurutnya, kerbau Kiai Slamet berjalan paling depan memiliki makna sebagai simbolis.
"Masyarakat atau kita bukan mengikuti kerbau. Dulu orang Jawa itu sangat bergantung pada kerbau yang bisa mengolah tanah sehingga bisa menghasilkan pangan. Itu utama bagi orang hidup, yaitu makan. Jangan sampai kekurangan makan," kata Gusti Moeng.
Adapun rute arak-arakan dimulai dari Kori Kamandungan depan pintu utama Keraton Surakarta menuju ke Supit Urang, Jalan Paku Buwana, Gapura Gladag, Jalan Mayor Kusmanto.
Kemudian ke Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi dan kembali kembali ke keraton.