Baca Apa di Malam 1 Suro? Ini Amalan yang Bisa Dikerjakan Menurut Islam
Kumpulan amalan malam 1 suro ini memiliki keberkahan yang luar biasa apabila dikerjakan.
Kumpulan amalan malam 1 suro ini memiliki keberkahan yang luar biasa apabila dikerjakan.
Baca Apa di Malam 1 Suro? Ini Amalan yang Bisa Dikerjakan Menurut Islam
Malam 1 Suro adalah awal bulan pertama Tahun Baru Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharam. Ini momen sakral untuk melakukan amalan-amalan baik. Kalender Jawa 1 Suro pertama kali diterbitkan oleh Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo yang mengacu penanggalan Hijriyah (Islam).Di setiap malam 1 Suro, di sejumlah daerah di Pulau Jawa, masyarakatnya sampai saat ini masih ada yang tetap menjalaninya dengan laku atau lampah bathin dan prihatin. Laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemdikbud RI memaparkan sejarah malam 1 Suro adalah berawal dari pihak keraton yang konon ingin memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Malam ini kemudian menjadi malam yang istimewa di kalangan masyarakat Jawa dan Islam.
Keistimewaan malam 1 Suro adalah masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Banyak yang bertanya-tanya harus baca apa di malam 1 suro sebagai bentuk amalan doa? Berikut selengkapnya.
Baca Apa di Malam 1 Suro?
Untuk menjawab pertanyaan para umat Islam Kejawen mengenai hendak baca apa di malam 1 suro, dianjurkan untuk membaca Al-Quran Surat Al-Baqarah: 225 atau dikenal sebagai Ayat Kursi dibaca sebanyak 360, 121, 100, 77, 41, 21, atau 11 kali sesuai kemampuan.Keutamaan membaca Ayat Kursi sangatlah besar, bahkan kedudukan ayat ini sebagai pemimpin ayat Alquran, sebagai ayat paling agung, untuk mendapatkan balasan surga, pahala mati syahid, memohon perlindungan, hingga rezeki. Adapun bacaan ayat kursi adalah;
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ ٢٥٥
Allāhu lā ilāha illā huw(a), al-ḥayyul-qayyūm(u), lā ta'khużuhū sinatuw wa lā naum(un), lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ(i), man żal-lażī yasyfa'u 'indahū illā bi'iżnih(ī), ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭūna bisyai'im min 'ilmihī illā bimā syā'(a), wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ(a), wa lā ya'ūduhū ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm(u).
Artinya: Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung. Selain Ayat Kursi, saat malam 1 Suro juga dianjurkan untuk membaca doa awal tahun sebanyak tiga kali untuk meminta pertolongan dari segala kesusahan.
Berikut bunyi bacaan doa awal tahun tersebut:
Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu‘awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.
Artinya, “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”
Amalan 1 Suro Menurut Islam
Mengutip laman keislaman NU Online, ulama mengabadikan amalan-amalan di bulan Muharram dalam bentuk nadham, sebagaimana yang dilakukan Syekh Abdul Hamid dalam kitabnya Kanzun Naja was Surur Fi Ad'iyyati Tasyrahus Shudurفِى يوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ * بِهَا اثْنَتَانِ وَلهَاَ فَضْلٌ نُقِلْ
صُمْ صَلِّ صَلْ زُرْ عَالمِاً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيْمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ
وَسِّعْ عَلَى اْلعِيَالِ قَلِّمْ ظُفْرَا * وَسُوْرَةَ الْاِخْلاَصِ قُلْ اَلْفَ تَصِلْ
"Ada sepuluh amalan di dalam bulan ‘asyura, yang ditambah lagi dua amalan lebih sempurna. Puasalah, shlatlah, sambung silaturrahim, ziarah orang alim, menjengk orang sakit dan celak mata. Usaplah kepala anak yatim, bersedekah, dan mandi, menambah nafkah keluarga, memotong kuku, membaca surat al-Ikhlas 1000 kali.
Berdasar nadham itu, ada amalan yang bisa dilakukan pada malam hari atau malam 1 Suro atau 1 Muharram. Amalan tersebut adalah:
1. Sholat
2. Menyambung silaturahim
3. Bersedekah
4. Mandi
5. Memakai celak mata
6. Menjenguk orang sakit
7. Menambah nafkah keluarga
8. Memotong kuku
9. Mengusap kepala anak yatim
10. Membaca Surat al-Ikhlas sebanyak 1.000 kali.
Jika ditambah puasa, maka pada malam 1 Suro, seseorang sudah bisa sahur dan niat puasa sunnah di bulan Muharram.
Amalan Malam 1 Suro Lainnya
Sakralnya malam 1 Suro dipengaruhi Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Dalam buku berjudul Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa (2010) oleh Muhammad Solikhin, sakralitas peringatan atau amalan malam 1 Suro dulunya sering melakukan upacara dan ritual, yang sampai saat ini diwariskan secara turun temurun.Ada enam amalan malam 1 Suro yang perlu diketahui. Mulai dari amalan siraman, tapa mbiksu, ziarah, sesaji, jamasan pusaka, dan larung sesaji. Ini penjelasan dari enam amalan malam 1 Suro yang dilansir dari berbagai sumber: 1. Siraman Malam 1 Suro
Amalan malam 1 Suro adalah melakukan siraman. Ini berupa ritual mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur kembang setaman. Siraman sama dengan bentuk “sembah raga” (sariat) dengan tujuan menyucikan raga, sebagai acara seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Suro.
Sepert lebih ketat dalam menjaga dan menyucikan hati, pikiran, serta menjaga panca indera dari hal-hal negatif. Pada saat melakukan amalam malam 1 Suro ini, harus sambil berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan agar dijaga dari bencana, musibah, kecelakaan.
Doanya dalam satu fokus yakni memohon keselamatan diri dan keluarga, serta kerabat handai taulan. Contohnya, mengguyur badan dari ujung kepala hingga sekujur badan sebanyak 7 kali siraman gayung (7 dalam bahasa Jawa; pitu, merupakan doa agar Tuhan memberikan pitulungan atau pertolongan).
Bisa juga 11 kali (11 dalam bahasa Jawa; sewelas, merupakan doa agar Tuhan memberikan kawelasan; belaskasih). Atau 17 kali (17 dalam bahasa Jawa; pitulas; agar supaya Tuhan memberikan pitulungan dan kawelasan).
Mandi lebih bagus dilakukan tidak di bawah atap rumah; langsung “beratap langit”; maksudnya adalah secara langsung menyatukan jiwa raga ke dalam gelombang harmonisasi alam semesta.
-
Apa saja amalan malam 1 Suro? Banyak tradisi dan amalan yang dilakukan untuk menyambut malam satu Suro.
-
Bagaimana ritual malam 1 suro? Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berintrospeksi dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.
-
Bagaimana cara mengisi Malam 1 Suro? Di malam 1 Suro alias malam pergantian tahun Hijriah, umat muslim dianjurkan berefleksi diri selama 1 tahun yang telah berlalu. Selain itu, dianjurkan pula untuk melakukan beberapa amalan sunah seperti mendirikan salat, menyambung silaturahim, bersedekah, membersihkan diri, memotong kuku, memakai celak mata, dan menjenguk orang sakit.
-
Apa arti Malam 1 Suro? Malam 1 Suro adalah sebuah perayaan dalam penanggalan Jawa, yang biasanya bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam penanggalan Hijriyah.
-
Dimana ritual malam 1 suro? Lokasi ini disebut memilki nilai sisi spiritual kuat.
-
Kapan malam 1 suro? Bulan Sakral Bagi orang Jawa, bulan Suro sebagai awal tahun Jawa diyakini sebagai bulan yang sakral atau suci.
Tapa mbisu adalah amalan malam 1 Suro dengan sikap selalu mengontrol ucapan mulut agar mengucapkan hal-hal yang baik saja. Ini karena dipercaya dalam bulan Suro yang penuh tirakat, doa-doa lebih mudah terwujud atau diijabah. Ini termasuk ucapan atau umpatan jelek yang keluar dari mulut dapat “numusi” atau terwujud.
3. Menggiatkan Ziarah
Menggiatkan ziarah adalah amalan malam 1 Suro. Seperti masyarakat Jawa yang menggiatkan ziarah ke makam para leluhurnya masing-masing, atau makam para leluhur yang yang dahulu telah berjasa bagi negara.
Cara menghormati dan menghargai jasa para leluhur kita selain mendoakan, tentunya dengan merawat makam. Sebab makam adalah monumen sejarah yang dapat dijadikan media mengenang jasa-jasa para leluhur, mengenang dan meneladani amal kebaikan beliau semasa hidupnya. 4. Sesaji Bunga Setaman
Sesaji bunga setaman adalah amalan malam 1 Suro. Ini dilakukan dengan menyediakan sesaji bunga setaman di wadah berisi air bening, ditaruh dalam rumah. Ritual ini penuh dengan makna yang dilambangkan dalam berbagai macam hal yang diikutsertakan. Bunga mawar merah, mawar putih, melati, kantil, kenanga.
Masing-masing bunga memiliki makna doa-doa agung kepada Tuhan yang tersirat di dalamnya. Bunga-bungaan juga ditaburkan ke pusara para leluhur. 5. Jamasan Pusaka
Jamasan pusaka adalah amalan 1 Suro yang dilakukan dalam rangka merawat atau melestarikan warisan dan kenang-kenangan dari para leluhurnya. Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisik bendanya. Ini hasil karya cipta dalam bidang seni dan keterampilan para leluhur kita di masa silam.
Dari sikap menghargai lalu tumbuh menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa agar berbuat lebih baik dan maju di banding prestasi yang telah diraih para leluhur kita di masa lalu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para leluhurnya, para pahlawan, dan para perintisnya. 6. Larung Sesaji
Larung sesaji adalah amalan 1 Suro dengan ritual sedekah alam. Uborampe atau ragam bahan ritual disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat-tempat tertentu. Tradisi budaya ini yang paling riskan dianggap musyrik. Ini bisa terjadi bila seseorang hanya melihat apa yang tampak oleh mata tanpa ada pemahaman makna esensial dari ritual larung sesaji.