10 Kasus Positif Corona Kembali Terdeteksi di Kota Bogor
Karena penularan Covid-19 terus meningkat, Pemerintah Kota Bogor menerapkan Karantina Wilayah Parsial (KWP) dan membentuk RW Siaga Covid-19. Kebijakan ini untuk semakin mempersempit ruang gerak masyarakat sekaligus menekan penularan Corona.
Kasus positif Corona Virus (Covid-19) di Kota Bogor melonjak signifikan. Data terbaru, 10 pasien positif kembali ditemukan. Total, ada 18 kasus positif di Kota Bogor hingga Senin (30/3) pukul 14.00 WIB.
"Terdapat penambahan jumlah terkonfirmasi positif 10 orang menjadi 18 orang di Kota Bogor," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang keluar dari sumur di Bogor? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
-
Kenapa Bogor disebut Kota Hujan? Karena jumlah milimeter air yang tercurah berada di atas angka 2.000, maka bisa dipastikan jika intensitas air hujan bisa terus turun sepanjang tahun. Ini yang membuat Bogor masih diselingi kondisi hujan saat musim kemarau karena jumlah kandungan air di awan yang tinggi.
-
Siapa yang memperkenalkan asinan Bogor? Mengutip Youtube Trans7 Official, kehadiran asinan di Bogor sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Ketika itu makanan ini dikenalkan oleh seorang Kapiten Tionghoa bernama Tan Goan Piaw.
-
Apa yang terjadi pada bocah yang viral di Bandung? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jenderal Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat. Videonya viral setelah seorang pelaku mengaku sebagai keponakan seorang jenderal.
-
Apa yang menyebabkan tingginya curah hujan di Bogor? Ahli Meteorologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sempat membeberkan alasan utama Bogor mengalami kondisi hujan yang lebih sering. Punya Curah Hujan Antara 3.500 sampai 4.000 Milimeter Per Tahun Dalam laman resmi Pemkot Bogor, kota berpenduduk 820.707 jiwa itu diketahui memiliki curah hujan yang terbilang tinggi. Selama satu tahun saja, Bogor mampu diterpa hujan sebanyak 3.500 sampai 4.000 milimeter per tahun.
Dari jumlah itu, kata Retno, empat orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara 14 orang positif lainnya masih dalam penanganan di rumah sakit.
Kemudian untuk daftar Orang Dalam Pemantauan (ODP) juga melonjak menjadi 654 orang. Dari jumlah tersebut, 224 di antaranya selesai dipantau dan 430 lainnya masih dalam pemantauan.
Sementara daftar Pasien Dalam Pengawasan (PDP) saat ini tercatat 46 orang dengan 6 orang selesai diawasi dan 29 masih dalam pengawasan. Namun, terdapat 11 orang meninggal dari daftar PDP Kota Bogor.
"Kita masih tunggu hasil lab swab dari Litbangkes Kementerian Kesehatan untuk penyebab meninggalnya 11 PDP ini," kata Retno.
Karantina Wilayah Parsial
Karena penularan Covid-19 terus meningkat, Pemerintah Kota Bogor menerapkan Karantina Wilayah Parsial (KWP) dan membentuk RW Siaga Covid-19. Kebijakan ini untuk semakin mempersempit ruang gerak masyarakat sekaligus menekan penularan Corona.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim menjelaskan, keputusan ini diambil usai berdialog secara virtual dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kami di Crisis Center Covid-19 Kota Bogor, Senin (30/3)
"Kota Bogor tidak akan melakukan lockdown atau isolasi total. Kami menerapkan KWP dan membentuk RW Siaga Covid-19," jelas Dedie.
Menurutnya, pemerintah daerah tingkat kota/kabupaten hanya diizinkan pemerintah pusat untuk menerapkan KWP, seperti di komplek perumahan, kelurahan atau kecamatan yang memiliki risiko tinggi penularan virus.
"Kunci untuk memutus penyebaran Covid-19 ini adalah social distancing. Maka, jika ada pergerakan masyarakat atau mobilisasi massa besar akan meningkatkan risiko penularan," kata Dedie.
Kata dia, Tim Gugus Tugas Covid-19 Kota Bogor akan menyusun langkah teknis untuk menerapkan KWP, dengan mengumpulkan para camat dan OPD terkait untuk kemudian dikoordinasikan dengan lurah hingga ke tingkat bawah.
"Terutama RW Siaga. Ini harus benar-benar disiapkan bagaimana personelnya. Bagaimana relawannya dan teknis pelaksanaan di lapangan. Besok kita instruksikan langsung kepada camat, lurah dan RT/RW masing-masing wilayah," kata dia.
(mdk/lia)