170 Warga Kota Mataram NTB Terkena Demam Berdarah, 2 Orang Meninggal
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat terus meningkat dan secara kumulatif kasus dari Januari 2021 hingga kini tercatat 170 orang, dua di antaranya meninggal dunia.
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat terus meningkat dan secara kumulatif kasus dari Januari 2021 hingga kini tercatat 170 orang, dua di antaranya meninggal dunia.
"Data terakhir, Selasa (23/2) kasus DBD tercatat 66 orang, tapi sekarang sudah menjadi 170 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Usman Hadi, Rabu (24/3). Dikutip dari Antara.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Kapan kasus DBD biasanya meningkat? Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu terjadi di musim hujan, dan penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
-
Di mana DBD menjadi masalah utama? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Apa saja gejala DBD pada anak? Gejala penyakit DBD atau demam berdarah dengue pada anak antara lain adalah sebagai berikut: Demam tinggi. Anak akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40°C selama 2-7 hari. Demam ini bisa memiliki pola pelana kuda, yaitu demam naik turun dengan fase kritis di saat suhu menurun.
Namun demikian, Usman membantah lonjakan kasus DBD yang terjadi secara signifikan pada awal tahun ini karena pemerintah fokus melakukan penanganan pencegahan Covid-19.
"Ini terjadi karena faktor cuaca dan pola hidup sehat masyarakat, dan lonjakan kasus DBD tidak hanya di Mataram, tetapi juga terjadi di daerah lain," katanya.
Terkait dengan itu, Usman berharap selama musim pancaroba ini masyarakat bisa lebih aktif menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.
Sementara pemerintah akan melakukan intrevensi dengan memberikan bubuk abate dan pelayanan pengasapan (fogging) fokus pada wilayah yang terdapat kasus DBD, dan sesuai permintaan.
"Untuk fogging memang hanya efektif membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentiknya hanya bisa dimusnahkan dengan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)," katanya.
Menyinggung dua kasus meninggal akibat DBD, katanya, dipicu karena dua pasien itu terlambat dibawa ke rumah sakit. "Kondisi pasien saat tiba di rumah sakit sudah parah. Hari ini masuk, besoknya meninggal," katanya.
Terkait dengan itu, pihaknya mengimbau kepada masyarakat ketika memiliki masalah kesehatan apalagi ada gelaja ke DBD seperti, mual dan muntah, demam tinggi, ruam, flu, dan nyeri agar segera berobat ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.
"Pelayanan kesehatan di 11 puskesmas itu sudah gratis, jadi masyarakat jangan ragu datang berobat agar bisa segera tertangani sebab setiap puskesmas sudah memiliki alat pemeriksaan DBD," katanya.
Baca juga:
10 Pencegahan DBD yang Bisa Dilakukan di Rumah, Salah Satunya Jangan Gantung Pakaian
Cegah DBD, Perumahan di Tangsel Diasapi
Waspada DBD di Tengah Pandemi, Dinkes DKI Ajak Warga Pelihara Ikan Cupang
Pengasapan Cegah DBD di Kawasan Kebayoran Lama
Masyarakat Diimbau Waspadai Penyakit DBD saat Musim Hujan
Sakit DBD, Surya Paloh Dirawat di RSPAD