179 Jenis Burung di Indonesia Terancam Punah
Lembaga yang fokus pada isu flora dan fauna, Burung Indonesia, menyatakan 179 jenis burung di Indonesia yang terancam punah secara global. Sebanyak 31 jenis di antaranya dalam kondisi kritis.
Lembaga yang fokus pada isu flora dan fauna, Burung Indonesia, menyatakan 179 jenis burung di Indonesia yang terancam punah secara global. Sebanyak 31 jenis di antaranya dalam kondisi kritis.
"Berdasarkan status keterancamannya, terdapat 179 jenis burung di Indonesia yang masuk ke dalam daftar jenis burung terancam punah secara global," kata Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia, Achmad Ridha Junaid, dalam keterangan persnya di Makassar, Rabu (28/4).
-
Siapa yang menemukan burung prasejarah ini? Kerangka fosil Imparavis attenboroughi ditemukan di dekat desa Toudaoyingzi di timur laut Cina dan kemudian disumbangkan ke Museum Alam Shandong Tianyu.
-
Apa yang membedakan burung unta dengan burung yang bisa terbang? Biasanya, burung tidak bisa terbang tidak memiliki tulang lunak, yaitu tulang melekat erat pada otot dada atau otot terbang burung yang bisa terbang.
-
Di mana burung prasejarah ini ditemukan? Imparavis attenboroughi ditemukan di wilayah timur laut Tiongkok pada sekitar 120 juta tahun yang lalu atau pada masa Kapur Awal.
-
Mengapa temuan pohon prasejarah ini penting? “Evolusi kerajaan tumbuhan mengalami banyak bentuk eksperimen berbeda yang berhasil selama jutaan tahun atau lebih, namun tidak bertahan dalam ujian waktu karena alasan apapun,” katanya
-
Apa yang unik dari pohon prasejarah yang ditemukan dalam fosil langka? Keunikan pohon-pohon ini merupakan tantangan tersendiri bagi ilmu pengetahuan, meninggalkan para peneliti dengan pertanyaan yang menarik tentang kehidupan dan perkembangan ekosistem pada masa lalu.
-
Kapan buah angkung matang? Buah angkung memiliki warna biru tua dan daging berwarna merah keunguan saat sudah matang.
Selain 31 jenis burung masuk dalam kategori kritis atau langkah lagi menuju status kepunahan, 52 jenis dinyatakan genting (Endangered/EN), dan 96 jenis rentan terhadap kepunahan (Vulnerable/VU).
Kondisi ini menunjukkan tantangan konservasi burung di Indonesia semakin meningkat. Kendati telah banyak upaya dilakukan, lanjut Ridha seperti dilansir Antara, populasi sebagian jenis burung tetap mengalami kemerosotan di alam.
Selain deforestasi, perburuan dan penangkapan burung dari alam menjadi faktor utama penyebab penurunan populasi burung. Dampaknya terlihat pada peningkatan status keterancaman pada sembilan jenis burung pada 2021.
Beberapa jenis yang merasakan dampak nyata dari deforestasi dan perburuan adalah perkici dada-merah (Trichoglossus forsteni), empuloh janggut (Alophoixus bres), empuloh pipi-kelabu (Alophoixus tephrogenys), cucak aceh (Pycnonotus snouckaerti), dan anis kembang (Geokichla interpres).
Empuloh janggut bahkan kini diperkirakan telah mengalami penurunan hingga 50 persen dari populasi asli di wilayah persebarannya di Pulau Jawa dan Bali (BirdLife International, 2020a; Eaton et al., 2015).
Kondisi ini sekaligus mendorong upaya yang lebih serius dalam mengurangi dampak perburuan maupun penangkapan burung dari alam.
Selain jenis-jenis yang mengalami peningkatan kategori keterancaman, ada pula jenis yang mengalami penurunan status keterancaman seperti Kowak jepang (Gorsachius goisagi), kepudang-sungu kai (Edolisoma dispar), dan bangau sandang-lawe (Ciconia episcopus) kini diketahui memiliki wilayah persebaran yang relatif luas dengan kondisi populasi yang relatif stabil, sehingga mengalami penurunan kategori keterancaman (IUCN, 2020).
Baca juga:
Usai Dinaiki Lucinta Luna, Lumba-Lumba Hidung Botol Akhirnya Dievakuasi
KLHK Sita Puluhan Satwa Dilindungi dari Sebuah Rumah di Kuta Bali
Tangkap Seekor Penyu Lekang, 7 Warga Gunungkidul Jadi Tersangka
Penyelundupan 310 Burung Langka Digagalkan, Puluhan Ekor Ditemukan Mati
Intip Potret Kepiting Langka dan Terbesar di Dunia, Ditemukan di Ternate
Cegah Kepunahan, Begini Cara Gunung Gede Pangrango Lestarikan Hewan & Tumbuhan Langka