1.925 korban longsor Sangihe mengungsi
Ratusan rumah warga rusak diterjang longsor.
Cuaca ekstrem yang melanda daerah Sulawesi Utara sejak seminggu terakhir, masih meninggalkan duka mendalam. Wilayah Kabupaten Sangihe merupakan wilayah terparah dengan jumlah korban meninggal lima orang, dua hilang dan 1.925 jiwa mengungsi.
"Saat ini giat penanggulangan bencana, pencarian korban, pembukaan dan pembersihan jalur transportasi, distribusi logistik pengungsi, bakti sosial masih tetap berlanjut dengan melibatkan Pers Kodim 1301/Satal, Polres Sangihe, Lanal Tahuna, BPBD, Tagana, Satpol PP, instansi terkait lainnya serta masyarakat," ujar Dandim 1301/Satal Letkol Kav Sumantri Harsono melalui pesan tertulis kepada Merdeka.com, Jumat (24/6).
Update data terakhir hari ini pukul 18.00 WITA menyebutkan delapan kecamatan di Sangihe terdampak cuaca buruk meliputi Kecamatan Tahuna, Tahuna Timur, Tahuna Barat, Manganitu, Tamako, Manganitu selatan, Kendahe, Tatoareng (Kecamatan Pulau). Sementara kerusakan rumah warga tercatat sebanyak 152 unit rusak berat, 23 unit rusak sedang dan 69 unit rusak ringan.
Jumlah pengungsi yang mengungsi ke tempat pengungsian sebanyak 556 Kepala Keluarga atau 1.925 jiwa. Terdapat enam titik dapur umum disiagakan untuk melayani kebutuhan makan minum warga berada di Kelurahan Sawang Bendar (1 unit), Kolongan Beha (3 unit), dan Kolongan Akengbawi (2 unit).
Sementara itu, berdasarkan hasil koordinasi bersama BPBD dan Polres setempat, pencarian dua nelayan hilang tas nama Sistor Bulanpia (43) dan Zet Letunggola (56) akan terus dilakukan. Dua unit speed boat milik Polair telah disiagakan untuk mencari kedua warga Desa Batunderang Kecamatan Manganitu Selatan tersebut.
"Akan dilaksanakan besok, kemungkinan terkendala cuaca dengan ombak yang tinggi. Penyisiran pantai juga tetap berlanjut dan dilakukan oleh personel Babinsa Koramil dan masyarakat sekitar. Untuk saat ini hasilnya masih nihil," terang Sumantri.