2 Penjambret anggota DPR diringkus saat servis ponsel
Mereka tidak menyadari ponsel dijambret itu bisa dilacak dengan GPS.
Dua pelaku penjambretan terhadap seorang anggota DPR Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa asal Dapil X, H Bisri Romli (61), berhasil diringkus petugas Polsek Buaran, Kabupaten Pekalongan, bekerjasama dengan Polsek Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Kedua pelaku ditangkap polisi saat sedang menservis ponsel hasil menjambret, karena mereka tidak bisa membuka kata sandi.
Kedua pelaku itu adalah Septian Cahya Imanto alias Citos (23), dan Fatkhurohman alias Paung (20). Keduanya warga Pekajangan, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Kapolsek Buaran, AKP Harsono mengatakan, kedua tersangka ditangkap saat akan mengambil ponsel yang diservis.
"Kami menangkap belum 24 jam pasca pelaku melakukan kejahatan," kata Harsono, Rabu (1/6).
Harsono melanjutkan, penjambretan itu terjadi di Jalan Pramuka Simbang Wetan, Kecamatan Buaran, pada Senin (30/5), sekitar pukul 23.30 WIB.
Saat itu, kedua pelaku mengikuti sepeda motor korban, yang baru pulang dari daerah Warungasem, Batang, dibonceng anak buahnya.
Kemudian, kedua pelaku menyalip sepeda motor korban. Septian yang mengemudikan motor Yamaha V-ixion lantas mengambil kedua ponsel korban, yaitu Nokia seri 225 dan iPhone 6 warna putih. Mereka lantas kabur ke arah barat.
Keesokan harinya, H Bisri bercerita kepada anak buahnya, Abdul Qodir, kalau ponselnya hilang. Setelah dilacak melalui sistem posisi global (GPS), ponsel itu ada di Pekajangan.
"Ternyata pelaku tidak mengerti HP dan dibawa ke tukang servis di Kedungwuni, karena tidak bisa membukanya. Ternyata setelah dicek, tukang servis mengetahui bahwa HP tersebut milik H Romli, dan keluarga lapor kami," ujar Harsono.
Setelah dipancing, akhirnya pelaku pertama ditangkap saat mengambil ponsel. Polisi kemudian menciduk teman tersangka.
Atas perbuatannya, kini kedua pelaku diperiksa di Polsek Buaran. Mereka akan dijerat dengan Pasal 363 ayat 4 KUHPidana, dengan hukuman maksimal tujuh tahun penjara.
Septian berdalih terpaksa menjambret karena kebutuhan ekonomi.
"Saya punya anak, dan penghasilan saya tidak cukup. Makanya saat ada kesempatan saya jambret," kata tukang tempel iklan di tembok dan tiang listrik ini.