Cerita 4 Museum bersejarah yang terbengkalai
Presiden Soekarno pernah menyebut bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.
Presiden Soekarno pernah menyebut bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Hal ini seolah menjadi pembenar ketika bangsa yang gemah ripah ini masih terus terseok. Kita kurang menghargai sejarah.
Paling tidak itu bisa dilihat dari bagaimana bangsa ini memandang museum sebagai tempat membungkus sejarah. Beberapa museum di tanah air ternyata saat ini nasibnya sangat menyedihkan, terbengkalai, bahkan bangkrut.
Museum yang banyak menyimpan peninggalan sejarah bangsa ini nasib sangat memprihatinkan. Masyarakat sering senang mengunjungi mal dibanding melihat museum.
Berikut empat museum di Indonesia yang nasibnya sangat memprihatinkan.
-
Bagaimana koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama dikumpulkan? Koleksi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama sebagian besar berasal dari penelitian yang dilakukan di kawasan Banten Lama.
-
Apa yang ditampilkan di Museum Muhammadiyah? Museum tersebut berisi tentang perjuangan Muhammadiyah sejak lahir sampai hari ini.
-
Apa saja koleksi yang disimpan di Museum Balaputera Dewa? Museum yang terletak di Jalan Srijaya I No.28, Palembang ini dibangun untuk menjaga dan melestarikan ragam koleksi peninggalan sejarah sebagai sarana edukasi.
-
Kenapa Museum Bioskop Jambi penting bagi Indonesia? Tempoa Art Gallery atau yang dikenal dengan Museum Bioskop Jambi merupakan aset penting bagi bangsa Indonesia, bahkan dunia.
-
Di mana Museum Lampung terletak? Museum Lampung terletak di Jl. ZA Pagar Alam No.9C, Labuhan Ratu, Bandar Lampung.
-
Apa saja koleksi yang dipajang di Museum Taman Tino Sidin? Koleksi yang ditampilkan di Taman Tino Sidin antara lain 115 sketsa hitam putih, 35 sketsa cat, 32 lukisan, koleksi buku menggambar Pak Tino, komik, foto-foto, kliping media massa, surat pribadi, sertifikat, maupun penghargaan yang pernah diterima Tino.
Museum Adam Malik
Museum Adam Malik terletak di kawasan elit, Jalan Diponegoro 29, Menteng, Jakarta Pusat. Museum yang diresmikan oleh Tien Soeharto ini pada masa jayanya sering dikunjungi turis-turis asing.
Bangunan ini sebelumnya dalah tempat tinggal Adam Malik. Bangunan tersebut merupakan hadiah mantan Presiden RI ke-2, Soeharto, yang kemudian dijadikan tempat tinggal oleh Adam Malik. Setelah ia meninggal, bangunan berlantai dua ini kemudian diubah menjadi sebuah museum.
Di dalam museum dapat kita jumpai barang-barang koleksi Adam Malik, mulai dari keramik, lukisan (karya Basuki Abdullah, Affandi, Sudjojono, hingga Basuki Abdullah), benda-benda porselen, dan berbagai kerajinan tradisional, dan benda-benda bersejarah lainnya.
Tahun 2006, museum Adam Malik bangkrut. Bangkrut dan tutupnya Museum Adam Malik berdampak pada hilangnya peninggalan purbakala yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Prasasti Raja Sankhara yang menjelaskan bahwa di Pulau Jawa hanya ada satu dinasti atau wangsa Sailendra hilang jejaknya.
Pusat Arkeologi Nasional kesulitan untuk melacak keberadaan benda kuno ini sebab ahli waris almarhum mantan Wakil Presiden Indonesia Adam Malik itu menjualnya ke seorang tukang loak yang kebetulan lewat di depan museum yang sekaligus menjadi rumah itu.
Tak hanya itu, museum ini kini sudah berpindah tangan. Museum ini dilego kepada pengusaha Harry Tanoesoedibjo. "Dijual ke Harry Tanoe atas nama istrinya," ujar anak pertama Adam Malik, Otto Malik beberapa tahun lalu.
Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka Solo merupakan museum tertua di Indonesia. Usia ini museum ini sudah 122 tahun. Museum ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IX oleh Kanjeng Raden Adipati Sosrodiningrat IV di dalem Kepatihan pada tanggal 28 Oktober 1890.
Museum ini lalu dipindahkan ke lokasinya sekarang ini, Gedung Museum Radyapustaka di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta, pada 1 Januari 1913. Kala itu gedung museum merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar.
Museum Radya Pustaka memiliki koleksi yang terdiri dari berbagai macam arca, pusaka adat, wayang kulit dan buku-buku kuno. Koleksi buku kuna yang banyak dicari itu di antaranya mengenai Wulang Reh karangan Pakubuwono IV yang isinya antara lain mengenai petunjuk pemerintahan dan Serat Rama karangan Pujangga Keraton Surakarta bernama Yasadipura I yang menceritakan tentang wiracarita Ramayana.
Pada 18 November 2007, Kepala Museum Radya Pustaka, KRH Darmodipuro (Mbah Hadi) ditahan pihak kepolisian sebagai tersangka dalam kasus hilangnya sejumlah koleksi museum, antara lain lima arca batu buatan abad ke-4 dan 9 yang dijual kepada pihak lain dengan harga Rp 80 juta-Rp 270 juta per arca.
Namun meski bersejarah, status tanah museum ini ternyata masih belum jelas. Akibat belum jelas status tanahnya, renovasi terhadap museum pertama di Indonesia ini pun urung dilakukan.
"Sebenarnya sudah kita siapkan rencana renovasi. Tapi masih terkendala status tanah. Kita sudah perintahkan Komite Museum Radya Pustaka untuk segera menyelesaikannya" ujar Wali kota Solo FX Hadi Rudyatmo saat perayaan ke 122 tahun museum Radya Pustaka beberapa hari lalu.
Museum Samparaja
Museum Samparaja adalah salah satu museum yang ada di Bima NTT. Museum ini dibangun dan dirintis oleh Hj Siti Maryam R Salahuddin yaitu anak ke 7 dari Sultan Salahuddin, Raja Kesultanan Bima pada 1987.
Seperti halnya museum lain, Samparaja juga memiliki benda-benda peninggalan bersejarah serta naskah-naskah kuno yang ada sejak abad ke 17. Museum ini dibangun adalah untuk melestarikan nilai-nilai budaya daerah serta menjadikannya sebagai sarana untuk tempat penelitian kebudayaan Bima.
Koleksi lain yang di miliki oleh museum ini adalah naskah-naskah lama yang berhurufkan tulisan Arab serta berbahasa Melayu, naskah-naskah tersebut memuat berbagai macam ilmu pengetahuan serta sejarah kepemerintahan serta Hukum Adat dan hukum Islam yang diterapkan di kerajaan Bima. Yang menjadi koleksi utama pada museum ini adalah adanya peninggalan kitab La Nonto yang berupa kitab-kitab Al-Quran, yang terbuat dari tulisan tangan dan merupakan peninggalan langsung Kesultanan Bima.
Namun sangat di sayangkan museum yang banyak menyimpan berbagi peninggalan bersejarah, keberadaanya tidak terurus terlebih lagi museum ini merupakan milik pribadi namun dapat di pergunakan untuk umum. Padahal dari museum ini lah masyarakat dapat mempelajari kebudayaan Bima serta peninggalan bersejarah dari Bima.
Museum Airlangga Selomangleng
Nasib Museum Airlangga di Selomangleng Kediri juga tidak beda jauh, sangat menyedihkan. Nasib museum yang banyak menyimpan benda bersejarah hanya menggantung dari pungutan pengunjung yang datang.
Tak heran bila pemeliharaan dan perawatan koleksinya pun jarang tersentuh. Museum yang penuh dengan benda-benda purbakala itu, sebenarnya sangat berpotensi untuk menambah ilmu pengetahuan dan mengenal lebih jauh tentang sejarah kejayaan Kerajaan Kediri di masa Prabu Airlangga.
Namun karena kondisi keuangan yang terbatas, pengunjung tidak dapat brosur dan hanya disambut suasana kumuh. Koleksinya pun berdebu, dan tak salah kalau museum ini sangat jarang didatangi pengunjung lantaran suasana yang kurang menarik.
Koleksi museum Airlangga ini sangat terbatas, kebanyakan berupa prasasti batu dan patung-patung dengan kepalanya yang hilang, seperti patung Syiwa dan lambang Prabu Airlangga yang nampak patah. Juga terdapat koleksi bekas bak mandi dan beberapa keramik dalam lemari kaca.