7 Waduk di Sragen kering, ribuan hektar sawah terancam gagal panen
Tujuh waduk di Sragen kering, ribuan hektar padi terancam puso. Lima waduk diantaranya yaitu waduk Ketro, Kembangan, Blimbing, Brambang, dan Gembong hanya tinggal menyisakan sedikit air. Sedangkan waduk Botok dan Gebyar sudah tak tersisa air.
Musim kemarau panjang membuat tujuh waduk di Kabupaten Sragen kekeringan. Akibatnya ribuan hektar lahan pertanian tak mendapatkan pasokan air. Panen padi yang dinantikan pun terancam gagal akibat puso.
Untuk mengantisipasi gagal panen, para petani harus mengeluarkan biaya tak sedikit untuk menyedot air. Sebagian besar petani mulai memanfaatkan sumur pantek dengan memanfaatkan diesel.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Apa itu kue keranjang? Kue keranjang adalah kue khas Imlek yang terbuat dari tepung ketan, gula, dan air yang dikukus dalam cetakan bambu.
-
Kenapa materai penting? Penggunaan meterai memberikan kekuatan hukum pada dokumen dan menjadikannya sah di mata hukum. Selain itu, materai membantu mencegah pemalsuan atau penyalahgunaan dokumen dengan memastikan bahwa dokumen tersebut telah melalui proses administrasi yang benar.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
Kepala Dinas Pertanian Sragen, Eka Rini Mumpuni mengatakan, tujuh waduk di Sragen mampu mengairi 5.947 hektare sawah di sejumlah kecamatan. Mulai dari kecamatan Sambirejo, Kedawung, Tanon, hingga Karangmalang.
Lima waduk diantaranya yaitu waduk Ketro, Kembangan, Blimbing, Brambang, dan Gembong hanya tinggal menyisakan sedikit air. Sedangkan waduk Botok dan Gebyar sudah tak tersisa air.
"Semua waduk di sini merupakan waduk tadah hujan. Volume airnya hanya cukup 2 kali tanam, kalau musim kemarau pasti kering. Petani harus memaksimalkan sumur pantek," ujar Rini, Senin (7/8).
Dia mengatakan, petani sudah dianjurkan untuk menamkan palawija saat kemarau. Tanaman tersebut tidak terlalu banyak membutuhkan air. Namun, para petani biasanya nekat menanam padi seperti musim tanam sebelumnya.
Selain tujuh waduk, kekeringan juga terjadi di 37 embung di Sragen. Satu embung di Ngepringan, Kecamatan Jenar, yang masih ada airnya, namun relatif sedikit.
Rini menjelaskan, Waduk Botok di Kedawung dan Waduk Gebyar di Sambirejo merupakan waduk terbesar. Kedua waduk mampu mengairi 3.934 hektare lahan pertanian. Sedangkan lima waduk lainnya hanya mampu mengaliri sawah seluas 2 ribu hektar.
Sementara itu, Waduk Ketro dan Embung Ngepringan yang masih menyimpan sedikit air dialirkan ke persawahan secara bergiliran dan berkoordinasi dengan perkumpulan petani pengguna air (P3A) setempat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen memprioritaskan pembuatan sumur dalam untuk mengatasi krisis air. Daya tampung waduk-waduk di Sragen saat ini sudah berkurang akibat sedimentasi.
"Persediaan air waduk sangat terbatas dan cepat kering saat musim kemarau. Pemkab Sragen akan melakukan pengerukan sedimen atau lumpur waduk," tutup Rini.
(mdk/noe)