9 Kapolda Metro Berganti, Kematian Mahasiswa UI Anak Perwira TNI Ini Masih Misteri
"Kalau pembunuhan pasti ada pelakunya," ujar Marsekal Pertama TNI (Purn) Mardoto.
Jasad Akseyna Ahad Dori atau akrab disapa Ace, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (MIPA UI) ditemukan tewas mengambang di Danau Kenanga UI pada tahun 2015. Polisi menetapkan kematian anak dari Marsekal Pertama TNI (Purn) Mardoto sebagai kasus pembunuhan.
Namun, sejak tahun 2015, sudah sembilan kali pergantian Kapolda Metro Jaya, kasus ini tetap menjadi misteri. Semenjak dijabat oleh Unggung Cahyono, Tito Karnavian, Moechgiyarto, M Iriawan, Idham Azis, Gatot Eddy Pramono, Nana Sujana, Fadil Imran hingga Karyoto.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Apa yang dilakukan mahasiswa UGM dalam KKN mereka di Sulawesi Barat? Mahasiswa adalah agen perubahan. Tak sedikit mahasiswa yang melakukan inovasi untuk memberikan perubahan di tengah masyarakat. Bentuk inovasi itu bisa dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya saat program Kuliah Kerja Nyata atau KKN. Melalui program KKN, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada bakal memasang teknologi pemanen air hujan, tepatnya di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat.
-
Apa yang ditemukan di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan? Kepolisian menemukan lima mayat di Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Kota Medan usai menggeledah kampus swasta tersebut.
-
Bagaimana Asri Welas menyelesaikan pendidikannya di Universitas Indonesia? Menurut Asri, setelah menyelesaikan gelar Sarjana (S1) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil jurusan psikologi di institusi yang sama.
-
Kapan mahasiswa UGM melakukan penelitian di Kasepuhan Ciptagelar? Mereka mengadakan penelitian selama empat hari yaitu pada 24-27 Juli 2023 lalu di desa tersebut.
-
Siapa saja mahasiswa UGM yang melakukan penelitian di Kasepuhan Ciptagelar? Keunikan pemanfaatan teknologi pada masyarakat Ciptagelar menarik lima mahasiswa UGM, Dimas Aji Saputra (Filsafat), Berliana Intan Maharani (Sosiologi), Ilham Pahlawi (Antropologi), Gita Dewi Aprilia (Psikologi), dan Masiroh (Ilmu Komunikasi) untuk mengadakan penelitian di desa tersebut.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI kembali menuntut agar kasus itu segera diungkap. Ayah Aksyena, Mardoto menyatakan, keluarganya berharap kasus ini segera tuntas.
"Saya apresiasi karena mereka mahasiswa di bawahnya Akseyna, jadi mereka melihat kasus ini sebagai persoalan yang mestinya diselesaikan. Itu harapan saya juga begitu sama dengan mereka," kata Mardoto saat dihubungi, Minggu (2/4).
Mardoto menerangkan, sejak awal kematian Akseyna Ahad Dori dipastikan akibat dibunuh bukan bunuh diri. Harapannya penyidik pun segera menemukan siapa pelaku pembunuh putranya.
"Kalau pembunuhan pasti ada pelakunya," ujar dia.
Dukungan Pihak UI cuma Sebatas Kata
Di sisi lain, Mardoto juga mendesak pihak Universitas Indonesia membentuk tim investigasi secara internal. Bukan tanpa sebab, korbannya adalah mahsiswa aktif UI, Tempat Kejadian Perkara di Danau Kenanga UI, terduga pelaku mahasiswa atau dosen UI.
"Jadi wajar kalau UI bentuk tim untuk itu, tapi ini tidak mau," ujar dia.
Mardoto pun mengungkit pernyataan UI yang siap membantu penyelidikan. Menurut dia, hal itu hanya sebatas kata-kata saja. Buktinya, waktu keluarga mengirim surat resmi permintaan pembentukan tim internal justru ditolak.
"Jadi itu apa artinya. Sebenarnya nggak sinkron, katanya dari dulu mau membantu membuka. Kalau mau bantu bentuk tim investigasi internal itu kan sejalan malah membantu pihak kepolisian, menunjukkan niat baik dari UI," ujar dia.
Kasus kemanusiaan yang Tak Kunjung Selesai di UI
Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang mengatakan, kasus Ace adalah kasus kemanusiaan yang tak kunjung selesai di UI. Bahkan kasus tersebut menjadi bola panas.
"Ketika kami coba untuk menanyakan ke UI, UI selalu bilang bahwa sekarang teman-teman menuntut pada kepolisian," kata Melki, Jumat (31/3).
Melki mengaku heran karena ketika ditanya ke polisi maka jawaban yang didapat adalah bahwa UI menutup pintu sehingga mereka tidak bisa gerak banyak atas kasus tersebut.
"ketika ditanya ke keluarga korban, rupanya keluarga korban itu bersepakat bahwa mereka butuh UI buka suara dan segera berkas yang ada di kepolisian itu segera diselesaikan," tukas dia.
Mereka meminta agar seluruh aparat penegak hukum yang terlibat untuk segera menyelesaikan karena fakta-fakta sudah ada, alat bukti sudah di kumpulkan dan puluhan orang sudah diwawancara untuk masuk dalam kasus penyelidikan dan penyidikan.
"Sehingga bagi kami seharusnya sudah tidak ada lagi halangan untuk kita kemudian bisa mencari fakta-fakta dan kejelasan baru soal kasus Akseyna," ujar dia.
(mdk/ded)