Ada Potensi Anomali Tingkat Kepuasan Publik ke Jokowi dengan Elektabilitas Prabowo-Gibran
Belum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran.
Tingkat kepuasan terhadap Presiden Jokowi diyakini tidak bisa jadi tolak ukur.
Ada Potensi Anomali Tingkat Kepuasan Publik ke Jokowi dengan Elektabilitas Prabowo-Gibran
- Analisis Pakar: Penyebab Tingginya Kepuasan Publik terhadap Kinerja Jokowi
- Survei Litbang Kompas: Kepuasan Publik pada Kinerja Jokowi Bidang Hukum Paling Rendah
- Survei Temukan Fakta: Jokowi Efek Tak Mampu Dongkrak Elektabilitas PSI, Ini Penyebabnya
- Elektabilitas Prabowo Capai Lebih 40 Persen, LSI Denny JA: Gemoy Disukai Masyarakat dan Faktor Jokowi
Lembaga survei Indopol mengungkap adanya indikasi anomali yang ditemukan, ketika melihat hasil survei atas kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tidak berbanding lurus dengan kondisi dilapangan.
Direktur Eksekutif Indopol Survey, Ratno Sulistiyanto mengatakan indikasi itu bisa menjadi sebuah anomali. Ketika, hasil survei masyarakat mengeluh kenaikan harga-harga bahan pokok, namun, bertolak belakang atas tingkat kepuasan Presiden Jokowi yang tinggi.
"Salah satunya kami kan meneliti persepsi publik ya, ketika dia mengatakan banyaknya ada persoalan ekonomi di bawah terkait kenaikan harga BBM, harga -harga mahal, tapi kok kepuasan cukup tinggi misalkan. Nah itulah menurut saya satu temuan anomali," kata Ratno dikutip, Kamis (25/1).
Alhasil, tingkat kepuasan terhadap Presiden Jokowi diyakini tidak bisa jadi tolak ukur dengan elektabilitas dari pasangan calon (paslon) capres dan cawapres. Karena, adanya potensi migrasi suara sampai hari pencoblosan masih mungkin terjadi.
"Kalau ini diturunkan kepada elektabilitas karena 14 Februari masih 3 minggu lagi. Saya menduga, 14 Februari akan ada perubahan angka elektabilitas," ujarnya.
Atas adanya anomali yang bisa mempengaruhi hasil survei, Ratno pun memutuskan Indopol tidak merilis hasil elektabilitas khususnya kepada capres-cawapres untuk periode Januari.
"Saya memutuskan hasil survei Indopol yang Januari ini baik itu provinsi dan nasional di pertengahan Januari itu saya putusan tidak dirilis. Kenapa karena saya takut menyesatkan publik," ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Centra Initiative dan Peneliti Senior Imparsial, Al Araf menilai dari gambaran beberapa survei terkait angka kepuasan terhadap Presiden Jokowi yang tinggi, nyatanya tidak serta merta menaikan elektabilitas capres-cawapres.
Terkhusus untuk elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang diembuskan mendapat dukungan dari Jokowi, berdasarkan arah dukungan relawan.
"Saya mau mengambil begini, sejak Gibran berpasang dengan Pak Prabowo berarti publik kemudian berpikir Jokowi di sana. Maka ada migrasi itu, dari Ganjar ke Prabowo, dari Prabowo ke Anies," kata Al- Araf.
"Tapi enggak signifikan dengan kepuasannya. Kepuasannya (terhadap Presiden Jokowi hitunglah 70 atau 69 persen, tapi ini kan masih 45% (elektabilitas Prabowo- Gibran). Harusnya dari angka sebelum dia (Prabowo) dengan Gibran itu itu kurang lebih, 36- 37% tapi cuma naik perlahan," tambahnya.
Al-Araf pun memandang belum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran. Sebab, adanya anomali telah menggambarkan pandangan publik yang menganggap mereka berbeda.
"Sehingga orang tidak serta merta, mentang-mentang Jokowi misalnya membela Gibran kemudian otomatis naik. Buktinya masih stak di 45%, logiknya kan minimal harusnya di 60% atau 70%, karena Jokowi di sana," kata dia.
"Jadi poin adalah saya, belum tentu ada korelasi yang kuat antara tingkat kepuasan Jokowi dengan tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran," tambahnya.