Ahli Citarasa Kopi: Pengemasan itu Kunci Pokok
Yusianto mengibaratkan, kemasan kopi seperti baju dan tubuh manusia, harus tampil semenarik mungkin. Namun bila baju yang dipakai manusia sering ganti dalam hitungan hari, kemasan kopi justru harus bisa menarik untuk waktu berbulan-bulan.
Festival Proses Kopi yang digelar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengajarkan berbagai cara merawat, memanen, mengemas hingga menyeduh kopi yang tepat.
Ahli Uji Citarasa Kopi, dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) Indonesia, Yusianto Jamar, yang menjadi salah satu pembicara dalam Festival Proses Kopi memberikan beberapa tips agar kemasan kopi bisa menarik, tidak merusak cita rasa dan bisa meningkatkan nilai jual.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
Yusianto mengibaratkan, kemasan kopi seperti baju dan tubuh manusia, harus tampil semenarik mungkin. Namun bila baju yang dipakai manusia sering ganti dalam hitungan hari, kemasan kopi justru harus bisa menarik untuk waktu berbulan-bulan.
"Pengemasan itu kunci pokok, seperti badan dan baju. Kita harus perhatikan karena nempel berbulan bulan.Satu harus rapat, agar bisa mengisolasi bakteri, dari pencemaran lingkungan, isolasi peningkatan kadar air dan bisa isolasi cita rasa kopi bubuk itu sendiri," kata Yusianto di sela pagelaran Festival Proses Kopi, Kamis (25/7).
Pria yang juga menjadi peneliti senior Puslitkoka Indonesia ini menambahkan, agar isolasi dari kemungkinan kontaminasi bisa maksimal, dalam kemasan biasanya terdapat lapisan alumunium foil.
"Agar barang kita bisa tahan jangka panjang," katanya.
Sementara untuk memikat seseorang penasaran dan ingin menikmati kopi, kemasan harus dibuat semenarik mungkin mulai dari desain, warna, dan hiasan.
"Karena baju, harus menarik, desain, warna, dan hiasan harus pas," jelasnya.
Kemasan yang menarik, katanya, masih relevan di Indonesia karena ada dua kategori konsumen kopi, antara yang khusus dan umum.
Penikmat kopi khusus yang memperhatikan detail varietas, kadar air, ketinggian, curah hujan, jenis pemrosesan dan lain sebagainya jumlahnya masih kurang dari 10 persen, sisanya merupakan penikmat kopi biasa.
"Ada konsumen biasa, khusus yang memperhatikan ketinggian dan lain-lain. Kalau umum yang penting menarik dulu," ujarnya.
Dia memberikan tips seperti membuat nama produk dan slogan yang memikat seperti, 'Bisa melek Semaleman' 'Mantul (Mantap Betul)' dan lainnya.
"Tapi varietas kopi juga penting dan perlu disertakan, agar orang tahu," ujarnya.
Sementara itu, Pendamping IKM Daerah, Disperindag Banyuwangi, Dhian Puspita Sari yang rutin memberikan edukasi ke pekebun-pekebun kopi menambahkan, tidak hanya kemasan yang menarik namun label PIRT untuk menunjukkan kualitas dan label halal perlu dimasukkan. Keduanya akan memudahkan pemasaran agar bisa lebih meluas.
"Halal, PIRT, kemudian merek, sama pengemasan, ini penting.
Merek kita cek apakah sudah ada yang punya apa belum. Merek harus beda. Yang simpel dan gamoang diinget konsumen," katanya.
Saat ini, kata Dhian yang sedang tren dalam kemasan kopi berasal dari bahan yang ramah lingkungan, seperti kertas, meski di dalamnya tetap disertakan lapisan alumunium foil.
"Kemasan yang digalakkan sekarang yang ramah lingkungan, luar kertas dalam alumunium foil," jelasnya.
Sementara untuk takaran kopi dalam kemasan, sebaiknya berkapasitas berat rata-rata 250 gram siap seduh. Ukuran tersebut dinilai cocok untuk pasar oleh oleh.
"Minimal 250 gram, cocok buat oleh oleh, kalau yang gede (isi banyak berkilo-kilo) untuk konsumsi cafe," katanya.
(mdk/hhw)