Akhir Penantian Panjang Istri Aktivis HAM Widji Thukul
Dyah Sujirah atau Sipon (55) kini telah tiada. Istri aktivis HAM Widji Tukul itu meninggal dunia, Kamis (5/1).
Dyah Sujirah atau Sipon (55) kini telah tiada. Istri aktivis HAM Widji Thukul itu meninggal dunia, Kamis (5/1).
Di sisa hidupnya, Sipon tak patah arang menunggu kabar suaminya yang hilang usai peristiwa peristiwa 27 Juli 1996 yang dikenal sebagai peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli alias Kudatuli. Namun, hingga napas terakhir tak ada kabar terkait keberadaan penyair itu.
-
Apa itu Selat Solo? Selat Solo menjadi salah satu kuliner yang bisa menjadi pilihan saat berkunjung ke Kota Surakarta, Jawa Tengah.
-
Di mana Tengkleng Solo biasanya disajikan? Tengkleng adalah hidangan khas Solo yang mirip dengan gulai kambing tetapi berkuah lebih encer. Terbuat dari tulang, daging, dan usus kambing yang dimasak dalam kuah santan bercampur rempah. Rasa bumbunya mirip dengan gulai, dan disajikan dengan taburan bawang goreng untuk meningkatkan cita rasanya.
-
Siapa yang mewakili Maluku Utara dalam Puncak HKG 52 di Solo? Tim Penggerak PKK Kabupaten Pulau Taliabu mewakili Provinsi Maluku Utara dalam mengikuti lomba Senam Kreasi Cuci Tangan dan Parade pada rangkaian puncak peringatan Hari Gerak Kesatuan PKK ke 52 di kota Surakarta, Solo, Jawa Tengah.
-
Mengapa orang selingkuh? Penyebab selingkuh paling umum yang sering terjadi antara lain adalah kurangnya komunikasi, kurangnya intensitas hubungan intim, ketidakpuasan pasangan, kehidupan seks yang monoton, keinginan untuk balas dendam, kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi, masalah dengan komitmen, dan jatuh cinta pada orang lain.
-
Kenapa orang pingsan? Pingsan adalah kondisi sementara di mana seseorang kehilangan kesadaran karena penurunan aliran darah ke otak.
Sebelum Widji Thukul hilang, Sipon sempat bertemu suaminya itu diam-diam. Namun, Widji Thukul kembali kabur seusai beberapa anggota kepolisian mendatangi rumah mereka. Dalam pelarian, Wiji Thukul harus mencuri kesempatan untuk bertemu dengan Sipon.
Pada tahun 1998, pria bernama asli Widji Widodo menghilang. Hilangnya Widji diumumkan secara resmi oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) pada tahun 2000.
Menurut Kontras, hilangnya Widji Thukul sekitar Maret 1998 diduga berkaitan dengan aktivitas politik yang dilakukannya. Saat itu bertepatan dengan peningkatan operasi represif rezim Orde Baru dalam upaya pembersihan aktivitas politik yang berlawanan.
Sejak dinyatakan hilang, sampai saat ini keberadaannya masih menjadi misteri. Tidak ada yang tahu apakah ia masih hidup atau sudah meninggal dunia.
Setia Menunggu Kabar Widji Thukul
Selama tak ada kabar, Sipon dengan setia menanti kepulangan sang suami. Ia sangat yakin jika suaminya masih hidup. Ia tak pernah berpaling ke pria lain, meskipun suaminya yang hilang bertahun-tahun tanpa ada kabar.
Sembari menanti suaminya pulang, Sipon berjuang membesarkan kedua anaknya, Firti Nganthi Wani dan Fajar Merah. Untuk menopang hidupnya, perempuan yang juga dikenal sebagai aktivis pencarian orang hilang itu mengisi hari-harinya dengan menjahit. Ia memproduksi pakaian jadi, salah satunya kain lurik yang dipadukan dengan bordir.
Selain pakaian berupa baju kebaya ia juga membuat tas punggung yang memiliki hiasan bunga-bunga berwarna cerah.
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Sipon bertemu Widji Thukul saat keduanya menjalani kegiatan di dunia teater di Solo. Mereka akhirnya menikah pada Oktober 1988 di Solo dan dikaruniai dua anak. Anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani, lahir pada 16 Mei 1989. Anak kedua lahir pada 23 Desember 1993 diberi nama Fajar Merah.
Sakit-Sakitan hingga Meninggal Dunia
Penantian panjang lebih dari 20 tahun itu berakhir. Sipon meninggal dunia, Kamis (5/1), seusai dirawat di rumah sakit. Ia berjuang melawan sejumlah penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
Sipon yang berusia 55 tahun mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 13.00 WIB. Informasi yang disampaikan juru bicara keluarga, Hastin Dirgantari menyatakan, sebelum meninggal, Sipon sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Menurutnya, dalam beberapa hari terakhir kondisi kesehatan Sipon menurun drastis. Kadar gula darah almarhumah menyentuh angka 500 mg/dL, dengan tekanan darah 80/60 mmHg. Bahkan sebelumnya Sipon juga mengalami serangan jantung.
"Mbak Sipon mengidap penyakit gula darah. Kondisinya menurun drastis dalam 2 minggu terakhir," ujar Hastin saat ditemui di rumah duka, Kampung Kalangan RT 01 RW 14, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Solo.
Menurut dia, pada Rabu kemarin, Sipon sempat dibawa ke Dokter Novi. Berdasarkan hasil pengecekan gula darah Sipon sangat tinggi, yakni mencapai 500 mg/dL, dengan tensi rendah 80/60 mmHg.
"Drop 2 Minggu belakangan. Semalam dicek ke dokter Novi gulanya 500-an, tapi tensinya rendah 80/60. Dokter langsung menyarankan dibawa ke rumah sakit," kisahnya.
Ditambahkannya sebelum meninggal dunia, Sipon juga sempat dikabarkan terkena serangan jantung. Hastin menerangkan, Sipon sudah merasakan sakit di bagian jantungnya sejak beberapa waktu lalu.
"Kalau jantungnya sudah sakit sejak beberapa waktu lalu. Tadi malam baru diantar ke rumah sakit. Tadi pagi dia masih sadar, jadi kami kaget karena ada serangan jantung," katanya.
Tri Wiyono, salah satu kerabat almarhumah menyampaikan, dalam dua hari terakhir, almarhumah sudah tidak mau makan.
"Kemarin itu dia masih makan soto di warung, tapi cuma sedikit. Hanya beberapa sendok terus bilangnya sudah tidak kuat," jelasnya.
Melihat kondisi tersebut, Sipon kemudian dilarikan ke rumah sakit pada, Rabu (4/1) malam. "Sekitar pukul 19.00 WIB kita bawa ke rumah sakit, karena kondisi tubuhnya sudah lemas," ucapnya.
Menurut rencana, jenazah Sipon akan dikebumikan di Astono Purwoloyo, Jumat (6/1) sekitar pukul 10.00 WIB.
(mdk/yan)