Alissa Wahid Tegaskan Pancasila Mampu Tangkal Intoleransi Ancam Persatuan
Masyarakat harus bisa membangun toleransi dan menghindari fanatisme berlebihan untukmengancam persatuan
Direktur Nasional Gusdurian Network Indonesia (GNI) Alissa Wahid mengatakan Pancasila merupakan ideologi pemersatu bangsa. Selain mampu mengakomodasi keberagaman juga dapat menangkal intoleransi dan ekstremisme.
"Ruang dialog yang ada harus dioptimalkan untuk menumbuhkan toleransi dan mencegah intoleransi. Semangatnya harus sama, yaitu merawat kebangsaan," ujar Alissa dalam keterangannya, Kamis (3/10)
- Pancasila Perekat Perbedaan Antar-Anak Bangsa agar Tak Mudah Dipecah Belah
- Waspadai Dalil Sesat Kelompok Teror, Tak Ada Agama Ajarkan Kekerasan
- Hayati Nilai Pancasila & Perkuat Toleransi untuk Hindari Benturan di Masyarakat
- Tasamuh Artinya Toleransi, Begini Penjelasan Manfaat, Dalil serta Contohnya dalam Islam
Menurut dia, dengan menjaga keseimbangan antara identitas agama, kewarganegaraan, dan kemanusiaan, masyarakat bisa membangun toleransi dan menghindari fanatisme berlebihan dapat mengancam persatuan.
"Paling penting kita selalu mengingat bahwa dalam diri kita itu, satu kita adalah penganut agama. Kedua, kita juga punya identitas sebagai warga negara. Ketiga, kita bagian dari umat manusia," katanya.
Alissa mengatakan, seringkali masyarakat Indonesia disuguhkan dengan pemahaman beragama yang menggebu-gebu. Tetapi di sisi lain melupakan esensi sebagai sesama manusia yang bertuhan.
Dia mengimbau masyarakat untuk tidak mengikuti pemuka agama yang mengajak mendahulukan semangat beragama, tetapi menganggap warga tidak sekelompok sebagai musuh. Di sisi lain, Alissa mengingatkan bahwa ada kalanya aturan negara harus diutamakan meski berbeda dengan ajaran agama tertentu.
"Ada hal-hal yang mungkin oleh agama saya diperbolehkan, tetapi tidak diperbolehkan di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai umat beragama kita harus cerdas dalam menempatkan diri. Jangan sampai dengan dalih menegakkan keimanan, tetapi sejatinya menggerus hak umat beragama di luar kelompoknya," jelas Alissa.
Alissa berharap agar semua pihak, khususnya pemuka agama di Indonesia baik mayoritas maupun minoritas, dapat memprioritaskan pemahaman moderasi beragama di lingkungan masing-masing.
"Kalau mengutip pesan dari Mahatma Gandhi, 'an eye for an eye will make the world blind'. Jika orientasi kita ketika berkonflik dengan suatu pihak atau kelompok tertentu dengan saling melukai dan membalas keburukan dengan keburukan, maka penderitaan yang dialami oleh semua pihak yang terlibat tidak akan pernah selesai," tandasnya.