Amnesty Internasional Indonesia Desak Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Dugaan TNI Aniaya Warga Papua
Amnesty mengecam perlakuan tidak manusiawi diduga dilakukan prajurit TNI terhadap warga Papua tersebut.
Amnesty mengecam perlakuan tidak manusiawi diduga dilakukan prajurit TNI terhadap warga Papua tersebut.
- Kapolres Tangerang Respons Desakan Setop Periksa Said Didu: Kami Lindungi Hak Pelapor
- Amnesty International Soroti Kekerasan Polisi ke Massa Demo Penolakan RUU Pilkada
- 3 OPM Gerombolan Teranus Enumbi Ditembak Mati TNI Dikenal Sadis, Ini Deretan Aksi Kriminalnya
- 2 Pemabuk Aniaya Prajurit TNI hingga Tewas Gara-Gara Tak Diberi Rp5.000
Amnesty Internasional Indonesia Desak Bentuk Tim Pencari Fakta Usut Dugaan TNI Aniaya Warga Papua
Amnesty Internasional Indonesia meminta aksi penyiksaan terhadap Orang Asli Papua (OAP) diduga melibatkan anggota TNI di Pos Gome, Kabupaten Puncak, Papua Tengah diusut tuntas. Amnesty mendorong dilakukan evaluasi penempatan TNI di tanah Papua.
"Kejadian ini adalah penyiksaan kejam yang sungguh merusak naluri keadilan. Menginjak-injak perikemanusiaan yang adil dan beradab. Kepada keluarga korban, kami menyatakan duka mendalam," kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (24/3).
Amnesty mengecam perlakuan tidak manusiawi diduga dilakukan prajurit TNI terhadap warga Papua tersebut. Amnesty menyesalkan pernyataan para petinggi TNI dalam merespons kejadian tersebut.
"Pernyataan-pernyataan petinggi TNI dan pejabat pemerintah lainnya soal pendekatan kemanusiaan maupun kesejahteraan menjadi tidak ada artinya sama sekali. Diabaikan oleh aparat di lapangan," ucap Usman Hamid.
Amnesty menilai, tindakan serupa bisa saja terulang kembali karena selama ini tidak ada penghukuman atas anggota yang terbukti melakukan kejahatan penculikan, penyiksaan, hingga penghilangan nyawa.
Oleh sebab itu, Amnesty mendesak dibentuk pencari fakta untuk mengusut aksi penyiksaan di Papua oleh oknum TNI. Sebab usai ditelusuri, aksi itu juga mengandung rasisme yang kuat.
"Kami mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta untuk mengusut kejadian ini secara transparan, imparsial, dan menyeluruh. Harus ada refleksi tajam atas penempatan pasukan keamanan di Tanah Papua yang selama ini telah menimbulkan jatuhnya korban, baik orang asli papua, non Papua, termasuk aparat keamanan sendiri," kata Usman.
Penganiayaan Viral di Media Sosial
Sebelumnya, beredar video di media sosial yang memperlihatkan tindakan penyiksaan terhadap orang Papua. Belakangan diketahui, aksi tersebut terjadi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Pada video tersebut, terlihat seorang pria sedang mengalami penyiksaan dengan kedua tangan diikat dari belakang. Pria itu dimasukkan ke dalam drum berwarna biru berisi air yang memerah karena darah.
Kepala korban berulang kali dipukuli oleh para pelaku yang bertubuh tegap dan berambut cepak. Dalam tayangan itu, pelaku diduga prajurit TNI karena mengenakan kaus yang merujuk pada nama satuan, yaitu Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 300/Braja Wijaya.
Hal itu diperkuat dengan adanya tulisan '300' yang tercetak cukup jelas berwarna kuning keemasan di bagian dada. Kaus yang dipakai berwarna hijau khas TNI Angkatan Darat (AD).
Penjelasan TNI
TNI mengungkapkan warga Papua yang diduga disiksa prajurit TNI tenyata anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang tengah ditawan. Anggota KKB tersebut bernama Definus Kogoya.
"Oknum prajurit TNI melakukan tindakan kekerasan terhadap tawanan seorang anggota KKB atas nama Definus Kogoya di pos Gome di wilayah kabupaten Puncak Papua," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar saat dikonfirmasi, Sabtu (23/3).
Gumilar menyebut penganiayaan oleh oknum TNI tersebut dilakukan tidak seorang diri. Dirinya pun menegaskan akan serius menindak prajurit yang diduga terlibat.
"Yang jelas lebih dari satu orang jika lihat daei video tersebut. TNI secara serius menangani masalah ini dan saat ini sedang dilakukan penyelidikan," kata Gumilar.