Analisis BMKG dan PVMBG Ungkap Gempa Sumedang Sebabkan Kerusakan Parah
Gempa berkekuatan magnitudo 4,8 mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu (31/12) sekitar pukul 20.34 WIB.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Analisis BMKG dan PVMBG Ungkap Gempa Sumedang Sebabkan Kerusakan Parah
Gempa berkekuatan magnitudo 4,8 mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu (31/12) sekitar pukul 20.34 WIB.
Dari kejadian itu, 138 rumah mengalami rusak ringan, 110 rusak berat, dan 456 warga mengungsi. Bahkan, terowongan Tol Cisumdawu mengalami keretakan.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun, 11 orang mengalami luka ringan dan dua di antaranya dirawat di RSUD Sumedang dan RS Santosa Bandung.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono pun menjelaskan mengapa gempa di bawah M 5 bisa mengakibatkan kerusakan.
"Terjadinya kerusakan bangunan di Sumedang akibat gempa M 4,8 tadi malam dipengaruhi oleh beberapa faktor," kata Daryono dalam keterangannya, Senin (1/1).
Alasan pertama adalah kedalaman gempa atau hiposenter yang sangat dangkal, yakni hanya 5 km.
"Gempa sangat dangkal ini menjadikan percepatan getaran tanah di permukaan tanah masih sangat kuat hingga memicu guncangan sangat kuat," ujar Daryono.
Kemudian, alasan kedua adalah faktor kualitas bangunan rumah yang rendah dan jauh di bawah standar aman gempa bumi alias bukan rumah tahan gempa.
Ketiga, kondisi tanah lunak di Sumedang yang dapat beresonansi sehingga terjadi amplifikasi atau penguatan guncangan gempa.
Secara terpisah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan analisis geologi kejadian gempa tersebut.
PVMBG menyebut, gempa ini merusak karena bentuk tanah atau morfologi Sumedang berupa dataran hingga dataran bergelombang, lembah, perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal.
"Berdasarkan data Badan Geologi (BG) daerah Sumedang secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C). Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau,"
jelas PVMBG dalam keterangannya.
merdeka.com
"Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan sehingga rawan gempa bumi," sambungnya.
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman dari data BMKG, maka kejadian gempa bumi ini diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif yaitu Sesar Cileunyi–Tanjungsari," ujar PVMBG.
"Menurut data BG Sesar Cileunyi–Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengiri, sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19-0,48 mm/tahun," tambahnya.
Sejarah Gempa Merusak di Sumudang
Daryono mengatakan, ini bukan kali pertama Sumedang diguncang gempa merusak. Pada 19 Desember 1972, Sumedang mengalami hal serupa.
Saat itu, Sumedang dihantam gempa bumi magnitudo 4,5. Akibatnya, banyak bangunan rusak bahkan memicu longsor.
“Gempa kerak dangkal saat itu menyebabkan kerusakan banyak bangunan rumah dan longsoran di Cibunar, Rancakalong, Sumedang,” ucap Daryono.