Anggota DPR yakin Santoso mudah ditangkap jika Kopassus dilibatkan
"Kenapa Kopassus enggak dilibatkan dari dulu, kesannya kan seperti dipelihara," kata Desmond.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memasukkan nama Santoso ke dalam daftar Teroris Global. Santoso dikenal sebagai militan asal Indonesia yang pernah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Hingga kini, polisi belum berhasil menangkap Santoso yang diyakini bersembunyi di tengah hutan belantara di Poso. Gunung, perbukitan, medan yang sulit menjadi alasan aparat kesulitan melacak Santoso.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi III DPR, Desmond J Mahesa mengatakan, perburuan terhadap Santoso seharusnya melalui operasi gabungan dengan melibatkan pasukan khusus TNI, bukan hanya mengandalkan Densus 88 semata. Bagi dia, hal itu seharusnya dilakukan sejak awal oleh Pemerintah.
"Kenapa Kopassus enggak dilibatkan dari dulu, kesannya kan seperti dipelihara," kata Desmond ketika dihubungi merdeka.com di Jakarta, Kamis (24/3).
Kesan diperlihara menurut Desmond, karena operasi perburuan Santoso ini sudah memakan waktu lama. Sehingga muncul isu Santoso sengaja tidak ditangkap menunggu momen yang pas.
"Seharusnya operasi gabungan dari dulu. Kalau hanya Densus 88 nanti mereka salah bunuh lagi. Kan sudah ada yang begitu, ada penolakan dari masyarakat sekarang atas Densus. Ada Denjaka segala macam. Kenapa itu tidak dilibatkan?" pungkas politisi Gerindra ini.
Santoso alias Abu Wardah diyakini bersembunyi di hutan Sulawesi. Dia merupakan pemimpin dari Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok MIT juga masuk dalam daftar Teroris Global versi AS.
Ahli terorisme mengatakan, MIT adalah kelompok teror turunan dari Jamaah Islamiyah (JI), cabang Al Qaidah di Asia Tenggara yang menjadi dalang Teror Bom Bali pada 2002 dan 2005. Santoso menyatakan berbaiat kepada ISIS dalam sebuah rekaman suara yang dirilis MIT pada Juli 2014.
MIT diduga beranggota 30 orang, termasuk tiga perempuan yang dilaporkan bergabung pada 2012 setelah suami mereka terbunuh di Poso akibat konflik sektarian.