Antisipasi Penularan Covid-19, Puluhan Pengungsi Merapi di Klaten Jalani Uji Swab
Guna mengantisipasi penularan Covid-19, para pengungsi Gunung Merapi di Klaten mulai menjalani tes usap atau swab test. Para peserta uji swab merupakan kelompok berisiko tinggi dan rentan.
Guna mengantisipasi penularan Covid-19, para pengungsi Gunung Merapi di Klaten mulai menjalani tes usap atau swab test. Para peserta uji swab merupakan kelompok berisiko tinggi dan rentan.
"Di pengungsian, hari Sabtu kemarin itu sudah kita lakukan pemeriksaan sampling, itu 40 orang. Hasilnya belum jadi hari ini, mudah-mudahan besok atau lusa sudah jadi," ujar Kabid Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Klaten, Anggit Badianto, Senin (16/11).
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Kapan Gunung Semeru meletus? Gunung Semeru terus bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Terbaru gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi pada Minggu (31/12) dini hari. Letusannya disertai lontaran abu yang mengarah ke arah selatan dan barat daya.
-
Mengapa Sarisa Merapi dibentuk? Melimpahnya buah salak menggerakkan Kelompok Wanita Tani Kemiri Edum untuk mendirikan sebuah UMKM bernama Sarisa Merapi di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem.
-
Apa yang terlihat meluncur dari kawah Gunung Merapi? Semakin dekat ke puncak, terlihat sebuah guguran lava meluncur dari kawah dengan batu-batunya yang masih merah memancarkan nyala api.
-
Apa yang dimaksud dengan Sarisa Merapi? “Jadi Sarisa Merapi berasal dari kata ‘sari salak dari lereng Merapi’ dan berdiri sejak 2016 dengan saat ini sudah memiliki 20 jenis olahan salak,” kata Rini kepada Merdeka, beberapa waktu lalu.
Kriteria yang kita pilih adalah mempunyai litas tinggi. Jadi masih suka wira wiri (mondar-mandir) dan yang kelompok rentan itu," imbuhnya.
Anggit mengatakan, salah satu yang menjadi perhatian pemerintah kabupaten Klaten adalah kelompok berisiko tinggi, terutama ibu hamil yang memasuki usia 38 minggu. Berdasarkan hasil screening di seluruh kabupaten, ada seorang di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19.
"Bukan pengungsi lho, ini screening total masyarakat Klaten," katanya.
Atas temuan tersebut, pihaknya telah memanggil seluruh rumah sakit yang memiliki dokter obgyn. Karena menurutnya, ibu hamil yang positif masih harus mendapatkan penanganan di rumah sakit.
"Jadi para bidan maupun FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama), masih memiliki resiko kalau menolong persalinan disana (pengungsian). Makanya pertolongan persalinan nya di rumah sakit," jelasnya.
"Total dari pemeriksaan yang sudah dilakukan di Klaten, ndelalah (kebetulan) ibu hamil yang positif itu ada 30. Ini kan otomatis di rumah sakitkan semua untuk penatalaksanaan untuk proses persalinan. Makanya hari Minggu kita langsung gerak cepat, rumah sakit mau tidak mau harus kerjakan," tandasnya.
Anggit Menambahkan, selain Ibu hamil kelompok yang juga memiliki resiko tinggi adalah lanjut usia, tenaga kerja, wartawan atau orang-orang yang bekerja di layanan publik. Meskipun Dalam kondisi sehat mereka termasuk dalam resiko tinggi untuk dilakukan screening. Dari hasil screening tersebut ditemukan ada yang terpapar dan ada yang kontak erat dengan pasien positif.
"Akhirnya kita lakukan pemeriksaan. Ibu hamil yang sudah memasuki usia 34 minggu kita lakukan pemeriksaan. Sehingga kalau nanti hasilnya masih positif, segera nanti rumah sakit melakukan penatalaksanaannya," pungkas dia.
Lokasi Pengungsian Disterilkan
Selain uji swab, lokasi pengungsian Gunung Merapi di Kabupaten Klaten akan disterilkan agar tidak terjadi penularan Covid-19. Upaya sterilisasi dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, bekerja sama dengan sejumlah desa yang menjadi lokasi pengungsian. Di antaranya Desa Balerante, Kecamatan Kemalang.
"Jadi nanti di adakan penyemprotan biar tidak terkena Covid-19. Nanti kita koordinasikan dengan desa, menghendaki berapa kali. Katakan seminggu sekali atau bagaimana, akan kita lakukan. Saya harus berkoordinasi dengan desa kan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Klaten, Sip Anwar, Senin (16/11).
Anwar mengatakan, pihaknya akan mengedepankan kepentingan umum, terutama untuk para pengungsi Merapi.Menurutnya, saat ini kondisi para pengungsi sudah relatif baik. Dengan protokol kesehatan yang diterapkan tersebut, ia berharap para pengungsi tidak akan ada yang terkonfirmasi Covid-19.
Anwar menambahkan, pihaknya juga mengantisipasi para pengunjung yang datang ke lokasi pengungsian. Yakni berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk melakukan screening terhadap para pengunjung.
"Semua pengunjung, baik itu pejabat maupun rakyat, tidak boleh bertemu langsung dengan pengungsi. Mereka tetap harus menjalankan protokol kesehatan 3M. Yakni menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak," katanya.
Pihaknya juga telah menyediakan mobil tangki untuk kebutuhan cuci tangan. Pengunjung, lanjut dia, harus mengisi daftar hadir atau check list yang telah disediakan. Untuk pengunjung dari luar kota, lanjut dia, sebisa mungkin harus ditanyakan surat keterangan kesehatan.
"Saya pun setiap hari ke sana juga harus mengisi check list, Harus cek kesehatan juga, di sana pos kesehatannya juga sudah ada," katanya.
Anwar mengaku menemui kesulitan saat penerapan protokol kesehatan kepada para pengungsi. Pasalnya tak sedikit para pengungsi yang saat pagi hari harus pulang ke daerah asal untuk mencari pakan ternak dan kemudian kembali lagi ke pengungsian. Meskipun pihaknya dan dinas pertanian sudah menyediakan bantuan pakan ternak bagi hewan piaraan para pengungsi.
Terkait kondisi ternak yang juga ikut diungsikan, Anwar menyebut semua dalam keadaan baik. Selain tmpatnya yang luas dan cukup hewan ternak milik pengungsi yang didominasi sapi tersebut juga dalam keadaan terpelihara dengan baik.
"Hewan ternak bagus, tidak masalah, wong tempat evakuasinya juga cukup. Petugas saya setiap hari juga ngecek kesana," pungkasnya.
(mdk/bal)