Apakah kamu termasuk anak hipster?
Berikut anak-anak hipster Jakarta dengans egala kreativitasnya di Pasar Santa.
Salah satu aspek budaya yang kita kenal hari ini dengan istilah 'hipster', kerap sulit atau bahkan masih bias untuk didefinisikan. Bahkan, tak jarang mereka yang berkecimpung dalam suatu gerakan, hobi, atau bahkan gaya hidup, kerap tersinggung jika dikait-kaitkan dengan identitas seorang hipster.
Tak bisa dipungkiri, pada kenyataannya di lapangan memang terjadi sedikit pergeseran makna dari istilah hipster itu sendiri. Kebanyakan dari mereka biasanya menggeneralisir bahwa siapapun yang mengaku dirinya hipster, entah gaya hidup dan passion-nya memang benar-benar bermanfaat dan substansial bagi dirinya sendiri dan orang banyak, pastinya akan terjebak pada stigmatisasi dan berbagai pengecapan negatif lainnya, seperti 'poseur' atau bahkan 'gimmick'.
Hal-hal merendahkan atas apa yang dilakukan kepada para pegiat subkultur seperti itulah yang kerap membuat pemaknaan hipster mengalami dekadensi pemahaman. Sehingga, hal ini menyebabkan sebagian orang yang memang sudah memiliki idealisme, visi, dan gaya hidup sesuai passion yang dilakukannya tersebut, merasa enggan dikaitkan dengan fenomena dan penambahan-penambahan label 'hipster' pada dirinya, atas apa yang sedang dijalaninya tersebut.
Namun, jika kita ingin menggunakan term hipster ini dalam pemahaman yang berbeda, dimana para pelakunya kita anggap sebagai orang-orang yang memiliki passion akan suatu hal yang bermanfaat dan unik dari yang pada umumnya dilakukan orang lain, maka kita akan coba membahas beberapa bagian dari aspek budaya yang saat ini sedang berkembang di kalangan anak muda tersebut.
Tanpa mengurangi kepekaan definisi dan terminologi dari para pegiat aktivitas serupa lainnya, maka berikut ini adalah pengakuan dari mereka-mereka yang sudah menjalani sebuah passion dan gaya hidup, dari apa yang menurut mereka bermanfaat, mereka yakini, serta mereka jalani. Dan, bagi sebagian orang disebut hipster:
-
Siapa yang diakui sebagai trendsetter dalam dunia fashion di Indonesia? Naura Ayu, diakui sebagai pelopor tren dan inovator gaya dalam dunia fashion di Indonesia.
-
Apa yang membuat Jakarta semakin Instagramable? Jakarta dibangun lebih kekinian. Kalau kata anak sekarang, 'Instagramable Banget' Halte Transjakarta tak sekadar tempat naik turun penumpang. Sambil nunggu bus, kini bisa berselfie ria.
-
Apa yang menjadi alasan munculnya fenomena umrah backpacker di Indonesia? Umrah backpacker muncul menyusul terbitnya kebijakan baru dari Pemerintah Arab Saudi yang mengizinkan pelaksanaan umrah menggunakan visa turis.
-
Kenapa tempat nongkrong generasi 90an di Jakarta masih jadi pilihan untuk hangout? Buat generasi 90-an, tempat-tempat ini pasti akrab banget dengan kehidupan mereka. Silakan bernostalgia, bisa jadi salah satunya tempat tongkrongan Anda dan si dia dulu.
-
Apa yang menjadi keunggulan Jakarta sebagai destinasi wisata? Pulau ini merupakan rumah bagi ibu kota negara yang besar, yang memiliki semua fasilitas yang dapat Anda bayangkan, dengan harga yang murah.
-
Siapa yang menemukan pendatang yang menjadi pemulung di Jakarta? "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
Koleksi Vinyl, CD, kaset tape
Sebuah toko second hand bernama "Substore" yang berada di dalam area Pasar Santa, Jakarta Selatan, dikenal sebagai sebuah toko alternatif bagi anak muda yang berkunjung ke sana.
Rata-rata barang yang dijual di Substore itu merupakan barang second hand (bekas pakai) berkualitas, seperti vinyl, buku, kaset tape, CD, merchandise band, flyer, apmlifier, dan merchandise lainnya yang berhubungan dengan musik.
Hari, sang pramuniaga di toko kecil Substore ini mengatakan, keberadaan Substore yang digagas oleh 3 orang pendirinya ini, selain merupakan ajang bisnis mereka, ternyata juga dijadikan mereka sebagai supporting unit bagi perkembangan musik-musik indie (independen, non major label,-red) dalam skema musik lokal.
"Kita ada beberapa keluaran fisik (Vinyl, CD, kaset tape) dari sejumlah musisi indie lokal, yang bekerjasama sama kita untuk dijual si Sub Store, seperti Maliq & D'Essentials dimana kita pernah kerjasama rilis vinyl music box-nya, lalu ada juga Mocca yang pernah kerjasama untuk promo album terbaru mereka "Home", yang dijual dan ditandatangani langsung sama mereka di sini. Lalu tanggal 27 Februari nanti ada Bonita and The Hus Band yang bakal menggelar street gigs (manggung lesehan) juga di depan toko Substore ini, seperti yang dilakukan Mocca sebelumnya," kata Hari di Pasar Santa, Jakarta Selatan, Kamis (5/2).
Hari mengatakan, selama 10 bulan sejak Substore berdiri, eksistensi mereka sudah cukup banyak berperan dalam membantu sejumlah band indie lokal, untuk masalah penjualan album mereka, baik vinyl, CD atau bahkan kaset tape. Hal itu diakuinya tak melulu soal bisnis dan uang. Mereka bahkan tak segan membantu band-band tersebut seikhlasnya, tanpa imbalan apapun.
"Substore mulai buka sejak April 2014 lalu, berbarengan dengan Record Store Day (hari toko kaset internasional, tiap Sabtu ketiga di bulan April, red). Kita sangat terbuka untuk bekerjasama dengan band manapun untuk masalah penjualan album berupa vinyl, CD, kaset dan promo lainnya," kata Hari.
"Jadi misalnya ada band indie lain yang punya album baru dan mau titip penjualan ke kita pun, kita akan sangat terbuka, dengan perjanjian seikhlasnya atau bahkan tanpa konsinyasi sekalipun. Pokoknya kita coba ambil andil dalam perkembangan musik indie lokal sebagai bentuk support kita sama skena musik indie yang ada saat ini," katanya menambahkan.
Di toko second hand berkualitas ini, kisaran harga untuk vinyl dipatok sekitar Rp 150 ribu sampai Rp 180 ribu, bahkan ada yang sampai Rp 1,2 juta. Sementara untuk kaset tape sekitar Rp 15 ribu sampai Rp 30 ribu, dan CD kisaran Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu.
"Harga-harga itu nggak selalu atas dasar pertimbangan apakah barang itu langka atau tidak, karena kita hanya melihat modal awalnya, dan keuntungan biasanya kita samain aja kayak barang-barang lainnya. Karena selain harga, ada kesamaan passion dan selera bagi mereka yang membeli barang-barang di Substore ini," kata Hari.
Diketahui, semua vinyl yang dijual di Substore dibeli dari Jepang, dikarenakan ada salah satu kerabat dari 3 owner Substore yang tinggal di sana. Selain itu, Substore juga mempunyai agenda rutin bulanan, yang mereka beri nama 'reload' (stok opname barang-barang yang baru datang).
"Dalam sebulan itu kita bisa dua kali reload. Ciri khas reload ini kita pakai dengan sistem adu cepat minat barang, dan tidak ada istilah 'keeping' atau down payment (dp). Jadi kalau lo mau, lo dateng ke Substore dan langsung beli. Intinya ada silaturahim dan upaya-upaya pembentukan komunitas berdasarkan passion yang sama, yang mau coba kita bangun di sini," pungkasnya.
Para pecinta kopi
Seorang Barista bernama Irfan, yang bekerja di Gayobies Kopi pada salah satu sudut Pasar Santa, menjelaskan tentang budaya ngopi yang kini juga sangat diminati oleh kalangan anak muda.
Dirinya menjelaskan, sebagian besar pelanggan yang datang ke Gayobiee Kopi itu merupakan anak-anak muda, yang sangat mengerti kopi dan punya passion yang tinggi dalam hal menikmati kopi dari berbagai jenis kopi dan cara penyajiannya.
"Di Pasar Santa itu, dominannya anak-anak muda yang doyang ngopi, dan mereka beda sama di tempat-tempat lain. Passion sesama pecinta kopi tuh di sini ketemu. Jadi kita sebagai barista bikin kopinya itu ngerasa tertantang, kayak misalnya gimana menyajikan coffe latte yang pas, karena mereka kan ternyata ngerti juga," kata Irfan saat ditemui di Pasar Santa, Kamis (5/2).
"Jadi kadang malah kita sharing sama mereka tentang ilmu-ilmu ngopi itu. Kalau sampai customer bilang enak itu semacam ada kepuasan tersendiri lah. Alhamdulillah nggak ada yang komplain selama ini, semuanya puas," katanya menambahkan.
Irfan mengaku, kawula muda yang sering berkunjung ke kedai kopinya itu bisa dibilang para pecinta kopi sejati, yang paham dengan sensasi-sensasi rasa dari sejumlah jenis kopi.
Dirinya pun mengatakan bahwa sebagian besar mereka mengakui kualitas biji kopi di Gayobies Kopi ini, yang ditanam langsung di tanah perkebunan pemiliknya di dataran tinggi Aceh sana.
"Misalnya nih ya, kalau orang awam pasti bilang espresso itu pahit kan, tapi kalau yang tahu kopi, pasti dia bisa ngerasain rasa 'sweet' nya, rasa coklatnya atau bahkan sense of caramel nya. Tergantung proses pembuatannya juga sih, teknik si baristanya bener atau nggak," kata Irfan.
"Kalau kebanyakan karakter kopi di Indonesia itu rata-rata 'Earthy' (agak berbau tanah) sama 'Nutty' (agak berbau kacang). Dan anak-anak muda yang ngopi di sini tahu lho sama hal begituan. Saya aja barista sempat kaget ternyata mereka paham hal itu," lanjutnya.
Irfan sedikit menjelaskan sejumlah sensasi dari varian biji kopi yang ditanam di Indonesia dengan iklim tropisnya, sangat menguntungkan bagi pemrosesan biji kopi tersebut sejak masih ditanam, hingga proses pengolahannya yang tepat.
Dirinya juga memberikan sedikit tips tentang bagaimana cara menyimpan biji kopi yang baik, agar kualitas rasanya terjaga dan tidak rusak terkontaminasi sejumlah hal yang membuat rasa kopi seperti berbau 'apek' serta mengurangi kualitasnya.
"Biasanya yang ngebedain itu cara proses dari biji, sampai pengolahan jadi kopinya. Sebagian kopi itu bagi yang lidahnya peka, itu ada rasa-rasa 'fruity'-nya, ada juga Semacam sense of lemon grace, berry, dan untuk klasifikasi biasanya itu tergantung kepekaan masing-masing lidah," kata Irfan.
"Cara menyimpan biji kopi itu juga nggak boleh sembarangan, karena suhu kan mempengaruhi rasa biji kopinya. Biasanya kalau menyimpan green bean itu nggak boleh nempel ke tembok, karena bisa megubah rasa kopi," pungkasnya.
Fixed Gear
Salah satu komponen yang cukup menjadi trendsetter dalam dunia hipsters lokal ibu kota beberapa tahun terakhir, adalah tren sepeda fixed gear, atau kerap disebut sepeda fixie.
Fixie sebenarnya merupakan ide lama dari komponen kayuh sepeda, dimana penggunaan 'door tap' (pedal kayuh satu arah,-red) menjadi ciri khas dari sepeda yang umumnya tanpa rem ini.
Seorang fixed rider bernama Pakim, menjelaskan kegandrungan dirinya mengendarai sepeda yang cukup ikonik tersebut dengan varian warna warni pada batangan sepeda dan berbagai aksesorisnya.
"Fixed gear itu buat gue tantangan yah. Semacam lo jadi atlet sepeda, tapi bukan di velodrome (lintasan balap, red). Banyak teknik mengendarai fixie yang mesti dipahami dulu sebelum mengendarai fixie, seperti teknik 'skit' untuk ngerem, atau balancing untuk nahan keseimbangan jika kena macet dan mencari celah terobos," kata Pakim saat ditemui merdeka.com Kamis (5/2) malam.
Pakim mengatakan, manfaat kebugaran yang di dapatnya sejak aktif menggunakan fixie beberapa tahun lalu, seakan membuatnya memiliki antibodi yang baik, dan membuatnya jarang sakit.
Namun dirinya mengatakan, memang perlu ketangkasan lebih jika ingin menjadi seorang fixed rider di ibu kota dengan intensitas lalu lintas yang tinggi dan berbahaya seperti di Jakarta ini.
"Syukur sejak aktif fixie-an, gue jadi jarang sakit. Bedanya sama orang kota yang naik kendaraan bermotor, kalau gue kan sering capek banget ngayuh fixie seharian, asal pola makannya dijaga, sisanya tinggal tidur kalau abis kerja seharian. Tapi kalau pengendara motor atau mobil kan biasa dimanja badannya, capek berlebih aja, mereka jadi rentan sakit," kata Pakim.
"Tapi kayaknya pengendara sepeda kayak gue dan beberapa temen gue ini nggak terlalu diperhatiin sama pemerintah. Selain minimnya jalur khusus sepeda, pengendara motor dan mobil pun sekarang usah makin beringas lho di jalan."
"Harapannya sih kita bisa sedikit ngasih tahu sama banyak orang, kalau pesepeda itu juga punya hak di jalan, seperti bagaimana sebenarnya mereka juga punya hak sehat dengan sepedaan dan ngurangin polusi yang ada di Jakarta," katanya menambahkan.