Atlet e-Sport Dicekal Imigrasi Bandara Juanda Surabaya, Ini Duduk Perkaranya
Valendo rencananya hendak pergi ke Malaysia untuk melancong via Surabaya.
V, seorang atlet e-sport terpaksa tertahan di Surabaya lantaran dikira akan menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal.
Atlet e-Sport Dicekal Imigrasi Bandara Juanda Surabaya, Ini Duduk Perkaranya
Kronologi
V, atlet e-sport terpaksa tertahan di Surabaya lantaran dikira akan menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal.
Padahal, pria asal Kota Singkawang, Kalimantan Barat itu rencananya hendak pergi ke Malaysia untuk melancong.
Pengalaman tak mengenakkan ini diceritakan langsung oleh Valendo saat dihubungi merdeka.com melalui sambungan telepon. Menurut V, kejadian tersebut dialaminya pada Kamis (24/8) pagi.
- Prabowo Kampanye Perdana di Surabaya Jatim dan Jabar, Gibran Sasar Jawa Tengah
- Jelang Laga Perdana Piala Dunia U-17 di Surabaya, Pelatih Ekuador Waspadai Kecepatan Pemain Indonesia
- Tinggal Hitungan Hari, Kampung-Kampung di Surabaya Tampil Meriah Sambut Pembukaan Piala Dunia U-17 di Stadion Gelora Bung Tomo
- Kalah dari Persebaya di Kandang Sendiri, Ini Kata Pelatih Persis Solo
Saat itu, dirinya berada di Terminal Juanda Surabaya. Ia hendak terbang ke Malaysia dari Bandara Juanda.
Saat itulah, ia diadang petugas imigrasi yang sudah mencurigainya.
Kemudian, V digiring ke kantor pemeriksaan dan dilakukan interogasi.
"Saat itu saya langsung ditanya-tanya oleh 5 orang petugas Imigrasi" tegas V, Jumat (25/8).
V kesal bukan main karena saat diinterogasi, dicurigai hendak menjadi TKI Ilegal. Padahal saat itu, dia sudah menunjukkan tiket pulang pergi dari Indonesia ke Malaysia.
"Saya sudah tunjukkan, paspor saya memang masih baru jadi masih bersih dari stempel. Lalu juga saya tunjukkan tiket saya pulang pergi Indonesia-Malaysia. Tapi mereka tidak percaya," kata V kesal.
Menurut V, petugas Imigrasi juga terkesan tidak ramah dalam bertanya dan tiba-tiba menggeledah isi ponselnya. Saat itulah, diakuinya, di dalam ponselnya ditemukan chattingan antara ia dengan temannya.
"Dalam chattingan itu memang ada ajakan dari teman saya untuk menjadi customer service di Filiphina. Tapi customer apa saya tidak tahu. Tapi yang jelas kan saya tidak ada tujuan ke Filiphina. Tiket saya tidak ada ke sana," ujar V.
Dia makin heran dengan sikap petugas yang terkesan menyudutkannya. Apalagi, dalam perkara ini, dirinya harus mengalami penyitaan dan penahanan paspor.
"Mereka tanpa izin, tiba-tiba menggeledah isi ponsel saya. Padahal itu kan privasi. Boleh enggak sih tiba-tiba menggeledah tanpa izin begitu," tanya V.
Akibat penyitaan paspor tersebut ia kini harus tertahan di Surabaya. Selain itu, ia juga harus mengalami kerugian akibat batalnya rencana melancong ke Malaysia.
"Tiket pesawat, hotel, dimarahi orangtua, dan sekarang harus tertahan di Surabaya," jelas pemain Pro Player E-Sport Point Blank itu.
Penjelasan Imigrasi Surabaya
Sementara itu, Kepala Kantor Imigrasi Kelas 1 Surabaya Chiqo A. Muttaqin mengaku justru belum mengetahui hal itu. Namun, ia justru menyebut hal itu dilakukan lantaran menggencarkan pencegahan dan penindakan TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang).
"Tapi, kalau mengarah ke TPPO akan kami serahkan ke APH (aparat penegak hukum)," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Publikasi Kantor Imigrasi Kelas 1 Surabaya Ika Rahmawati menerangkan, dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), V mengaku akan menjadi customer service judi online di Filipina.
Maka dari itu, pihaknya menahan paspornya untuk waktu tertentu. "Jadi paspornya masih ditahan untuk pendalaman lebih lanjut, termasuk menjadi customer service judi online di Filipina, bukan Malaysia," katanya.