Ayah korban PRT Medan, ingin susul putrinya tapi tak ada uang
Dalam keluarganya, Anis anak pertama dari tiga bersaudara.
Pekerjaan sehari-hari Supardi, ayah Anis Rahayu (28) sebagai tenaga kebersihan dan parkir di sebuah masjid di Kota Malang. Hidupnya penuh keterbatasan, tinggal di rumah dekat tempat kerjanya dengan tiga orang anak dari pernikahan kedua.
"Saya di sini mulai jam 11.00 WIB sampai 16.00 WIB, kerjanya bersih-bersih masjid, biar yang salat tenang. Kadang-kadang kalau rezeki dapat dari pengurus masjid, tapi yang pasti dari parkir para jamaah," kata Supardi, Kamis (4/12).
Anis Rahayu berasal dari Kota Malang, Jawa Timur. Dia menjadi korban penganiayaan di Medan bersama dua orang temannya, bahkan beberapa temannya tewas mengenaskan.
Dalam keluarganya, Anis anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya, Ria Dinasa dan Helmi juga merantau, ke Jakarta dan Sumatera. Sementara ibunya sudah lama meninggal.
Supardi sebenarnya ingin menjemput putrinya ke Medan, namun kesulitan mencari biaya. Dia akan menunggu perkembangan lebih lanjut, karena menurutnya akan banyak yang harus diselesaikan selama penyelesaian kasusnya di Medan.
"Saya menunggu kabar dari sana (Medan) sampai selesai semua. Saya mau ke sana, tapi biaya tidak ada, pekerjaan saya juga hanya begini. Ya gimana lagi, ya seadanya saja, menunggu keadaan," katanya.
Sementara itu, hingga Kamis (4/12) belum ada petugas kelurahan atau pemerintahan setempat yang menemuinya. "Dereng wonten niku (belum ada), kadang ada tetangga yang nanya-nanya atau kasih tahu, kalau baru melihat Anis di televisi," katanya.